Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

KORUPSI

Korupsi merupakan benalu sosial yang merusak sendi-sendi struktur pemerintahan dan
menjadi hambatan paling utama bagi pembangunan. Ada orang mengatakan korupsi
merupakan “seni hidup” dan menjadi salah satu aspek Kebudayaan kita. Korupsi adalah
produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standar
kebenaran dan sebagai kekuasaan mutlak dan sebagai akibatnya kaum koruptor yang kaya
raya dan para politisi korup yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elite yang
berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga menduduki status sosial yang tinggi.
Dalam praktek korupsi sukar sekali bahkan hampir-hampir tidak mungkin diberantas.
Sebab amat sulit mengejarnya dengan dasar-dasar hukum, namun ekses perbuatan korupsi
sangat merugikan negara dan bangsa hingga saat ini korupsi merupakan bahaya latent dan
ditanggapi secara serius baik oleh pemerintah sendiri maupun oleh bagian-bagian dari
masyarakat kita.

A. GEJALA KORUPSI DAN DEFINISI KORUPSI


Apakah korupsi itu? bagaimana definisinya? dan perbuatan-perbuatan yang
bagaimanakah yang bisa dimasukkan dalam kategori korupsi?
Definisi korupsi
Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan sah urus dari kekuasaan demi keuntungan pribadi salah
urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan
kekuatan-kekuatan hukum formal (misalnya dengan alasan hukum dan kekuatan senjata)
untuk memperkaya diri sendiri.

