Anda di halaman 1dari 37

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI adalah serangkaian tindakan


untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana korupsi melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan
di pengadilan, dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
TINDAK PIDANA : Perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi)
yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar
aturan tersebut .

KORUPSI : suatu perbuatan yang dilakukan dengan


maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak
sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak
lain, secara salah menggunakan jabatan atau karakternya
untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk diri sendiri
atau orang lain, bersamaan dengan kewajibannya dan
hak-hak dari pihak lain.
Beberapa terminologi
Beberapa terminologi korupsi
korupsi
• Korup = busuk, palsu, suap (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1991)
• Korup = suka menerima uang
sogok, menyelewengkan
uang/barang milik perusahaan atau
negara, menerima uang dengan
menggunakan jabatan untuk
kepentingan pribadi (kamus hukum,
2002)
• Korup = kebejatan, ketidakjujuran,
tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian (the lexicon webster
dictionary, 1978)
Perundang-undangan yang Tujuannya
Mengikis Habis Korupsi
 Undang-undang (UU) No. 24/Prt/1960 tentang Pengusutan Penuntutan
dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi;
 Undang-undang No. 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana;
 UU Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
 UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, berikut perubahannya sebagaimana diatur UU Nomor 20
tahun 2001;
 UU Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang;
 UU Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi;
 TAP MPR Nomor XI/MPR/1998, tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
 TAP MPR Nomor VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
KORUPSI YANG TERKAIT
DENGAN
KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

Pasal 2
Pasal 3
MELAWAN HUKUM UNTUK MEMPERKAYA DIRI
DAN DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA
ADALAH KORUPSI

8
MENYALAHGUNAKAN KEWENANGAN UNTUK
MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI DAN DAPAT MERUGIKAN
KEUANGAN NEGARA ADALAH KORUPSI

9
Kerugian Negara
Keuangan Negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan Negara dalam bentuk
apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala
bagian kekayaan Negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena :

 Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan


mempertanggungjawaban pejabat lembaga Negara,baik ditingkat
pusat maupun didaerah.
 Berada dalam penguasaan,pengurusan,dan mempertanggungjawaban
Badan Usaha Milik Negara/Badan Uasaha Milik Daerah,yayasan,badan
hukum,dan perusahaan yang menyertakan modal Negara, atau
perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan
perjanjian dengan Negara.
Perekonomian Negara
Sedangkan yang dimaksud dengan Perekonomian
Negara adalah kehidupan Perekonomian yang disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang
didasarkan pada kebijakan Pemerintah, baik ditingkat
pusat maupun didaerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran , dan
kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN SUAP -
MENYUAP

Pasal 5 ayat (1) huruf a Pasal 11


Pasal 5 ayat (1) huruf b Pasal 6 ayat (1) huruf a
Pasal 13 Pasal 6 ayat (1) huruf b
Pasal 5 ayat (2) Pasal 6 ayat (1)
Pasal 12 huruf a Pasal 12 huruf c
Pasal 12 huruf b Pasal 12 huruf d
MENYUAP PEGAWAI NEGERI
ADALAH KORUPSI

Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai


negara atau penyelenggara negara dengan maksud
pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya.

13
PEGAWAI NEGERI MENERIMA SUAP
ADALAH KORUPSI

PEGAWAI NEGARI ATAU PENYELENGGARA


NEGARA YANG MENERIMA PEMBERIAN ATAU
JANJI SEBAGAIMANA AYAT (1)

14
MENYUAP HAKIM ADALAH KORUPSI

 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada


hakim
 dengan maksud untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk
diadili.

Pidana penjara 3 tahun - 15 tahun dan atau


pidana denda Rp. 150 juta - Rp. 750 juta.
15
MENYUAP ADVOKAT ADALAH KORUPSI

 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang


menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
ditentukan menjadi advokat
 untuk menghadiri sidang pengadilan
 dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat yang akan diberikan berhubungan dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

Pidana penjara 3 tahun - 15 tahun dan atau pidana denda


Rp. 150 juta - Rp. 750 juta.
16
HAKIM & ADVOKAT MENERIMA SUAP
ADALAH KORUPSI

Hakim yang menerima pemberian atau janji dengan maksud


untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili ;
atau
Advokat yang menerima pemberian atau janji untuk menghadiri
sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat
atau pendapat yang akan diberikan berhubungan dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

Pidana penjara 3 tahun - 15 tahun dan atau


pidana denda Rp. 150 juta - Rp. 750 juta.
17
HAKIM MENERIMA SUAP
ADALAH KORUPSI

 Hakim ;
 Yang menerima hadiah atau janji ;
 Padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili.

Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 4 tahun - 20 tahun dan pidana
denda Rp 200 juta - Rp 1 miliar.
18
ADVOKAT MENERIMA SUAP
ADALAH KORUPSI

 Seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan


ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan ;
 Menerima hadiah atau janji ;
 Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili.

Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 4 tahun -


20 tahun dan pidana denda Rp 200 juta - Rp 1 miliar.
19
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
PENGGELAPAN DALAM JABATAN

Pasal 8
Pasal 9
Pasal 13
Pasal 10 huruf a
Pasal 10 huruf b
Pasal 10 huruf c
PEGAWAI NEGERI MENGGELAPKAN UANG
ATAU MEMBIARKAN PENGGELAPAN
ADALAH KORUPSI

 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang


ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara
terus menerus atau untuk sementara waktu ;
 dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga
yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan
uang atau surat berharga tersebut diambil atau
digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam
melakukan perbuatan tersebut.
Pidana penjara 3 tahun - 15 tahun dan pidana
denda Rp. 150 juta - Rp. 750 juta. 21
PEGAWAI NEGERI MERUSAKKAN BUKTI
ADALAH KORUPSI

 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang


diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara
terus menerus atau untuk sementara waktu ;
 Menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau
daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang
dikuasai karena jabatannya.

Pidana penjara 2 tahun - 7 tahun dan


pidana denda Rp. 100 juta - Rp. 350 juta.
22
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
PERBUATAN PEMERASAN

Pasal 12 huruf e
Pasal 12 huruf g
Pasal 12 huruf f
PEGAWAI NEGERI MEMERAS
ADALAH KORUPSI

Pegawai negeri atau penyelenggara negara ;


Yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain ;
Secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya ;
Memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.

Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 4 tahun - 20 tahun dan pidana dend
Rp. 200 juta - Rp. 1 milyar

24
PEGAWAI NEGERI MEMERAS
PEGAWAI NEGERI YANG LAIN
ADALAH KORUPSI

ж Pegawai negeri atau penyelenggara negara ;


ж Yang pada waktu menjalankan tugas ;
ж Meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai ; negeri atau
penyelenggara yang lain atau kepada kas umum ;
ж Seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain ; atau kas umum tersebut
mempunyai utang kepadanya ;
ж Padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.

Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 4 tahun - 20 tahun dan pidana dend
Rp. 200 juta - Rp. 1 milyar 25
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
PERBUATAN CURANG

Pasal 7 ayat (1) huruf a


Pasal 7 ayat (1) huruf b
Pasal 7 ayat (1) huruf c
Pasal 7 ayat (1) huruf d
Pasal 7 ayat (2)
Pasal 12 huruf h

26
PEMBORONG BERBUAT CURANG
ADALAH KORUPSI

 Pemborong, ahli bangunan ;


 Yang pada waktu membuat bangunan ATAU menyerahkan bahan
bangunan ;
 Melakukan perbuatan curang ;
 Yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara ;
 Dalam keadaan perang.

pidana penjara 2 tahun - 7 tahun dan pidana denda


Rp. 100 juta - Rp. 350 juta.
27
PEGAWAI NEGERI MENYEROBOT TANAH NEGARA
SEHINGGA MERUGIKAN ORANG LAIN
ADALAH KORUPSI

 Pegawai negeri atau penyelenggara negara ;


 Yang pada waktu menjalankan tugas ;
 Telah menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai ;
 Seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
 Telah merugikan orang yang berhak ;
 Padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan

Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 4 tahun - 20 tahun


dan pidana denda Rp. 200 juta - Rp. 1 milyar .
28
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
GRATIFIKASI

