KORUPSI
OLEH
HANDOYO SUDRADJAT
PLT. DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN
DISAMPAIKAN PADA
RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
HOTEL GRAND SAHID, 2 FEBRUARI 2012
02/02/12 1
PENGERTIAN KORUPSI
Berbagai pengertian korupsi menurut banyak pakar dan organisasi :
02/02/12 2
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
KORUPSI
Korupsi pada hakekatnya adalah
penyalahgunaan kepercayaan, penyalahgunaan
kekuasaan publik bagi keuntungan pribadi dan
atau segelintir orang, telah secara nyata
merusak sendi-sendi kehidupan berasyarakat,
merugikan hak ekonomi dan hak sosial terutama
masyarakat yang tidak mampu, memakan harta
negara dan hak sesama warga negara secara
tanpa hak (batil), korupsi adalah salah satu
bentuk kebatilan yang sangat bertentangan
dengan ketentuan hukum Tuhan, karena itu
korupsi harus diperangi dan diberantas.
02/02/12 6
FAKTOR-FAKTOR YANG
MENDORONG TERJADINYA FRAUD.
Teori GONE ( J. Bologna ).
Pada dasarnya terdapat 4(empat)
faktor pendorong seseorang untuk
melakukan Fraud yaitu :
G Greed (Keserakahan).
O Opportunity (Kesempatan).
N Need (Kebutuhan).
E Exposure (Pengungkapan).
02/02/12 7
Tindak Pidana Korupsi
UU No. 30 tahun 2002, UU No. 31
tahun 1999, dan UU No. 20 tahun 2001
02/02/12 8
UU 31 / 1999 jo UU 20 / 2001
Delik-delik tindak pidana korupsi
1. Delik yang berhubungan dengan perbuatan yang merugikan
keuangan negara dan atau perekonomian negara yaitu
sebagaimana rumusan pasal 2 (1) dan pasal 3;
2. Delik yang berhubungan dengan pemberian kepada Pegawai
Negeri (penyuapan/bribbery) dan Pegawai Negeri/Hakim yang
menerima suap yaitu pasal 5, 6, 11, 12 a,b,c,d dan 13;
3. Delik yang berhubungan dengan penggelapan dalam jabatan yaitu
pasal 8,9 dan10:
4. Delik yang berhubungan dengan pemerasan dalam jabatan
(knevelerij) yaitu pasal 12 e, f, g,
5. Delik yang berhubungan dengan pemborongan yaitu pasal 7, 12 i:
6. Delik Gratifikasi yaitu pasal 12 B jo Pasal 12 C
02/02/12 9
Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo
UU No. 20 Tahun 2001
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai
negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya;
No. Unsur Tindak Pidana Korupsi
1 Setiap orang
2 Memberi atau menjanjikan sesuatu
3 Pegawai negeri atau penyelenggara negara
Dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
4
jabatannya
5 Bertentangan dengan kewajibannya
02/02/12 10
Pasal 5 ayat (1) huruf b UU No. 31 Tahun 1999 jo
UU No. 20 Tahun 2001
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah)
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau
yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau
janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
No. Unsur Tindak Pidana Korupsi
1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara
2 Menerima hadiah atau janji
3 Diketahui atau patut diduga
Karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
4 jabatannya; atau yang menurut orang yang memberikan hadiah atau janji
ada hubungan dengan jabatannya
02/02/12 12
Pasal 12 huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo
UU No. 20 Tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
No. Unsur Tindak Pidana Korupsi
1 Pegawai negeri atau penyelenggaran negara
2 Menerima hadiah atau janji
3 Diketahui atau patut diduga
4 Untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
5 Sesuatu dalam jabatannya
6 Bertentangan dengan kewajibannya
02/02/12 13
Pasal 12 huruf b UU No. 31 Tahun 1999 jo
UU No. 20 Tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah):
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya;
No. Unsur Tindak Pidana Korupsi
1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara
2 Menerima hadiah
3 Diketahui atau patut diduga
4 Akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan
5 Sesuatu dalam jabatannya
6 Yang bertentangan dengan kewajibannya