Delict korupsi
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana/KUHP adalah : kejahatan atau kesalahan
ataupun perbuatan-perbuatan yang bisa dikenai tindak dan sanksi hukum.
KUHP 419 : dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun, pegawai
negeri :
1. Yang menerima hadiah atau perjanjian sedang ia tahu bahwa hadiah
atau perjanjian itu diberikan kepadanya untuk membujuknya supaya
ia menjalankan atau mengalpakan sesuatu dalam jabatannya,
berlawanan dengan kewajibannya;
2. Yang menerima hadiah sedang ia tahu bahwa hadiah itu diberikan
kepadanya berhubung ia telah menjalankan atau mengalpakan suatu
perbuatan dalam jabatannya berlawanan dengan kewajibannya.
KUHP 420 :
1) Dihukum dengan hukuman penjara selama lamanya 9 tahun :
1. Hakim yang menerima hadiah atau perjanjian sedang ia tahu bahwa hadiah
atau perjanjian ini diberikan kepadanya untuk mempengaruhi keputusan
perkara yang harus diputuskannya;
2. Barangsiapa yang menurut peraturan undang-undang ditunjuk menjadi
pembicara atau penasehat untuk menghadiri sidang pengadilan ataupun
jaksa yang menerima hadiah atau perjanjian sedang ia tahu bahwa hadiah
atau perjanjian itu diberikan kepadanya untuk mempengaruhi pertimbangan
atau pendapatnya tentang perkara yang harus diputuskan.
2) Jika hadiah atau perjanjian itu diterima dengan diketahui bahwa hadiah atau
perjanjian itu diberikan kepadanya suapaya dijatuhkan hukuman dalam perkara
pidana yang bersalah dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua
belas tahun.
KUHP 423 : pegawai-pegawai negeri yang dengan maksud untuk menguntungkan
dirinya atau orang lain dengan melawan hukum memaksa seseorang
dengan salah memakai kekuasaanya untuk memberikan barang sesuatu,
membayar, menerima bayaran dengan dipotong sebagian atau
mengerjakan sendiri sesuatu, dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya enam tahun.
KUHP 425 : karena salahnya kerakusan dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya tujuh tahun :
1. Pegawai negeri yang pada waktu menjalankan jabatannya meminta
atau menerima atau menahan dari bayangan sesuatu yang seolah-
olah merupakan suatu utang kepadanya sendiri atau kepada
pegawai negeri lain atau kepada kas umum sedang ia tahu bahwa
itu bukan utang;
2. Pegawai negeri yang pada waktu menjalankan jabatanya meminta
atau menerima pekerjaan orang atau pemberian barang seolah-olah
1 Patologi Sosial│STIKS - Manado
pekerjaan atau barang itu merupakan suatu utang sedang ia tahu
bahwa itu bukan utang;
3. Pegawai negeri yang pada waktu menjalankan jabatannya seolah-
olah menurut peraturan tentang tanah negeri dengan hak milik,
dengan merugikan orang yang berhak itu sedang ia tahu bahwa
dengan perbuatan itu ia melanggar peraturan ynag tersebut itu.
Mengenai korupsi ini hukum Islam berkata sebagai berikut :
jika seorang muslim mencuri uang pada baitul mall (kas negara), maka tidak dipotong
tangan pencuri ini karena harta itu hak milik yang berupa syubhat yang membebaskan
pesakitan dari hukum potong tangan.
Sedang Khalifah Umar bin Chatab berkata :
(hadits Imam Bukhari) tangan pencuri ini tidak boleh dipotong alasannya adalah
bahwa tiap-tiap orang berhak pada kas negara ini. Jika seorang kafir mencuri uang kas
negara (negara Islam) maka dipotong tangan pencuri kafir itu karena ia tidak berhak
menguasai uang kas negara.
Korupsi bisa dimasukkan ke dalam kategori perbuatan kejahatan, maka praktek-praktek
yang dapat dimasukkan dalam perbuatan korup antara lain : penggelapan, penyogokan,
penyuapan, kecerobohan administrasi dengan intensi mencuri kekayaan negara, pemerasan,
penggunaan kekuatan hukum dan/atau kekuatan bersenjata untuk imbalan dan upah materil,
barter kekuasan politik dengan sejumlah uang, penekanan kontrak-kontrak oleh kawan
“sepermainan” untuk mendapatkan komisi besar bagi diri sendiri dan kelompok dalam
penjualan “pengampunan” pada oknum-oknum yang melakukan tindak pidana agar tidak
dituntut oleh yang berwajib dengan imbalan uang suap, eksploitasi dan pemerasan formal
oleh pegawai dan pejabat resmi, dan lain-lain.
Korupsi sudah berlangsung sejak zaman Mesir Kuno, Babilonia, Roma, sampai abad
pertengahan dan sekarang. Para pendeta di zaman Mesir memeras rakyatnya dengan alasan
keharusan menyajikan kurban kepada para dewa, jendral-jendral pada zaman kerajaan
Romawi memeras daerah-daerah jajahannya guna memeperkaya diri, pada abad pertengahan
banyak bangsawan korup di istana-istana para raja di Eropa dan bahkan sekarang pun di
Amerika Serikat yang begitu makmur dan modern masih banyak berjangkit praktek-praktek
korupsi.
Dalam masyarakat primitif korupsi jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh dominasi dari
tradisi dalam penentuan tingkah laku manusia dan adanya kontrol langsung oleh segenap
2 Patologi Sosial│STIKS - Manado
anggota masyarakat kecil itu maka korupsi berkembang dengan semakin majunya dunia
ekonomi dan politik berbarengan pula dengan kecepatan modernisasi ekonomi dan sosial.
Oleh perkembangan demokrasi parlementer dan semakin majunya usaha-usaha pembangunan
dengan pembukaan sumber-sumber alam baru semakin ikut berkembang pula praktek-praktek
korupsi dan tindak-tindak manipulatif dengan bertambahnya kekayaan dan keuangan negara
semakin kuat pula dorongan individu terutama di kalangan pegawai negeri untuk melakukan
korupsi dan usaha-usaha penggelapan.
Pemberian hak-hak monopoli dan macam-macam privilage oleh para penguasa baik yang
ada di pusat maupun di daerah-daerah biasanya diperlicin dengan jalan penyuapan atau
sogokan. Bertambahnya proyek-proyek pembangunan negara yang meliputi miliyar dan
rupiah menimbulkan relasi-relasi yang akrab antara pemerintah dan kaum bisnis melalui
kontrak-kontrak ini hampir selalu diberikan kepada mereka yang sanggup memberikan uang
komisi paling tinggi atau diberikan kepada kalangan sendiri. Hal ini menyuburkan sistem
sogok dan penyuapan terutama sekali banyak terjadi pada kontrak-kontrak besar untuk supply
keperluan militer khususnya di masa-masa perang.

B. KORUPSI DAN MODERNISASI


Korupsi memang berlangsung pada semua lapisan masyarakat, namun pada masyarakat
yang tengah melaksanakan modernisasi korupsi ini paling banyak terjadi. Biasanya korupsi
itu berbareng dengan pembangunan industri, perkembangan sumber-sumber kekayaan dan
kekuasaan baru dan bersamaan pula dengan tampilnya kelas-kelas baru yang banyak
mengajukan tuntutan-tuntutan baru kepada pihak pemerintahan. Korupsi merupakan salah
satu kriterium dari tidak adanya institusionalisasi politk yang efektif dan dari kurang
berfungsinya sistem kontrol dan yudikatif. Banyak pegawai negeri dan pejabat tidak lagi
mempunyai otonomi (karena sudah terbelenggu oleh suapan dan sogokan), dan tidak punya
pertalian dengan rakyat yang harus diberi pelayanan sosial sebab mereka justru mengaitkan
peranan kelembagaannya dengan tuntutan-tuntutan eksternal yaitu pihak-pihak yang bersedia
menyuap dan memberikan hadiah-hadiah.
Penelitian membuktikan bahwa pada fase-fase yang paling intensif dalam aktivitas
modernisasi korupsi ini paling subur berkembangnya. Apakah sebabnya modernisasi
menelorkan banyak praktek korupsi? sebabnya adalah sebagai berikut :
1) Modernisasi menimbulkan perubahan-perubahan nilai yang paling mendasar di
masyarakat khususnya dalam hal norma-norma, harapan, prestasi (need for
Achievement) dan ambisi materil. Standar-standar dan kriteria baru mengenai

