Anda di halaman 1dari 10

Pasal 12

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) :

a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat
atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;
c. Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan
menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau
janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung
dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;
e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
f. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-
olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum
tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang;
g. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah
merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang;
h. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai,
seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan
orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; atau
i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

Pasal 12 A

1) Ketentuan mengenai pidana penjara dan pidana denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 tidak
berlaku bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp 5.000.000 (lima juta
rupiah)
2) Bagi pelaku tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp 5.000.000 (Lima juta
rupiah) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah)

Pasal 12 B

1) setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap


pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Yang nilainya Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut akan merupakan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah), pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
c. Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana
denda paling sedikit Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).

Pasal 12 C

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku, jika
penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada komisi pemberantasan
tindak korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh
penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi tersebut diterima.
(3) Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi dalam waktu paling lambat 30
(tigapuluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi
dapat menjadi penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur
dalam undang-undang tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi.
Contoh Putusan :

PUTUSAN

Nomor : 9/Pid.Sus-TPK/2020/Pn.Plg

Nama : AKBP Syaiful Yahya, S.Si, Apt.

Tempat lahir : Malang ;

Umur / tgl lahir : 51 tahun / 18 Oktober 1968 ;

Jenis kelamin : Laki-laki ;

Kebangsaan : Indonesia ;

Tempat tinggal : Jl. Urip Sumoharjo Lr. Madiun Nomor 72

Kota Palembang;

Agama : Islam ;

Pekerjaan :Polri (Mantan Kasubbbid Kespol Biddokes Kepolisian Daerah Sumatera Selatan);

Pendidikan : S.1

KASUS POSISI

Bahwa telah terjadi Tindak Pidana Korupsi oleh Terdakwaa AKBP Syaiful Yahya,
S.Si, Apt yang merupakan seorang Polri (Mantan Kasubbid Kespol Biddokes Kepolisian
Daerah Sumatera Selatan), Terdakwa tersebut dinyatakan telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan perbarengan tindak pidana korupsi secara bersama-sama,
yaitu menerima uang sebesar Rp 6.050.000.000 ( enam miliar lima puluh juta rupiah) yang
berasal dari 25 (dua puluh lima) orang calon Bintara Bintara yang mengikuti seleksi
penerimaan Bintara umum dan Bintara penyidik pembantu Polri tahun anggaran (TA) 2016,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya. saat melakukan tindak pidana tersebut terdakwa tidak
bekerja sendirian melainkan dengan beberapa partner atau beberapa orang, mereka secara
sadar bekerja sama untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar atau bertentangan
dengan kewajibannya. Perbuatan terdakwa tersebut kemudian dikenakan Pasal 12 huruf a UU
Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang sebagaimana
telah diubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001.