02/02/12 14
Pasal 12 huruf e UU No. 31 Tahun 1999 jo
UU No. 20 Tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
No. Unsur Tindak Pidana Korupsi
1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara
2 Maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
Secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
3
kekuasaannya
4 Memaksa seseorang
Memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran
5
dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu
6 Bagi dirinya sendiri
02/02/12 15
Pasal 12 huruf g UU No. 31 Tahun 1999 jo
UU No. 20 Tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah):
g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada
waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah
merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
02/02/12 20
POLA UMUM KORUPSI
yang dapat diaplikasikan secara praktis
dibidang Pengadaan Barang & Jasa di sektor publik:
Penyuapan
Pemalsuan Bribery Penggelapan
Fraud Embezzlement
Sumber: Centre of International Crime Prevention (CICP) dari UN Office for Drug Control and Crime Prevention (UN-ODCCP),
02/02/12 21
Kolusi/Nepotisme Eksternal
RENSTRA
Otoritas Keu/ Otoritas
Perencanaan Politik
Ti
Pimpinan
tip
an
Ti
tip
an
n KPB KPA
s ula k
U ye
pro
Ti oy nan
tip ek
pr ka
an /
re
Panitia
Pengadaan
ek Spek Brg/Js
r oy an
P ip OE/HPS Pimpro
Tit
Lelang/
PS Tender
H
Penyedia
Barang/Jasa
Sumber: Centre of International Crime Prevention (CICP) dari UN Office for Drug Control and Crime Prevention (UN-ODCCP),
02/02/12 22
Potret Korupsi pada Pengadaan Barang/Jasa
RENSTRA
Otoritas Keu/ Otoritas
Perencanaan Politik
Ti
Pimpinan
tip
an
Ti
tip
an
n
s ula k KPB KPA
U ye
pro
Ti oy nan
tip ek
pr ka
an /
re
Panitia % %
Pengadaan
ek Spek Brg/Js
r oy an
P ip Pimpro
Tit OE/HPS
Mark Kick
Up Back
Lelang/
PS
H Tender
Penyedia
Kick Barang/Jasa Proforma
Back
Sumber: Centre of International Crime Prevention (CICP) dari UN Office for Drug Control and Crime Prevention (UN-ODCCP),
02/02/12 23
Negara Mengarah Kleptokrasi
|KOMPAS Selasa, 14 Juni 2011 | 03:15 WIB
Negara Mengarah Kleptokrasi
| Selasa, 14 Juni 2011 | 03:15 WIB
Jakarta, Kompas - Korupsi tak hanya terjadi di lembaga yudikatif, peradilan, tetapi juga ada di legislatif dan
eksekutif. Kondisi ini diketahui pemerintah maupun rakyat. Namun, pemerintah tak berhasil mengatasinya. Bahkan,
bangsa Indonesia mengarah menjadi negara kleptokrasi, yakni negara yang diperintah oleh para pencuri.
Demikian benang merah yang dapat ditarik dari pendapat advokat senior Adnan Buyung Nasution dan pengajar
Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Gun Gun Heryanto, secara terpisah di
Jakarta, Senin (13/6). Indonesia semakin terperangkap dalam pusaran kleptokrasi, kata Gun Gun lagi.
Menurut Adnan Buyung, dua tahun terakhir ini berbagai kasus korupsi semakin terungkap. Kasus korupsi tak hanya
terjadi di lembaga peradilan, tetapi juga di lembaga eksekutif dan legislatif. Musuh besar kita kini adalah
korupsi, ungkap mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu. Ia berharap Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono tidak hanya memberikan pernyataan terkait pemberantasan korupsi, tetapi juga melakukan karya yang
lebih nyata.
Pemberantasan korupsi butuh kepemimpinan, kata Adnan Buyung lagi. Ia juga menyarankan Presiden Yudhoyono
mengubah kabinetnya, dan menunjuk seorang menteri koordinator bidang hukum dan hak asasi manusia, dan
memilih figur yang bersih dan tegas untuk menjabatnya, yang akan memimpin pemberantasan korupsi dengan
tegas. Selain itu, KPK harus tetap diperkuat, dan jangan diganggu.
Negara gagal
Gun Gun menjelaskan, kleptokrasi biasa diartikan sebagai negara yang diperintah oleh pencuri. Penguasa memakai
uang rakyat untuk memperkaya diri sendiri atau korupsi. Praktik korupsi dilakukan dengan menyelewengkan
kewenangan untuk memengaruhi kebijakan.
