Anda di halaman 1dari 8

MATERI VI

PENGERTIAN GRATIFIKASI BAGIAAN 2

Dosen :

Adi Purnomo Santoso, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NASIONAL

2019-2020
GRATIFIKASI

1. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang

tambahan (fee), hadiah uang, barang, rabat (diskon), komisi pinjaman tanpa

bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan

cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi dapat diterima di dalam negeri

maupun di luar negeri dan dapat dilakukan dengan menggunakan sarana

elektronik atau tanpa sarana elektronik

2. Gratifikasi termasuk tindak pidana. Landasan hukumnya adalah UU 31/1999

dan UU 20/2001 Pasal 12. Penerima gratifikasi diancaman pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20

tahun dan denda paling sedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1 miliar

rupiah.

3. Ketentuan UU No 20/2001 menyebutkan bahwa setiap gratifikasi yang

diperoleh pegawai negeri atau penyelenggara negara adalah suap, tetapi

ketentuan ini tidak berlaku apabila penerima gratifikasi melaporkan

gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (KPK) selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja

terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

4. Istilah gratifikasi secara jelas dan gamblang kita temukan dalam Pasal 12B

dan Pasal 12C Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) :


a. Pasal 12B Ayat (1), Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara dianggap pemberian suap apabila berhubungan

dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau

tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a. yang nilainya Rp

10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa

gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima

gratifikasi; b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah) pembuktian gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut

umum.

b. Ketentuan Pasal 12C Ayat (1) menyebutkan, Ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku jika penerima

gratifikasi melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

c. Ayat (2) menyatakan, Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud

dalam Ayat (1) wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat

30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut

diterima.

d. Pasal 12C Ayat (3) menyebutkan, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal

menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik

penerima atau milik negara.


5. Suap dan gratifikasi memiliki pengertian yang berbedan. Kalau suap ini bisa

berupa janji, sedangkan gratifikasi membrtikan pemberian dalam arti luas dan

bukan janji.

6. Penganturan dan batasan/definisi suap dan gratifikasi beserta ancaman sanksi

bagi masing-masing tindak pidana tersebut kami sajikan dalam tabel di bawah

ini:

Perbedaan Suap Gratifikasi

Pengatura 1.       Kitab Undang-Undang 1.       UU No. 20 Tahun

n Hukum Pidana (Wetboek van 2001 tentang

Strafrecht, Staatsblad 1915 No Perubahan UU No.

73) 31 Tahun 1999

2.      UU No. 11 Tahun tentang

1980 tentang Tindak Pidana Pemberantasan

Suap (“UU 11/1980”) Tindak Pidana

3.       UU No. 20 Tahun 2001 Korupsi serta diatur

tentang Perubahan UU No. 31 pula dalam UU No.

Tahun 1999 tentang 30 Tahun 2002

Pemberantasan Tindak Pidana tentang Komisi

Korupsi serta diatur pula Pemberantasan

dalam UU No. 30 Tahun 2002 Korupsi (“UU

tentang Komisi Pemberantasan Pemberantasan

Korupsi (“UU Pemberantasan Tipikor”)

Tipikor”)
2.       Peraturan Menteri

Keuangan Nomor

03/PMK.06/2011

tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara

yang Berasal Dari

Barang Rampasan

Negara dan Barang

Gratifikasi.

Definisi Barangsiapa menerima sesuatu atau Pemberian dalam arti

janji, sedangkan ia mengetahui atau luas, yakni meliputi

patut dapat menduga bahwa pemberian uang, barang,

pemberian sesuatu atau janji itu rabat (discount), komisi,

dimaksudkan supaya ia berbuat pinjaman tanpa bunga,

sesuatu atau tidak berbuat sesuatu tiket perjalanan, fasilitas

dalam tugasnya, yang berlawanan penginapan, perjalanan

dengan kewenangan atau wisata, pengobatan cuma-

kewajibannya yang menyangkut cuma, dan fasilitas

kepentingan umum, dipidana lainnya. Gratifikasi

karena menerima suap dengan tersebut baik yang

pidana penjara selama-lamanya 3 diterima di dalam negeri

(tiga) tahun atau denda sebanyak- maupun di luar negeri

banyaknya Rp.15.000.000.- (lima dan yang dilakukan


dengan menggunakan

sarana elektronik atau

belas juta rupiah) (Pasal 3 UU tanpa sarana elektronik

3/1980). (Penjelasan Pasal 12B

UU Pemberantasan

Tipikor)

Sanksi UU 11/1980: Pidana penjara seumur

Pidana penjara selama-lamanya 3 hidup atau pidana penjara

(tiga) tahun atau denda sebanyak- paling singkat 4 (empat)

banyaknya Rp.15.000.000.- (lima tahun dan paling lama 20

belas juta rupiah) (Pasal 3 UU (dua puluh) tahun, dan

3/1980). pidana denda paling

  sedikit Rp

KUHP: 200.000.000,00 (dua

pidana penjara paling lama ratus juta rupiah) dan

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak Rp

paling banyak empat ribu lima 1.000.000.000,00 (satu

ratus rupiah (Pasal 149) miliar rupiah) (Pasal 12B

  ayat [2] UU Pembera

UU Pemberantasan Tipikor:

Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan

paling lama 5 (lima) tahun dan atau


pidana denda paling sedikit Rp

50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp

250.000.000,00 (dua ratus lima

puluh juta rupiah) pegawai negeri

atau penyelenggara negara yang

menerima hadiah atau janji padahal

diketahui atau patut diduga, bahwa

hadiah atau janji tersebut diberikan

karena kekuasaan atau kewenangan

yang berhubungan dengan

jabatannya, atau yang menurut

pikiran orang yang memberikan

hadiah atau janji tersebut ada

hubungan dengan

jabatannya (Pasal 11 UU

Pemberantasan Tipikor).

7. Pengendalian gratifikasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan

untuk mengendalikan penerimaan gratifikasi melalui peningkatan

pemahaman dan kesadaran pelaporan gratifikasi secara transparan dan

akuntabel sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan


kegiatan pengendalian gratifikasi, terdapat sejumlah prinsip-prinsip utama,

yaitu:

a. Transparansi

b. Akuntabilitas

c. Kepastian Hukum

d. Kemanfaatan

e. Kepentingan Umum

f. Independens

g. Perlindungan bagi Pelapor

8. Contoh kasus yang digolongkan sebagai gratifikasi :

a. Penyediaan biaya tambahan (fee) 10-20 persen dari nilai proyek.

b. Uang retribusi untuk masuk pelabuhan tanpa tiket yang dilakukan oleh

Instansi Pelabuhan, Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan Daerah.

c. Parsel ponsel canggih keluaran terbaru dari pengusaha ke pejabat.

d. Pembiayaan kunjungan kerja lembaga legislatif, karena hal ini dapat

mempengaruhi legislasi dan implementasinya oleh eksekutif.

e. Perjalanan wisata bagi bupati menjelang akhir jabatan.

f. Mensponsori konferensi internasional tanpa menyebutkan biaya

perjalanan yang transparan dan kegunaannya, adanya penerimaan ganda,

dengan jumlah tidak masuk akal.

Anda mungkin juga menyukai