3 Patologi Sosial│STIKS - Manado


baik buruk mendorong orang mengutuk dan meninggalkan beberapa pola tingkah
laku tradisional dan tata susila tertentu lalu mengoper pola-pola korup. Konflik-
konflik antara norma-norma modern melawan norma-norma tradisional itu
membuka kesempatan bagi individu-individu untuk bertindak sendiri-sendiri
dengan cara masing-masing, bertindak seenak sendiri dan demi kepentingan
sendiri jadi bertindak korup. Para pegawai dan pejabat resmi mencampuradukkan
tugas dan tanggung jawab (terhadap negara/pemerintah dan umum) dengan
kepentingan serta kemuliaan sendiri. Dengan kata lain sebagai imbalan dari
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab para pejabat merasa berhak untuk
mendapatkan hadiah-hadiah tertentu dan mereka diperbolehkan mengangkat
sanak saudara sendiri menjadi pegawai atau pejabat-pejabat, jadi tidak ada
pembatasan antara kewajiban formal terhadap negara dengan loyalitas terhadap
keluarga sendiri sehingga memudahkan timbulnya nepotisme (mengeloni dan
mendahulukan sanak keluarga dan kawan-kawan sendiri) dan korupsi.
Sebenarnya standar-standar baru mengenai prestasi hidup “modern” dan makmur
bergelimang dalam kesejahteraan materil itu merangsang kuat dorongan
identifikasi familial dan personal (misalnya kepada pribadi pemimpin yang kaya).
Lalu muncullah kebutuhan untuk melindungi interest-interest keluarga “sampai
tujuh keturunan”, menjamin dan melindungi harta kekayaan yang baru diperoleh
dari “serbuan dan perampasan” oleh pihak-pihak luar. Ringkasnya korupsi itu
merupakan produk daripada tidak adanya pembedaan antara kepentingan pribadi
dan tugas memberikan pelayanan kesejahteraan kepada rakyat banyak. Kejadian
sedemikian ini selalu terdapat dalam era modernisasi.
2) Modernisasi itu juga membuahkan korupsi karena modernisasi selalu menelorkan
sumber-sumber kekayaan dan sumber-sumber kekuasaan baru tanpa menyertakan
tegaknya lembaga-lembaga kontrol yang seimbang. Dalam keadaan sedemikian,
korupsi merupakan hasil langsung dari kemunculan OKB (Orang Kaya Baru) dan
kelompok-kelompok pendatang baru (new arrive), dengan sumber-sumber
kekayaan baru dan metode-metode baru untuk memperkaya diri sendiri. Banyak
usaha lalu ditujukan ke arah usaha penyejahteraan diri sendiri, keluarga sendiri,
dan kelompok sendiri seefektif mungkin dalam iklim ekonomi dan politik baru
untuk menimbun harta kekayaan. Maka jabatan dan fungsi formal lalu
“dimanfaatkan” untuk tindak manipulatif, praktek-praktek nonreguler serta
macam-macam bentuk penyimpangan tingkah laku. Pendeknya jabatan resmi
4 Patologi Sosial│STIKS - Manado
dimanfaatkan untuk melakukan korupsi. Di Afrika dan negara-negara Asia,
menurut M. MCmullan, korupsi itu membangunkan jembatan bagi mereka yang
memegang tampuk kekuasaan politik dengan mereka yang mengontrol kekayaan
dan memungkinkan kedua kelas tersebut melakukan asimilasi dan kerja sama
yang akrab, yaitu saling mendukung dalam usaha pemupukan harta kekayaan.
Jutawan-jutawan itu kemudian membeli kursi-kursi dalam dewan-dewan
eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Para pedagang kaya baru bisa membeli macam-
macam fasilitas konsesi usaha dan kekuasaan-kekuasaan tertentu kepada sistem
politik lokal maupun pusat. Dengan demikian dimungkinkan pemunculan
praktek-praktek korupsi dan segenap lapisan rakyat yaitu korupsi oleh si miskin,
korupsi waktu, korupsi “kelas teri”, dan korupsi oleh orang-orang kaya yaitu
korupsi kaliber “kelas kakap”. Pihak yang satu memperdagangkan kekusaan
politik untuk uang sedang pihak lainnya memperjualbelikan uang untuk
kekuasaan politik dan fasilitas pengaturan. Semua aktivitas ini dilakukan untuk