Kondisi itu, lanjut Gun Gun, terjadi di Indonesia. Korupsi dilakukan lembaga pemegang kekuasaan negara, baik
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Ketiga lembaga itu sering kali melakukan persekongkolan untuk
menyelewengkan uang rakyat.
02/02/12 24
Korupsi dan Kleptokrasi Dibiarkan, Indonesia
Bisa Mengarah Pada Negara Gagal
KOMPAS, Rabu, 14 Sep 2011 12:05 WIB
JAKARTA, RIMANEWS-Indonesia kini memasuki masa kelam, terutama berkaitan dengan pemberantasan
korupsi. Kasus korupsi yang melibatkan M Nazaruddin, Kemenpora, mafia pajak, Century dan yang terbaru
adalah korupsi di tubuh Kemenakertrans, memperkuat dugaan bahwa terjadi korupsi berjamaah instansi
pemerintah. Rejim yang berkuasa di Negeri ini pun terjebak dalam arus kuat menuju kleptokrasi.
Dengan sistem pembagian kekuasaan (power sharing), maka kabinet dibentuk dengan mengadopsi wakil dari
partai-partai koalisi. Konsekuensinya, anggota kabinet tidak terseleksi berdasarkan sikap profesionalisme,
tapi tunduk pada kebijakan partai.
Akibatnya, kata pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti dari LIPI, korupsi di kementerian yang dipimpin menteri
dari partai anggota koalisi, terjadi secara membabi buta. Korupsi terjadi karena mereka membutuhkan dana
untuk membangun kantor-kantor partai yang megah. Juga
02/02/12 25
Indonesia Miliki Lima Ciri Negara Gagal
Caroline Damanik | I Made Asdhiana | Sabtu, 16 Juli 2011 | 12:04 WIB
SURYA/SUGIHARTO Sejumlah seniman dan warga Surabaya menggelar teatrikal dalam aksi menolak kekerasan massa di depan Gedung Grahadi
Surabaya, Rabu (9/2/2011). Aksi tersebut untuk menyikapi perusakan tempat ibadah di Temanggung, Jawa Tengah.
JAKARTA, KOMPAS.com Tampaknya tinggal harapan untuk maju saja yang dimiliki Indonesia saat ini. Politisi Hanura, Akbar Faisal,
mengatakan, mekanisme negara di tingkat eksekutif, legislatif, dan yudikatif kacau dan tidak melakukan tugasnya masing-masing. Akbar
mengatakan, lima ciri negara gagal sudah melekat pada Indonesia.
"Ciri lima negara gagal ada pada kita. Pertama, tak ada jaminan keamanan untuk semua warga negara. Misalnya, orang-orang yang seharusnya
bisa beribadah di tempat yang sudah dijamin secara hukum ternyata tidak bisa," katanya dalam diskusi mingguan Polemik, Sabtu (16/7/2011).
Ciri keduanya adalah pemerintah gagal memenuhi kebutuhan rakyat. Ketiga, korupsi justru dilakukan lembaga yang seharusnya melakukan
pemberantasan terhadapnya. Ciri keempat adalah terjadi bentrokan horizontal. Ironisnya, aparat membiarkan hal itu terjadi.
"Kelima, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Ini sudah terjadi. Kita harus kembali pada substansi tugasnya untuk
menjalankan konstitusi," katanya.
02/02/12 26
Senin, 19 Zulqaidah 1432 / 17 Oktober 2011 | 19:28
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTAKondisi bangsa Indonesia yang makin terpuruk dan memperihatinkan, dan pemerintahan
yang tampak lari dari masalah bisa menjerumuskan bangsa ini ke kondisi negara gagal (Failed State). Maka, perlu
desakan dari seluruh pihak kepada pemerintah menghilangkan berbagai persoalan bangsa ini.
Kami tokoh agama beserta Forum Rektor memiliki satu pandangan dengan kondisi bangsa ini, bahwa Indonesia amat
serius terpuruk, ungkap Din Syamsuddin dari forum lintas agama dalam diskusi publik menganalisa laporan ke Rumah
Pengaduan Pembohongan Publik. Diskusi digelar bersama bersama Forum Rektor dan 28 guru besar di Universitas
Negeri Jakarta, Jumat (4/2).
