Anda di halaman 1dari 12

ETIKA DALAM PERIKLANAN

Dosen Pengampu : Lingga Angling Wulung s. Ikom., M. Ikom.

Kelompok 8 : Khiswah Naima Szafdarian 231110021


Siti Rahmadani 23111005
Elsa Marselina 231110071
Etika dalam periklanan mengandung arti bahwa pengiklan harus melakukan iklan
yang baik & iklan yang jujur. Dalam artian, iklan yang ditampilkan adalah iklan yang
menampilkan fakta-fakta yang benar, tidak berlebihan, dan tidak ada kebohongan
terkait dengan ide, produk, atau layanan yang diiklankan. Selain itu, ide, produk,
layanan atau institusi harus dinyatakan dengan jelas dalam iklan.

Dengan kata lain, etis tidaknya iklan dapat ditentukan oleh sejauh mana iklan dapat
merugikan konsumen. Iklan yang merugikan konsumen dapat didefinisikan sebagai
pelanggaran otonomi dengan kontrol atau manipulasi, invasi privasi, dan
pelanggaran hak untuk mengetahui. Berbagai permasalah etis ini termasuk
eksploitasi perempuan, persepsi subliminal, iklan untuk anak-anak, iklan menipu,
dan isu-isu lain yang dapat menyebabkan kerusakan moral masyarakat.
DEFINISI ETIKA DALAM PERIKLANAN

Menurut Persatuan Perusahaan Periklanan Indoneasia


(P3I), Etika Periklanan adalah seperangkat norma dan
padan yang mesti dikuti oleh para politis periklanan dalam
mengemas dan menyebarluaskan pesan iklan kepada
khalayak ramai baik melalui media massa maupun media
ruang.
Menurut EPI (Etika Pariwara Indonesia), etika periklanan
adalah ketentuanketentuan normatif yang menyangkut profesi
dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati,
ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga
pengembangannya.
TEORI ETIKA PERIKLANAN
Terdapat beberapa teori etika yang dirumuskan oleh para ahli,
namun untuk teori etika periklanan, hanya beberapa teori etika saja
yang sesuai dan dapat diterapkan dalam periklanan. Adapun yang
termasuk dalam teori etika periklanan adalah sebagai berikut :

1. Deontologi
Kata deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang
berarti kewajiban atau tugas dan logo yang berarti ilmu atau
studi. Dalam filsafat moral kontemporer, deontologi adalah salah
satu dari jenis teori normatis mengenai pilihan mana yang secara
moral diperlukan, dilarang, atau diizinkan.
Filsuf yang mengikuti dan akhirnya menjadi tokoh sentral deontologis
adalah Immanual Kant. Filosofi Kant menyatakan bahwa penalaran moral
didasarkan pada standar rasionalitas yang disebut dengan imperatif
kategoris. Imperatif kategoris dimaksudkan untuk membimbing kita ke arah
tindakan yang benar, terlepas dari keadaan.

Tokoh deontologis lainnya adalah W.D Ross yang meyakini bahwa


permasalahan moral tidak dapat direduksi menjadi satu pertanyaan
mendasar. Ross mengusulkan teori deontologi campuran yang mengakui
hubungan moral, tugas, dan prinsip yang tidak dapat direduksi.

Penerapan teori deontologi dalam periklanan adalah bahwa pengiklan


hendaknya bertindak berdasarkan niat baik dalam menjalankan tugasnya.
Namun, tak jarang kita temui hal yang sebaliknya
2. Teori Komunitarisme

Penerapan teori komunitarianisme dalam periklanan adalah ketika orang-orang


memperhatikan iklan, maka setiap orang tidak akan memiliki pendapat. Beberapa orang
mungkin menyukainya atau membenci dan lain-lain.

3. Teori Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah salah satu teori etika normatif yang didasarkan atas kemampuan
seseorang untuk memprediksi konsekuensi dari sebuah tindakan. Tokoh-tokoh yang
menganut utilitarianisme diantaranya adalah Jeremy Bentham dan John Stuart Mill.

Dalam periklanan, nilai etis utilitarianisme mempertimbangkan tindakan


komunikasi dalam bisnis periklanan sebagai sebuah metode untuk
mencapai tujuan yang diinginkan yaitu kepuasan dan kebahagiaan
konsumen. Nilai etis berbasis utilitarianisme dalam periklanan adalah nilai
yang harus dijaga oleh pengiklan.
PENGONTROLAN TERHADAP IKLAN
Karena kemungkinan dipermainkannya kebenaran dan terjadinya manipulasi merupakan
hal-hal rawan dalam bisnis periklanan, maka perlu adanya kontrol yang tepat yang dapat
mengimbangi kerawanan tersebut seperti:

a. Kontrol oleh pemerintah. Disini pemerintah harus melindungi masyarakat konsumen


terhadap keganasan periklanan. Di Indonesia iklan tentang makanan dan obat diawasi
secara langsung oleh BPPOM (Bertens, 2000 : 275)

b. Kontrol oleh para pengiklan. Ini dilakukan dengan menyusun sebuah kode etik, sejumlah
norma dan pedoman yang disetujui oleh profesi periklanan itu sendiri. Di Indonesia kita
memiliki tata karma dan tata cara periklanan Indonesia yang disempurnakan (1996)
yang dikeluarkan oleh AMLI (Asosiasi Perusahaan Media Luar Ruang Indonesia),
ASPINDO (Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan Indonesia), PPPI (Persatuan
Perusahaan Periklanan Indonesia), SPS (Serikat Penerbit Surat Kabar).
Pengawasan kode etik ini dipercayakan kepada KPI (Komisi Periklanan Indonesia) yang
terdiri atas unsure semua asosiasi pendukung dari tata karma tersebut

c. Kontrol oleh masyarakat. beberapa lembaga juga turut menggalakkan etika periklanan,
yaitu YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) dan lembaga pembinaan dan
perlindungan konsumen. Lembaga-lembaga tersebut sebagai pengontrol atas kualitas dan
kebenaran periklanan
MASALAH MASALAH DALAM ETIKA PERIKLANAN

Ada beberapa permasalahan yang bersinggungan dalam etika periklanan, sebagai


berikut:

1. Iklan yang ditampilkan tidak mendidik dari sisi content


2. Iklan yang ditampilkan cenderung menjatuhkan produk lain
3. Iklan spammer yang merugikan pengguna internet
SUMBER :

● https://pakarkomunikasi.com/teori-etikaperiklanan
● https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/resource/v
iew.php?id=88007
● (sepatanpaper.blogspot.com)
● https://media.neliti.com/media/publications/242139-
etika-periklanan-e19733a7.pdf
● https://id.scribd.com/document/431758890/PERMAS
ALAHAN-DALAM-PERIKLANAN
THANKYOU!

DO YOU HAVE ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai