Akuntan forensik bekerja sama dengan praktisi hukum dalam menyelesaikan masalah
hukum. Karena itu, akuntan forensik perlu memahami hukum pembuktian sesuai
dengan masalah hukum yang dihadapi, seperti pembuktian untuk tindak pidana
umum, tindak pidana khusus, pembuktian dalam hukum perdata, pembuktian dalam
hukum administrasi, dan sebagainya.
Perbuatan melawan hukum dirumuskan dalam satu atau beberapa kalimat yang dapat
dianalisis atau dipilah-pilah ke dalam bagian yang lebih kecil. Penyidk atau akuntan
forensik mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk setiap unsur tersebut. Bukti
dan barang bukti yang dikumpulkan untuk setiap unsur akan mendukung atau
membantah adanya perbuatan melawan hukum
Tabel 16.1
Unsur-unsur dan Pembuktian Pasal 2
PAGE 03
dalam UU Tipikor
Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:
1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau sesuatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
2. Dalam pidana korupsi dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan
tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan
Tabel 16.2
Unsur-unsur dan Pembuktian Pasal 5
PAGE 04
Ayat 1 huruf a dalam UU Tipikor
Pasal 5 (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima tahun) dan atau pidana paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya, atau
b. .....
Tabel 16.3
Unsur-unsur dan Pembuktian Pasal 11
PAGE 05
dalam UU Tipikor
Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima0 tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya.
Tabel 16.4
Unsur-unsur dan Pembuktian Pasal 13 dalam
UU Tipikor PAGE 06
Beberapa tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi berikut:
1. Mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengendalian terhadap tersangka, terdakwa, atau saksi dalam
perkara korupsi.
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar.
3. Dalam perkara korupsi, melanggar KUHP pasal 220 (mengadukan perbuatan pidana, padahal ia tahu
perbuatan itu tidak dilakukan), Pasal 231 (menarik barang yang disita), Pasal 421 (pejabat
menyalahgunakan kekuasaan, memaksa orang melakukan, tidak melakukan, atau membiarkan
sesuatu), Pasal 422 (pejabat menggunakan paksaan untuk memeras pengakuan atau mendapat
keterangan), Pasal 429 (pejabat melampaui… memaksa masuk ke dalam rumah atau ruangan atau
pekarangan tertutup… atau berada di situ secara melawan hukum) atau Pasal 430 (pejabat melampaui
kekuasaan menyuruh memperlihatkan kepadanya atau merampas surat, kartu pos, barang atau paket…
atau kabar lewat kawat).
Unsur-Unsur Tindak
Pidana Korupsi PAGE 08
TPK-PENGGELAPAN DALAM JABATAN (TPK - 16) TPK-PENGGELAPAN DALAM JABATAN (TPK - 17)
Pasal 9: Pasal 10 huruf a:
Dipidana PENJARA paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun. Dipidana PENJARA paling singkat 2 tahun dan paling lama 7
Pidana DENDA paling sedikit Rp 50.000.000 dan paling banyak Rp tahun. Dipidana DENDA paling sedikit Rp 100.000.000 dan paling
250.000.000. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi
banyak Rp 350.000.000. Pegawai negeri atau orang selain pegawai
tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara
sementara waktu, dengan sengaja memalsukan buku-buku atau daftar-
daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi. terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja:
a. Menggelapkan, menghancurkan, merusak, atau membuat
Penjelasan undang-undang: Cukup jelas. tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang
digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka
pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya;
Penjelasan undang-undang: Cukup jelas.
Unsur-Unsur Tindak
Pidana Korupsi PAGE 17
TPK-PENGGELAPAN DALAM JABATAN (TPK - 18) TPK-PENGGELAPAN DALAM JABATAN (TPK - 19)
Pasal 10 huruf b : Pasal 10 huruf c:
Dipidana PENJARA paling singkat 2 tahun dan paling lama 7 tahun. Dipidana PENJARA paling singkat 2 tahun dan paling lama 7
Dipidana DENDA paling sedikit Rp 100.000.000 dan paling banyak Rp tahun. Dipidana DENDA paling sedikit Rp 100.000.000 dan paling
350.000.000. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi
banyak Rp 350.000.000. Pegawai negeri atau orang selain pegawai
tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara
sementara waktu, dengan sengaja:
b. Membiarkan orang lain menghilang, menghancurkan, terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja:
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, c. Membantu orang lain menghilang, menghancurkan,
atau daftar tersebut; merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
Penjelasan undang-undang: Cukup jelas. surat, atau daftar tersebut.