Menurut Din, sikap Pemerintah selama ini terlihat defensif, berapologi terhadap kritik, dan selalu lari dari masalah.
Harusnya bisa introspeksi diri dan bukan membawa masalah ke arah personal.
Bicara soal korupsi, Franz Magnis Suseno menilai, korupsi yang merajalela mulai dari pusat hingga daerah saat ini jauh
lebih parah dari era Orde Baru. Era Pak Harto bahkan tidak ada reformasi, akan tetapi korupsi kala itu tak jauh lebih
parah dari saat ini, papar tokoh agama dari Katolik ini
Bahkan ia lihat KPK saat ini dibatasi. Kami bukannya tidak percaya kepada pemerintah, akan tetapi kalau diperhatikan
korupsi merajalela di berbagai institusi, bahkan polisi dan jaksa tampak ogah-ogahan menghilangkan korupsi, ucapnya.
Ia menambahkan jika kondisi ini di biarkan bukan tak mungkin kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah akan hilang.
Pikiran masyarakat yang sudah terbiasa melihat korupsi tidak akan kritis seperti biasanya, karena korupsi sudah terlalu
biasa, ucapnya.
Sofian Effendi, mantan rektor Universitas Gadjah Mada, menjelaskan Indonesia saat ini di posisi 61 dari 177 negara
masuk Indeks Negara Gagal tahun 2010. Meski Indonesia belum berkategori sangat serius, akan tetapi 12.3 poin lagi
Indonesia akan masuk wilayah sangat serius. Ini sudah turun, bukan tak mungkin tahun depan kita akan turun lagi,
ucapnya. Redaktur: Johar Arif Reporter: Ichsan Emrald Alamsy
02/02/12 27
Keinginan masyarakat untuk memberantas korupsi itu sendiri akan terlihat membias, apabila
terkait dengan kepentingannya, atau kelompoknya, perilaku koruptif dianggap wajar.
Penyebaran korupsi yang telah merambah seluruh sektor dan tingkatan sistem dalam
kehidupan masyarakat itu menjadikan korupsi sebagai suatu kejahatan yang luar biasa, yang
merugikan hak sosial dan hak ekonomi bagi mereka yang kurang mampu. Kondisi ini diikuti
dengan berkembangnya tindakan kriminal lainnya baik secara kuantitas maupun kualitas.
Kriminalitas ikutan ini menjadi penyebab tumbuhnya penyakit dan kerawanan sosial dalam
masyarakat.
Pertanyaannya kepada diri kita masing-masing barangkali adalah :
02/02/12 28
Tahun Kegiatan Lingkup Dasar Hukum
1957 Operasi Militer Kegiatan tidak terstruktur PRT/PM/06/1957
Pemberantasan
1967 Represif & Preventif Keppres 228 Tahun 1967
Korupsi
Inpres 9 Tahun 1977
1977 Opstib Penertiban Sistem & Operasi
02/02/12 29
PELAJARAN DARI KORUPSI &
UPAYA PEMBERANTASANNYA
Kualitas korupsi
makin meningkat Akibat yang
Jumlah yang ditimbulkanpun luar biasa
dikorup luar biasa melanggar hak sosial
besar masyarakat
02/02/12 30
KERANGKA HUKUM DAN KEBIJAKAN
PEMBERANTASAN KORUPSI
Kerangka hukum pemberantasan korupsi terlihat dari peraturan perundang-undangan
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah RI mencakup :
Tap MPR No XI tahun 1998,
UU No 28 th 1999 tentang Penyelanggaraan Pemerintahan yang
Bersih dan Bebas dari KKN,
UU No. 31 th 1999 jo UU No 20 th 2000 tentang Tindak Pidana
Korupsi,
PP Nomor 71 Tahun 2000 ttg
UU No 30 th 2002 tentang KPK,
UU No 7 th 2006 tentang ratifikasi UNCAC th 2003,
Inpres No 5 th 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi,
PP NOMOR 80 Tahun 2008 ttg Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah dll.
