Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISIS HUKUM TINDAK PIDANA KHUSUS “PASAL 12 HURUF G DAN

PASAL 12 HURUF F”

NAMA KELOMPOK :
1. Thiara dwielisa (B1001939)
2. Putri ratu ayu (B10019240)

MATA KULIAH : hukum tindak pidana khusus


DOSEN PENGAMPU :
1. Andi najemi,S.H.,M.H
2. Lilik purwati yudaningsih,S.H.,M.H
3. Dheny wahyudi,S.H.,M.H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
PASAL 12 HURUF F DAN PASAAL 12 HURUF G!

PASAL 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
4(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
f. pegawai negeri atau penyelenggara yang pada waktu menjalankan tugas,
meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kasus umum
tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang.
g. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang,
seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang.

Kasus pasal 12 huruf F dan pasal 12 huruf G

Ironi bupati Irvamn, minta maaf tapi bantah sunat anggaran.


Jakarta, sebelum masuk ke dalam mobil yang mengantarnya ke rumah
tahanan(rutan), bupati cianjur irvan rivano muchtar sempat menyampaikan
permohonana maaf. Alih-alih mengaku telah korup, irvan meminta maaf bila
pengawasannya kurang ketat pada bawahannya sehingga terjadilah operasi
tangkap tangan(OTT) KPK.
“saya mohon maaf kepada masyarakat kabupaten cianjur atas kelalaian saya
mengawasi aparat pemerintah kabupaten cianjur yang telah melanggar hukum,”
kata irvan sebelum masuk mobil tahanan yang mengantarkannya kerumah
tahanan.
KPK menduga irvan memeras kepala sekolah terkait DAK pendidikan sebesar Rp
46,8 miliar. Dia diduga meminta bagian 7 persen atau sekitar Rp. 3,2 miliar dari
DAK tersebut. Soal bantahan irvan itu, KPK pun tak ambil pusing. Bagi KPK, siapa
pun yang telah menjadi tersangka tentunya sudah diperhitungkan betul-betul
buktinya.
“bantahan atau sangkalan dari tersangka sering disampaikan. KPK tentu tidak
bergantung pada keterangan itu tapi pada bukti-bukti yang kami yakini telah
cukup untuk meningkatkan kepenyidikan kemarin,” ucap kabiro humas KPK febri
diansyah.
Mengenai kasusnya, irvan dkk dijerat melanggar pasal 12 huruf F atau pasal 12
huruf E atau pasal 12 B undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi
juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP juncto pasal 64 ayat 1 KUHP.
Pasal 12 huruf F
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,
meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
Pasal 12 huruf E
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Pasal 12 huruf G
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,
meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah
merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang
Sedangkan ancaman pidananya yaitu :
Dipidana dengn pidaana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 200 juta
dan paling banyak Rp. 1 miliar.
Analisis kasus pasal 12 huruf F dan huruf G
Beranjak dari rumusan pasal 12 huruf f dan g undang-undang republic Indonesia
nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, maka salah
satu syarat yang sangat krusial dalam perbuatan tindak pidana korupsi adalah
adanya unsur memaksa yang menjadi karakter khusus dalam tindak pidana
korupsi ini, dimana selain unsur memaksa tentunya juga masih ada unsur-unsur
yang lain.
Memaksa artinya melakukan tekanan pada orang sehingga orang itu melakukan
sesuatu yang berlawanan dengan kehendak sendiri. Memaksa dalam hal ini
haruslah juga dimaknai sebagai melawan hak atau sama dengan melawan hukum
atau tidak berhak atau bertentangan dngan hukum.
Dengan terpenuhinya unsur memaksa telah membuktikan adanya niat jahat dari
si pelaku. Salah satu tolak ukur untuk melihat niat jahat pelaku dapat di
hubungkan dengan teori kesengajaan.
Unsur-unsur pasal 12 huruf F
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Dengan maksud menjalankan tugas, meminta, menerima atau memotong
pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain
atau kepada kas umum.
- Seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas
umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang.
Unsur –unsur pasal 12 huruf G
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau
penyerahan barang.
- Seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang.

Anda mungkin juga menyukai