Penjelasan undang-undang: Cukup jelas.
Unsur-Unsur Tindak
Pidana Korupsi PAGE 18
TPK-PERBUATAN CURANG (TPK - 28) TPK-Benturan Kepentingan dalam Pengadaan (TPK - 29)
Pasal 27 huruf h: Pasal 12 huruf i :
Dipidana PENJARA seumur hidup atau paling singkat 4 tahun dan Dipidana PENJARA seumur hidup atau paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun. Dipidana DENDA paling sedikit Rp paling lama 20 tahun. Dipidana DENDA paling sedikit Rp
200.000.000 dan paling banyak Rp 1.000.000.000: 200.000.000 dan paling banyak Rp 1.000.000.000:
h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat
dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan
orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan untuk mengurus atau mengawasinya.
tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan; Penjelasan undang-undang: Cukup jelas.
Penjelasan undang-undang: Cukup jelas.
Unsur-Unsur Tindak
Pidana Korupsi PAGE 23
Penjelasan Undang-undang: yang dimaksud dengan gratifikasi dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian
uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana
PENJARA seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana DENDA
paling sedikit Rp 200.000.000 dan paling banyak Rp 1.000.000.000
KONSEP
UNDANG-UNDANG
KONSEP UNDANG-UNDANG
Alat Bukti Yang Sah PAGE 25
Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat (2)
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, khususnya untuk tindak
pidana korupsi juga dapat diperoleh dari:
1. alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara
elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan
2. dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dilihat, dibaca, dan atau didengar
yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas
kerta, benda fisik apa pun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki
makna.
KONSEP UNDANG-UNDANG
Beban Pembuktian Terbalik PAGE 26
Pembuktian terbalik diberlakukan pada tindak pidana baru tentang gratifikasi dan
terhadap tuntutan perampasan harta benda terdakwa yang diduga berasal dari salah
satu tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 13, Pasal
14. Pasal 15, dan Pasal 16 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-
Undang ini.
Ketentuan mengenai hal ini dapat dilihat dalam Pasal 38 C dari Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 yang berbunyi sebagai berikut:
Setiap orang yang berkepentingan dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan yang telah menjatuhkan
penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dalam waktu 30 (tiga pulah) hari terhitung sejak tanggal
pengumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).
dan penjelasannya yang berbunyi sebagai berikut: "Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan
untuk melindungi pihak ketiga yang beritikad baik: Batasan waktu 30 (tiga puluh) hari
dimaksudkan untuk menjamin dilaksanakannya eksekusi terhadap barang-barang yang
memang berasal dari tindak pidana korupsi."
KONSEP UNDANG-UNDANG
Pemidaan Secara in Absentia PAGE 29
Pengalaman mengenai koruptor yang melarikan diri atau tidak hadir dalam persidangan, diatasi
dengan ketentuan mengenai pemidanaan secara in absentia. Hal ini diatur dalam pasal 38 ayat 1, 2, 3,
dan 4 dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang berbunyi sebagai berikut.
1. Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah, dan tidak hadir di sidang pengadilan tanpa
alasan yang sah, maka perkara dapat diperiksa dan diputus tanpa kehadirannya.
2. Dalam hal terdakwa hadir pada sidang berikutnya sebelum putusan dijatuhkan, maka
terdakwa wajib diperiksa, dan segala keterangan saksi dan surat-surat yang dibacakan
dalam sidang sebelumnya dianggap sebagai diucapkan dalam sidang yang sekarang.
3. Putusan yang dijatuhkan tanpa kehadiran terdakwa diumumkan oleh penuntut umum
pada papan pengumuman pengadilan, kantor Pemerintah Daerah, atau diberitahukan
kepada kuasanya.