02/02/12 31
Pasal 1 ayat (3) UU No. 30 Tahun 2002
02/02/12 32
DESIGN STRATEGI KPK
1. Strategi Deteren
Tindakan yang menimbulkan efek jera pelaku korupsi baik bidang
penindakan maupun pencegahan korupsi
2. Strategi Komprehensif
Pemberantasan korupsi tidak hanya dilakukan KPK tetapi bersama
dengan semua komponen bangsa sesuai tugas, kewenangan dan peran
masing-masing
3. Strategi Pemicuan/trigger mechanism
Mendobrak kebekuan penindakan TPK dan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pemberantasan TPK
4. Strategi Pemulihan
Pengembalian kerugian Negara dan pemulihan mental masyarakat
melalui pembangunan budaya anti korupsi dan lain-lain (recovery,
preventive dan preemptif action)
5. Strategi Reformasi Birokrasi
Secara bertahap melalui Penguatan Kelembagaan dimana KPK sebagai
Role Model
02/02/12 33
SASARAN STRATEGIS KPK
02/02/12 34
TUJUAN & SASARAN STRATEGIS KPK
Tujuan Strategis
Sasaran Strategis
02/02/12 35
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
ZONA INTEGRITAS
Zona Integritas adalah wilayah yang ada di Kementerian/Lembaga,
Instansi Pemerintah di Pusat/Daerah yang dikembangkan sebagai
wujud penerapan usaha-usaha nyata dalam pencegahan dan
pemberantasan korupsi dengan peningkatan kualitas sistem
kelembagaan dan sumber daya manusia dalam rangka penguatan
komitmen antikorupsi.
02/02/12 44
Mekanisme Pembangunan Zona Integritas (ZI)
menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
Memenuhi
kriteria
Pelaksanaan Program
AK, PI, LHKPN, Graf, Penetapan ZI oleh Monitoring Penetapan
Calon Unit
KWS, Kode Etik, Diklat, pimpinan K/L/ dan Penilaian
Kerja ZI
Kampanye, SOP, PBJ, Prop/Kab/Kota oleh KPK WBK
YanPublik, dsb
Tidak
Dicanangkan / Berdasarkan usulan / Kriteria : memenuhi
Asistensi, Coaching, rekomendasi dan dibina kriteria
dideklarasikan oleh 1). Survei integritas (Nilai > Rata-rata)
Fasilitasi, Monev, dsb Tim penggerak
pimpinan K/L/Prop/Kab/ 2). LHA BPK/BPKP/Inspektorat (KN = 0)
oleh Tim penggerak Integritas K/L/Prop/
Kota bersama KPK 3). Tidak ada pegawai yang menjadi
Integritas K/L/Prop/Kab/ Kab/Kota tersangka korupsi
Kota + FGD
Pembinaan kembali
02/02/12 45
FGD Definisi dan
Pembelajaran Integritas
INTEGRITAS:
Kesatuan antara pikiran,
perasaan, ucapan, tindakan
dengan hati nurani
INTEGRITAS : KEJUJURAN (HONESTY),
KEBENARAN (TRUTHFULNESS), BERANI
(COURAGE), BERTANGGUNG JAWAB
(RESPONSIBILITY), KESETIAAN
(LOYALTY). (ACFE Code of Professional
Ethics)
02/02/12 46
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
TIRI : Fredrik Galtung
Io Integritas Organisasi
a Alignment atau interaksi
A Accountability
C Competency
E Ethics
C Corruption
02/02/12 48
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
UU No. 30 Tahun 2002
Swasta
1. Etika Bisnis (Good Corporate Governance)
2. E-Procurement (e-Announcement)
3. Island of Integrity
Masyarakat
1. Pelayanan Publik
2. Pendidikan Anti-Korupsi
3. Peran serta Masyarakat/Laporan
02/02/12 51
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
Perubahan Perilaku sbg
Tujuan Akhir Reformasi Birokrasi
02/02/12 54
NILAI, KEBUDAYAAN, PERADABAN DAN
ETIK (Kamus Umum Bahasa Indonesia)
NILAI :
SIFAT-SIFAT (HAL-HAL) PENTING ATAU BERGUNA BAGI KEMANUSIAAN
NILAI BUDAYA : KONSEP ABSTRAK MENGENAI MASALAH DASAR YG
SANGAT PENTING DAN BERNILAI DI KEHIDUPAN MANUSIA
KEBUDAYAAN :
HASIL KEGIATAN DAN PENCIPTAAN BATIN (AKAL BUDI) MANUSIA
SEPERTI KEPERCAYAAN, KESENIAN, DAN ADAT ISTIADAT
KESELURUHAN PENGETAHUAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMAHAMI LINGKUNGAN SERTA
PENGALAMANNYA DAN YANG MENJADI PEDOMAN TINGKAH LAKUNYA.