FAKTA-FAKTA YANG DIPEROLEH

1. Bahwa benar terdakwa AKBP Syaiful Yahya, S.Si, Apt sebagai anggota POLRI dan
pada tahun 2016 menduduki jabatan kasubdit Kasubbid Kespol Bid Dokes Kepolisian
Daerah Sumatera Selatan;
2. Bahwa benar pada tahun 2016 (April sampai dengan Mei 2016) Kepolisian Daerah
Sumatera Selatan membuka pendaftaran calon Brigadir POLRI (Bintara Umum dan
Bintara Penyidik Pembantu)
3. Bahwa benar dalam Kepanitiaan seleksi penerimaan Calon Siswa Brigadir POLRI
tersebut, terdakwa AKBP Syaiful Yahya, S.Si, APt, Ditunjuk sebagai Sekretaris Tim
Pemeriksaan Kesehatan (Rikkes)
4. Bahwa benar beberapa hari menjelang pelaksanaan test kesehatan, terdakwa selaku
Sekretaris Tim Rikkes dipanggil oleh Ketua Tim Rikkes KOMBES POL drg. Soesilo
Pradoto, M.Kes ke ruangannya, bilamana ada Calon Siswa yang meminta bantuan
kelulusan agar hal itu dikoordinir oleh terdakwa, M. Kes. mengatakan kepada
terdakwa bahwa biaya untuk dapat dibantu kelulusan adalah sebesar Rp.250.000.000,-
(dua ratus lima puluh juta rupiah) untuk seluruh tahapan, namun bila ada yang hanya
ingin dibantu kelulusan pemeriksaan kesehatan saja atau hanya pemeriksaan test
psikologi, biayanya masing-masing sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)
untuk setiap peserta atau CASIS;
5. Bahwa selanjutnya Ketua Tim Pemeriksa Kesehatan (Rikkes) KOMBESPOL drg.
Soesilo Pradoto, M.Kes memberi pengarahan kepada segenap Anggota Panitia Tim
Pemeriksaan Kesehatan yang dihadiri oleh Panita Rikkes M. Kes menyampaikan agar
pemeriksaan kesehatan tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan bilamana
ada keluarga atau titipan calon siswa yang meminta bantuan kelulusan agar
menghubungi atau dikoordinasikan dengan AKBP Syaiful Yahya, S.Si, A.Pt. selaku
Sekretaris Panitia Rikkses (terdakwa);
6. Bahwa setelah mendapat pengarahan tersebut terdapat beberapa calon siswa yang
dihimpun oleh terdakwa melalui perantara beberapa orang yang juga terlibat
kepanitiaan ada pula yang merupakan anggota POLRI dan PNS pada POLDA Sumsel
7. Bahwa ada pula daftar calon siswa titipan yang meminta bantuan kelulusan
pemeriksaan Kesehatan yang disampaikan melalui saksi AKBP Deni Dharmapala
selaku Sekretaris Panitia Daerah dan selaku Ketua Tim Test Akademik, dengan cara
atau sistem barter nomor titipan, yakni nomor calon siswa yang dititipkan oleh pihak
kesehatan diloloskan pada test Akademik, dan yang dititipkan oleh pihak Akademik
diloloskan pada test Pemeriksaan kesehatannya;
8. Bahwa terdakwa selaku Sekretaris Tim Pemeriksa Kesehatan (Rikkes) dalam kegiatan
seleksi penerimaan calon siswa Brigadir POLRI tahun 2016 di POLDA Sumatera
Selatan menerima sejumlah uang melalui beberapa anggota POLRI dan PNS pada
POLDA Sumsel;
9. Bahwa calon siswa yang dibantu kelulusannya hingga diterima menjadi siswa
Brigadir POLRI dengan memberikan hadiah atau imbalan Sejumlah uang melalui
terdakwa adalah sebanyak 50 (lima puluh) orang Casis, yang berhasil lulus menjadi
Brigadir sebanyak 25 (dua puluh lima) orang dengan rincian :
 Untuk Kabag Psikologi AKBP Drs. Edya Kurnia, M.Psi sebesar Rp.1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah) untuk 50 orang Casis paket (titipan test dari awal sampai akhir) ;
 Untuk Kabag Watpers AKBP M. Thoat Ahmad sebesar Rp.300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah). ;
 Pengembalian uang casis yang tidak lulus sebanyak Rp.250.000.000 (lima ratus juta
rupiah) ;
Sehingga jumlah yang masih disimpan oleh terdakwa sebanyak kurang lebih
Rp.4.500.000.000 (empat milyar lima ratus juta rupiah) Dan dari uang sejumlah
tersebut diberikan kepada KOMBES POL drg. Soesilo Pradoto, M.Kes sebesar
Rp.3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah), dengan rincian :
 Rp.1.500.000.000,- (satu milyar rupiah) merupakan bagian untuk saksi KOMBES
POL drg Soesilo Pradoto, M.Kes selaku Ketua Tim Rikkes, ;
 Kemudian yang sebesar Rp.1.500.000.000,- (satu milyar rupiah) lagi sebagai biaya
operasional KOMBES POL drg.Soesilo Pradoto, M.Kes ;
10. Adapun sisanya sebesar Rp.1.500.000.000,- (satu milyar rupiah) adalah uterdakwa
berkoordinasi dengan bidang-bidang yang lain, yakni : untuk test psikologi dan test
jasmani, dimana kerjasama yang dilakukan adalah memberikan uang untuk mendapat
bantuan kelulusan di bidang test masing-masing sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh
juta rupiah) per calon siswa perrkoordinasi dengan bidang-bidang yang lain, yakni :
untuk test psikologi dan test jasmani, dimana kerjasama yang dilakukan adalah
memberikan uang untuk mendapat bantuan kelulusan di bidang test masing-masing
sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) per calon siswa ;
11. Bahwa uang yang diterima oleh terdakwa dari imbalan memberi bantuan kelulusan
dalam seleksi penerimaan Anggota Brigadir POLRI Tahun 2016 di POLDA Sumatera
Selatan adalah sejumlah Rp.1.500.000.000,- (satu milyar rupiah) ;

DAKWAAN KESATU

Berdasarkan ketentuan Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 46 Tahun 2009


tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, beberapa perbuatan yang harus dipandang
sebagai perbuatan berdiri sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan telah melakukan
atau turut serta melakukan perbuatan menerima hadiah atau janji yaitu menerima uang tunai
dengan jumlah kurang lebih sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta rupiah)
dari jumlah keseluruhan penerimaan uang sebesar Rp 6.050.000.000,- (enam milyar lima
puluh juta rupiah) yang berasal dari 25 (dua puluh lima) orang calon Bintara Bintara yang
mengikuti seleksi Penerimaan Bintara Umum dan Bintara Penyidik Pembantu POLRI Tahun
Anggaran (TA) 2016. Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya.

“Perbuatan Terdakwa AKBP SYAIFUL YAHYA S.Si. A.PT., tersebut merupakan


tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf a Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi o Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.”