4. Terdakwa atau penguasanya dapat mengajukan banding atas putusan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1),
KONSEP UNDANG-UNDANG
“Memperkaya” VS “Menguntungkan” PAGE 30
Seorang pejabat menerima suap dari seorang pengusaha dan seluruh jumlah itu
diberikan kepada atasannya. Pejabat itu tidak memperkaya dirinya, tetapi tetap
menguntungkan dirinya. Dengan meneruskan seluruh suap itu kepada atasannya, ia
menguntungkan diri karena bisa mendapat keistimewaan (favor) dalam bentuk kenaikan
pangkat, jabatan, gaji dst.
KONSEP UNDANG-UNDANG
Pidana Mati PAGE 31
Dalam Pasal 2 ayat 2 dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, dikatakan: "Dalam
hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan."
Maknanya dapat dilihat pada Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi: "Suatu
perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan-
ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada."
Kedua, sewaktu KPK menangani kasus yang terjadi sebelum keluarnya Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan TPK
KONSEP UNDANG-UNDANG
Concursus Idealis PAGE 33
Konsep concursus idealis berkenaan dengan satu perbuatan yang tercakup dalam
lebih dari satu aturan pidana. Hal ini terlihat dalam Pasal 63 yang berbunyi
sebagai berikut.
1. Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang
dikenakan hanya salah-satu di antara aturan-aturan itu: jika berbeda-beda, yang
dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
2. Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula
dalam aturan pidana yang khusus, inaka hanya yang khusus itulah yang
diterapkan.
KONSEP UNDANG-UNDANG
Concursus Realis PAGE 34
Perbuatan berlanjut ini diatur dalam Pasal 64 ayat 1 KUHP yang berbunyi
sebagai berikut.
1. Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan
kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga
harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya
diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
KONSEP UNDANG-UNDANG
“Lepas dari tuntutan hukum” versus “Bebas” PAGE 36
Putusan bebas (vrijspraak) atau bebas murni (zuivere vrijspraak) diatur dalam KUHAP
Pasal 191 ayat 1 yang berbunyi: "Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil
pemeriksaan di sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan
kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan maka terdakwa diputus
bebas."
"Lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle redusvervolging) diatur dalam
KUHAP Pasal 191 ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut "jika pengadilan
berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti,
tetapi perbuatan itu tidak merupakan satu tindak pidana, maka terdakwa
diputus lepas dari segala tuntutan hukum”
ANALISA KASUS PAGE 37
AKBAR TANDJUNG
2 Maret 1999 → Menyerahkan 2 cek (Bank
Bukopin dan Bank Ekspor Impor Indonesia)
Masing-masing 10 M kepada Akbar Tandjung,
yang kemudian diserahkannya lagi kepada
Dadang Sukandar
SAMADIKUN HARTONO
ANALISA KASUS PAGE 40
SAMADIKUN HARTONO
Mahkamah Agung memutuskan bahwa terdakwa Samadikun Hartono terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang
dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut. Terdakwa dipidana dengan pidana
penjara empat tahun dan denda sebesar Rp20.000.000,00 subsidiair tiga bulan
kurungan.
Catatan penulis menyatakan bahwa ini merupakan suatu tragedi pengadilan Indonesia
di mana tuntutan berjalan dengan susah payah. Akhirnya, terdakwa dinyatakan
terbukti melakukan delik korupsi. Namun, tidak dapat dieksekust karena terdakwa
melarikan diri sesudah mendapat izin berobat ke luar negeri
ANALISA KASUS PAGE 41
DJOKO S. TJANDRA
Djoko S. Tjandra melakukan kontrak Cessie → suatu perjanjian pengalihan piutang
banyak dipergunakan oleh pihak perbankan karena merupakan suatu cara untuk
mengalihkan hak tagih kepada pihak lain dan atau pihak ketiga untuk menjamin fasilitas
kredit atau dana yang diberikan oleh bank. dengan Rudi Ramli (Bank Bali). Karena
perbuatan itu dilakukan pada tahun 1998, penuntut umum mendakwa Djoko
Tjandra dengan Pasal 1 ayt 1 huruf a dari undang-undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Nomor 3 tahun 1971.
ANALISA KASUS PAGE 42
DJOKO S. TJANDRA
Pandangan profesor Andi Hamzah sejalan
dengan pendekatan dalam audit investigasi
yang dikenal dengan sebutan Ikuti
Jalannya Uang atau Follow The Money.