PERADABAN :
KEMAJUAN (KECERDASAN, KEBUDAYAAN) LAHIR BATIN
HAL YANG MENYANGKUT SOPAN SANTUN, BUDI BAHASA, DAN
KEBUDAYAAN SUATU BANGSA.
02/02/12 55
NILAI, KEBUDAYAAN, PERADABAN DAN
ETIK (Kamus Umum Bahasa Indonesia)
ETIK :
KUMPULAN ASAS ATAU NILAI YANG BERKENAAN DENGAN
AKHLAK
NILAI MENGENAI BENAR DAN SALAH YANG DIANUT SUATU
GOLONGAN ATAU MASYARAKAT
KODE ETIK :
KODE : TANDA (KATA-KATA, TULISAN) YANG DISEPAKATI UNTUK
MAKSUD-MAKSUD TERTENTU ( UNTUK MENJAMIN KERAHASIAAN
BERITA, PEMERINTAH DSB); KUMPULAN PERATURAN YANG
SISTEMATIS ; KUMPULAN PRINSIP YANG SISTEMATIS
NORMA DAN ASAS YG DITERIMA OLEH SUATU POK TTT SBG
LANDASAN TINGKAH LAKU
KODE ETIK PROFESI : ATURAN TATA SUSILA PROFESI, NORMA
TERTULIS YG MENGATUR SIKAP, TINGKAH LAKU DAN TATA
KRAMA PROFESI
KODE ETIK SOSIAL : SISTEM NORMA YG MEMBEDAKAN TINGKAH
LAKU YG BAIK DAN YG BURUK DI PERGAULAN ANTAR MANUSIA
02/02/12 56
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
CIRI-CIRI :
MERUPAKAN POLA PERILAKU, YANG MAMPU MENGATUR
INTERAKSI ANTAR ANGGOTA ORGANISASI, DAN ANTARA
ANGGOTA ORGANISASI DENGAN PIHAK LUAR
MEMILIKI PEREKAT BERUPA ASUMSI-2 PENTING DAN
NILAI-2 DOMINAN YANG MAMPU BERPADU SECARA
HARMONIS, AKOMODATIF DALAM MENGHADAPI SETIAP
PERMASALAHAN ORGANISASI
DIDUKUNG OLEH INFORMASI DAN KOMUNIKASI SECARA
SIBERNETIKA (MAMPU MENGENDALIKAN SENDIRI)
DAPAT DILIHAT (TEROBSERVASI) DARI APA YANG
DIKATAKAN, DIKERJAKAN DAN DIPIKIRKAN ORANG-2
DALAM ORGANISASI (IKLIM ORGANISASI).
DAPAT BERUBAH SETIAP SAAT UNTUK MENYESUAIKAN
DIRI DENGAN LINGKUNGANNYA. WALAUPUN TIDAK
MUDAH (RELATIF STABIL)
02/02/12 58
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
PERUBAHAN
BO MAMPU MENYESUAIKAN DIRI (ADAPTASI ) DG LINGKUNGAN
MELIBATKAN ORANG-2 DI DALAM ORGANISASI (PIMPINAN &
BAWAHAN) UTK UBAH BO
PERUBAHAN DILAKUKAN THD NILAI-2 YG DISEPAKATI, PADA
LEVEL PERMUKAAN, PENDUKUNG & INTI
PERUBAHAN HRS TETP MENGACU PADA MISI ORG, YG
TERKAIT DG TUJUAN & STRATEGI ORGANISAS
02/02/12 60
KEBUDAYAAN APARAT
PERADABAN APARAT MERUPAKAN KATA LAIN DARI BUDAYA
ORGANISASI APARAT ATAU BIROKRASI
BUDAYA TERSEBUT TERBENTUK OLEH PRAKTEK SEHARI-HARI
APARAT / BIROKRASI DALAM PELAKSANAAN TUGASNYA, YANG
TIDAK LEPAS DARI NILAI-NILAI YANG HIDUP DI DALAM
MASYARAKATNYA YANG MENGANGGAP BAHWA KORUPSI ITU
LUMRAH / BIASA DILAKUKAN
BUDAYA APARAT SAAT INI DINILAI TIDAK SEIRAMA DENGAN
NILAI-NILAI LUHUR MASYARAKAT YANG TIDAK MENTOLERIR
ADANYA PERILAKU KORUP (TERDAPAT PERTENTANGAN NILAI
NYATA DAN NILAI IDEAL)
PERLAWANAN TERHADAP KPK YANG INTENSITASNYA MAKIN
BESAR MERUPAKAN INDIKASI MASIH KUATNYA PERILAKU
KORUPSI DALAM BUDAYA APARAT SAAT INI, YANG NAMPAK
SECARA NYATA PADA PERILAKU KOMUNITAS POLITIK,
KOMUNITAS EKONOMI DAN KOMUNITAS HUKUM.