DAKWAAN KEDUA

Berdasarkan ketentuan Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 46 Tahun 2009


tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, beberapa perbuatan yang harus dipandang
sebagai perbuatan berdiri sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan telah melakukan
atau turut serta melakukan perbuatan menerima hadiah atau janji yaitu menerima uang tunai
dengan jumlah kurang lebih sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta rupiah)
dari jumlah keseluruhan penerimaan uang sebesar Rp 6.050.000.000,- (enam milyar lima
puluh juta rupiah) yang berasal dari 25 (dua puluh lima) orang calon Bintara Bintara yang
mengikuti seleksi Penerimaan Bintara Umum dan Bintara Penyidik Pembantu POLRI Tahun
Anggaran (TA) 2016. Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya.

“Perbuatan Terdakwa AKBP SYAIFUL YAHYA S.Si. A.PT., tersebut merupakan tindak
pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 5 ayat (2) jo Pasal 5 Ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.”

DAKWAAN KETIGA

Berdasarkan ketentuan Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 46 Tahun 2009


tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, beberapa perbuatan yang harus dipandang
sebagai perbuatan berdiri sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan telah melakukan
atau turut serta melakukan perbuatan menerima hadiah atau janji yaitu menerima uang tunai
dengan jumlah kurang lebih sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta rupiah)
dari jumlah keseluruhan penerimaan uang sebesar Rp 6.050.000.000,- (enam milyar lima
puluh juta rupiah) yang berasal dari 25 (dua puluh lima) orang calon Bintara Bintara yang
mengikuti seleksi Penerimaan Bintara Umum dan Bintara Penyidik Pembantu POLRI Tahun
Anggaran (TA) 2016. Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya.

“ Perbuatan Terdakwa AKBP SYAIFUL YAHYA S.Si. A.PT., tersebut merupakan tindak
pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 11 Undang-Undang RI Nomor
31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.”
DIPUTUSKAN
Bahwa terdakwa AKBP Syaiful Yahya S.Si.Apt terbukti melakukan Tndak Pidana
Korupsi secara bersama-sama. Dan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 12 huruf a “Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) :

a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau


janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;”

Memperhatikan ketentuan Pasal 12 huruf a Undang-Undang No 31 Tahun 1999


tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah
dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2001, menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan
pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan pidana denda sejumlah Rp 200.000.000 (Dua ratus
juta rupiah) dengan ketentuan apabila Dinda tidak dibayar maka diganti dengan Pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan.

MENGADILI
1. Menyatakan terdakwa AKBP Syaiful Yahya S.Si, Apt., terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama
sebagaimana dakwaan kesatu;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun
dan pidana denda sejumlah Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan Pidana kurungan selama 6 (enam)
bulan;
3. menetapkan lamanya penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya
terhadap pidana yang dijatuhkan;
4. Memerintahkan para terdakwa untuk tetap berada di dalam;
5. Menetapkan beberapa barang bukti berupa :
 Uang sebesar Rp 1.496.000.000 (satu miliar empat ratus sembilan puluh enam
juta rupiah) ; Dirampas untuk negara
 Uang sebesar Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) ; Dirampas untuk
negara
 Uang sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) ; Dirampas untuk negara
 Uang sebesar Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) ; Dirampas untuk
negara
 Uang sebesar Rp 354.000.000 (tiga ratus lima puluh empat juta rupiah) ;
Dirampas untuk negara
 Uang sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) ; Dirampas untuk negara
 3 (tiga) lembar fotokopi Surat Telegram Nomor ST/1127/V/2016
 2 (dua) Lembar Print out hasil pemeriksaan psikologi penerimaan Brigadir
penyidik pembantu TA 2016 Polda Sumsel.
 1 (satu) bundel Print out hasil pemeriksaan psikologi penerimaan Brigadir
Polisi TA 2016 Polda Sumsel.
 Barang bukti dalam daftar angka I Penetapan Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada Pengadilan Negeri Palembang Nomor : 2 /
Pen.Pid.Sus-TPK/2019/PN. Plg, tanggal 25 April 2019 Nomor 1, Nomor 2,
Nomor 4, Nomor 5, ;
 Barang bukti dalam daftar angka II huruf a sampai dengan huruf c sesuai
Penetapan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat Nomor : 38 / Pen.Pid.Sus/TPK/V/2019/PN. Jkt.Pst, tanggal 10 Mei
2019;
 Barang bukti pada angka III sesuai penetapan pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada pengadilan negeri Palembang Nomor : 4 / Pen. Pid.Sus-TPK /
2019 / PN. Plg, tanggal 24 Juni 2019 ; Dikembalikan kepada penuntut
umum untuk dipergunakan sebagai barang bukti dalam perkara atas
nama terdakwa AKBP Drs. Edya Kurnia, M.Psi;
6. Membebankan biaya perkara sejumlah Rp 5.000 (lima ribu rupiah) kepada terdakwa.

Anda mungkin juga menyukai