mendapatkan kekayaan inkonvensional demi kepentingan sendiri.
3) Modernisasi juga memungkinkan perluasan otoritas dan kekuasan pemerintah
serta melipatgandakan aktivitas-aktivitas pembangunan dan pengaturan, yang
semuanya memberikan celah-celah kemungkinan bagi tindak korup serta
penindasan-penindasan terhadap pihak yang lemah dan bodoh. Sebagai produk
sampingannya, sentralitas politik dan pembengkakan tanggung jawab regulatif
pemerintahan bisa menghasilkan opressi/penindasaan dan korupsi. Dengan begitu
kesejahteraan/welfare bagi satu kelompok bisa memprodusir kesengsaraan/illfare
bagi kelompok-kelompok lainnya disebabkan oleh tindak opressi dan korupsi
tersebut. Secara implisit undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah itu
juga mengandung banyak kemungkinan potensial untuk melakukan opressi dan
korupsi. Bertambahnya peraturan dan undang-undang memungkinkan
bertambahnya celah-celah untuk tindak korup dan pemerasan yaitu bergantung
pada sukar atau mudahnya melanggar peraturan dan undang-undang tadi, tanpa
bisa dibuktikan kesalahan dan pelanggarannya. Bersamaan dengan itu juga
memunculkan macam-macam kontra-aksi untuk melumpuhkan segala undang-
undang dan peraturan formal yang ada. Peraturan-peraturan dan undang-undang
yang mengurus perdagangan, perizinan-perizinan membangun, beacukai dan
perpajakan, pusat-pusat perjudian dan pelacuran, semua juga memberikan insentif
untuk melakukan korupsi.
5 Patologi Sosial│STIKS - Manado
4) Pergeseran nilai-nilai dan norma-norma etis dalam periode transisional dan
modernisasi dengan perubahan-perubahan yang sangat cepat jelas memunculkan
bentuk mentalitas baru, yaitu mentalitas “kebut-kebutan”, nyerempet-nyerempet
bahaya, menempuh jalan pintas, memotong jalan orang dari kiri dan kanan,
melanggar peraturan dan hak orang lain, menyerobot ke depan dan ke belakang.
Pendeknya mengkondisionir munculnya mentalitas korup, pola hidup sederhana
dan jujur yang diagung-agungkan di masa lalu pada periode modernisasi menjadi
“bahan cemoohan” dan bahan sindiran satiritis. Sebaliknya, cara hidup éliter
dengan konsumsi mewah dan pola “jet set” menjadi modus tingkah laku. Apa
yang dianggap sebagai asusila pada zaman “normal” dahulu, misalnya menerima
sogokan, suapan, menggelapkan uang negara, dan lain-lain dan untuk pada zaman
modern sekarang ini dianggap sebagai biasa yang merupakan gejala sosial yang
terjadi di mana-mana. Modernisme yang didukung oleh pendidikan ikut
mendorong peningkatan ambisi-ambisi sosial dan ambisi-ambisi materil dan
memupuk nafsu-nafsu memiliki. Pemenuhan dorongan ambisi serta kebutuhan-
kebutuhan baru itu dicapai orang baik dengan cara-cara konvensional maupun
yang tidak. Jadi menyuburkan mentalitas korupsi yaitu dengan menggunakan
cara-cara pencapaian dan aturan main yang dibuat sendiri. Kalau perlu bisa
menggunakan jalan-jalan pintas yang deviatif, menyimpang dari hukuman dan
norma umum.
Di negara-negara berkembang termasuk juga Indonesia modernisasi pada umumnya tidak
atau belum ditunjang oleh pengembangan lembaga-lembaga politik bahkan dibarengi dengan
melemahnya institusi-institusi politik. Lemahnya lembaga-lembaga politik ini disebabkan
oleh karena mudahnya lembaga tersebut dibeli oleh kekuatan-kekuatan sosial tertentu yaitu
dibeli oleh kelompok business/ekonomi, sosial, agama, kedaerahan, kesukuan, klan, kasta,
profesi/pekerjaan asosiasi-asosiasi dan kekuatan-kekuatan asing tertentu dengan dollar atau
rupiah, sehingga kehilangan otonominya. Dengan kata lain, lembaga politik tadi disebut
sebagai korup.

6 Patologi Sosial│STIKS - Manado

Anda mungkin juga menyukai