02/02/12 61
GOOD GOVERNANCE
02/02/12 62
GOOD GOVERNANCE
02/02/12 63
PRINSIP-PRINSIP
GOOD GOVERNANCE
KEPASTIAN HUKUM :
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DIDASARKAN PADA
HUKUM & ATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
AZAS KEPATUHAN DAN KEADILAN
KETERBUKAAN :
ADANYA HAK MASYARAKAT MEMPEROLEH INFORMASI YG
BENAR, JUJUR DAN TIDAK DISKRIMINATIF TENTANG
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN OLEH
BIROKRASI
PEMERINTAH TETAP MEMPERHATIKAN PERLINDUNGAN
HAK AZASI PRIBADI, GOLONGAN DAN RAHASIA NEGARA
AKUNTABILITAS PUBLIK
PERTANGGUNGJAWABAN DARI SEMUA KEGIATAN
BIROKRASI PEMERINTAH KEPADA MASYARAKAT SBG
PEMEGANG KEDAULATAN TERTINGGI NEGARA
02/02/12 64
PRINSIP-PRINSIP
GOOD GOVERNANCE
PROFESIONALITAS
KEAHLIAN BIROKRAT YG BERLANDASKAN KOMPETENSI, KODE
ETIK & PERATURAN / UNDANG2
MORALITAS
ASPEK MORAL, SIKAP DAN PERILAKU APARAT DALAM
MENJALANKAN TUGAS & FUNGSINYA
PROPORSIONALITAS
KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
NETRALITAS
KETIDAK BERPIHAKAN APARATUR PEMERINTAH PADA SATU
GOLONGAN TERTENTU DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
KEPADA MASYARAKAT
02/02/12 65
Akuntabilitas adl kewajiban untuk memberikan pertggjwbn , untuk menjawab atau
menjelaskan kinerja/tindakan kpd pihak yg berwenang/berhak mendapat jawaban/
penjelasan.Dg ini dapat dimonitor, dinilai, dikritisi, menunjukkan trcaceability dan
reasonableness.
Fairness : kesetaraan (equal) perlakuan kpd berbagai pihak, perlu adanya ketentuan
yang mengatur standar pelayanan
Integritas : GC bukanlah suatu yg bersifat administratif dan makanikal, melainkan
komitmen dan niat baik dri pengelola/pelaksana kegiatan.Integritas (Oxford 1994) adl
kualitas (man) yg jujur dan teguh secara moral, bertindak baik dg keyakinan memberi
yg terbaik.
Kemandirian : adl suatu kondisi yg bebas dr pengaruh, fasilitas, intervensi serta
tekanan yg tidak sesuai dg mekanisme dan prsedur yg seharusnya dr pihak manapun bg
kepentingan/keuntungan sekelompok tertentu.
Partisipasi : keterlibatan aktif/interaksi berbagai pihak dlm kegiatan/pengelolaan
kegiatan.
02/02/12 66
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI
MEMBANGUN BUDAYA TAAT PADA HUKUM SEHINGGA MAMPU
MENGEREM NIAT JAHAT UNTUK MELAKUKAN KORUPSI
(AKTUALISASIKAN PERAN PENDIDIKAN)
02/02/12 68
02/02/12 CERAMAH NILAI KEBANGSAAN
LEMHANAS - AMPI