Pasal 12 B jo. Pasal 12 C

29
PEGAWAI NEGERI MENERIMA GRATIFIKASI
DAN TIDAK LAPOR KPK ADALAH KORUPSI

(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajibannya atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Yang nilainya Rp. 10.000.000,- atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi


tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi.
b. Yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000,-, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

(2) Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp. 200 juta dan paling
banyak Rp.1 milyar.
30
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan
gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau Negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) diatur dalam Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
31
TINDAK PIDANA LAIN
YANG BERKAITAN
DENGAN TINDAK PIDANA KORUPSI

32
MERINTANGI PROSES PEMERIKSAAN PERKARA
KORUPSI

 Setiap orang ;
 Dengan sengaja mencegah, merintangi, atau mengagalkan
secara langsung atau tidak langsung ;
 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam
perkara korupsi.
Pidana penjara 3 tahun - 12 tahun dan atau pidana denda
Rp. 150 juta - Rp. 600 juta.

34
BANK YANG TIDAK MEMBERIKAN
KETERANGAN REKENING TERSANGKA

 Setiap orang sebagaimana


(1) Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan atau dimaksud dalam Pasal 28,
pemeriksaan di sidang pengadilan, penyidik, penuntut Pasal 29, Pasal 35, atau
umum, atau hakim berwenang meminta kepada bank Pasal 36 ;
tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa.  Dengan sengaja tidak
(2) Permintaan keterangan kepada bank sebagaimana dimaksud dalam memberi keterangan atau
ayat (1) diajukan kepada Gubernur Bank Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. memberi keterangan yang
(3) Gubernur Bank Indonesia berkewajiban untuk memenuhi permintaan
tidak benar.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)dalam waktu selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari kerja, terhitung sejak dokumen permintaan
diterima secara lengkap. Pidana penjara 3 tahun - 12
(4) Penyidik, penuntut umum, atau hakim dapat meminta tahun dan atau denda Rp.
kepada bank untuk memblokir rekening sinpanan milik 150 juta - Rp. 600 juta.
tersangka atau terdakwa yang diduga hasil dari korupsi.
(5) Dalam hal hasil pemeriksaan terhadap tersangka atau terdakwa tidak
diperoleh bukti yang cukup, atas permintaan penyidik, penuntut
umum,atau hakim,bank pada hari itu juga mencabut pemblokiran.

35
SAKSI ATAU AHLI YANG TIDAK MEMBERI KETERANGAN
ATAU MEMBERI KETERANGAN PALSU

(1) Setiap orang wajib memberikan


keterangan sebagai saksi atau ahli,
 Setiap orang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28,
kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara
kandung, isteri atau suami, anak dan Pasal 29, Pasal 35, atau
cucu dari terdakwa. Pasal 36 ;

(2) Orang yang dibebaskan sebagai saksi


 Dengan sengaja tidak
memberi keterangan atau
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
memberi keterangan yang
dapat diperiksa sebagai apabila mereka tidak benar.
menghendaki dan disetujui secara tegas
oleh terdakwa.
Pidana penjara 3 tahun - 12
(3) Tanpa persetujuan sebagaimana tahun
dimaksud dalam ayat (2), mereka dapat dan atau denda Rp. 150 juta - Rp.
memberikan keterangan sebagi saksi 600 juta.
tanpa disumpah.

36
SAKSI YANG MEMBUKA IDENTITAS PELAPOR

(1) Dalam penyidikan dan pemeriksaan di Saksi yang tidak


sidang pengadilan, saksi dan orang lain memenuhi ketentuan
yang bersangkutan dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud
korupsi dilarang menyebutkan nama atau dalam Pasal 31,
alamat pelapor, atau hal-hal lain yang dipidana dengan pidana
memberikan kemungkinan dapat penjara paling lama 3
diketahuinya identitas pelapor. (tiga) tahun dan atau
(2) Sebelum pemeriksaan dilakukan, larangan denda paling banyak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Rp. 150.000.000,00
diberitahukan kepada saksi dan orang lain (Seratus lima puluh juta
tersebut. rupiah)

37

Anda mungkin juga menyukai