Anda di halaman 1dari 3

- Apa perbedaan suap dan gratifikasi !

Perbedaan Suap Gratifikasi


1. Kitab Undang-Undang 1) UU No. 20 Tahun 2001
Hukum Pidana (Wetboek van tentang Perubahan UU
Strafrecht, Staatsblad 1915 No. 31 Tahun 1999
No 73) tentang Pemberantasan
2. UU No. 11 Tahun 1980 Tindak Pidana Korupsi
tentang Tindak Pidana Suap serta diatur pula dalam
(“UU 11/1980”)3. UU UU No. 30 Tahun 2002
No. 20 Tahun 2001 tentang tentang Komisi
Perubahan UU No. 31 Tahun Pemberantasan Korupsi
1999 tentang Pemberantasan (“UU Pemberantasan
Pengaturan Tindak Pidana Korupsi Tipikor”)
3. UU No. 30 Tahun 2002 2) Peraturan Menteri
tentang Komisi Keuangan Nomor
Pemberantasan Korupsi 03/PMK.06/2011
(“UU Pemberantasan tentang Pengelolaan
Tipikor”) Barang Milik Negara
yang Berasal Dari
Barang Rampasan
Negara dan Barang
Gratifikasi.

Pemberian dalam arti luas,


yakni meliputi pemberian uang,
Barangsiapa menerima sesuatu atau barang, rabat (discount),
janji, sedangkan ia mengetahui atau komisi, pinjaman tanpa bunga,
patut dapat menduga bahwa tiket perjalanan, fasilitas
pemberian sesuatu atau janji itu penginapan, perjalanan wisata,
dimaksudkan supaya ia berbuat pengobatan cuma-cuma, dan
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu fasilitas lainnya. Gratifikasi
dalam tugasnya, yang berlawanan tersebut baik yang diterima di
Definisi dengan kewenangan atau dalam negeri maupun di luar
kewajibannya yang menyangkut negeri dan yang dilakukan
kepentingan umum, dipidana karena dengan menggunakan sarana
menerima suap dengan pidana elektronik atau tanpa sarana
penjara selama-lamanya 3 (tiga) elektronik (Penjelasan Pasal
tahun atau denda sebanyak- 12B UU Pemberantasan
banyaknya Rp.15.000.000.- (lima Tipikor)
belas juta rupiah) (Pasal 3 UU
3/1980)
Sanksi UU 11/1980: Pidana penjara seumur hidup
Pidana penjara selama-lamanya 3 atau pidana penjara paling
(tiga) tahun atau denda sebanyak- singkat 4 (empat) tahun dan
banyaknya Rp.15.000.000.- (lima paling lama 20 (dua puluh)
belas juta rupiah) (Pasal 3 UU tahun, dan pidana denda paling
3/1980). sedikit Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling
KUHP: banyak Rp 1.000.000.000,00
pidana penjara paling lama sembilan (satu miliar rupiah) (Pasal 12B
bulan atau pidana denda paling ayat [2] UU Pemberantasan
banyak empat ribu lima ratus rupiah TipikoR)
(Pasal 149)

UU Pemberantasan Tipikor:
Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau
pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga, bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan
karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut
pikiran orang yang memberikan
hadiah atau janji tersebut ada
hubungan dengan jabatannya (Pasal
11 UU Pemberantasan Tipikor).

Berdasarkan hal tersebut di atas, perbedaan gratifikasi dan suap yaitu sebagai berikut:

1. Gratifikasi tidak selamanya melanggar hukum, karena bentuk gratifikasi dapat


dibedakan menjadi dua yakni positif dan negatif (Nanang T. Puspito, dkk,
Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, 2011,hlm.28), Yang
membedakan keduanya adalah ada tidaknya unsur “pamrih”. Kalau ada
pamrih, sudah dipastikan merupakan gratifikasi negatif, dan mengarah kepada
korupsi. Secara mutatis mutandis merupakan perbuatan melawan hukum.
Kalau suap, sudah sejak awal merupakan pelanggaran hukum.
2. Suap dapat berupa janji, sedangkan gratifikasi merupakan pemberian dalam
arti luas dan bukan janji;
3. Dalam suap ada unsur “mengetahui atau patut menduga”. Artinya terdapat
maksud atau tujuan untuk mempengaruhi apratur negara dalam pembuatan
kebijakan maupun keputusannya. Berbeda dengan gratifikasi, dimana niat
pemberian sesuatu kepada aparatur negara itu dilakukan dalam arti luas.
Misalnya memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih. Memang sulit
untuk membedakan kedua tindakan di atas, apalagi berkaitan dengan unsur
niat atau maksud. Tetapi unsur pembeda utama yang perlu kita pegang yaitu
ada tidaknya hubungan pemberian itu dengan jabatan, dan pelaksanaan
kewajiban atau tugas dari aparatur negara tersebut. Apabila pemberian itu
berhubungan dengan jabatan aparatur negara, dan akhirnya akan
mempengaruhi pelaksanaan kewajiban atau tugasnya (dalam arti
menyimpang), maka tindakan gratifikasi itu dapat dianggap sebagai suap

Anda mungkin juga menyukai