UNSUR DESKRIPSI
Unsur setiap orang bersifat umum, yakni
siapa saja baik itu orang perseorangan
atau korporasi dan tidak disyaratkan
adanya sifat tertentu yang harus dimiliki
Setiap orang
(persoonlijk bestandeel) apakah pelaku
Tindak Pidana Korupsi selaku pegawai
negeri atau bukan pegawai negeri, tetapi
mampu bertanggung jawab atas
perbuatannya yang dilakukan.
Mencakup perbuatan melawan hukum
dalam arti formil “maupun” dalam arti
materiil, yakni meskipun perbuatan
tersebut tidak diatur dalam peraturan
perundang-undangan, namun apabila
Melawan hukum
perbuatan tersebut dianggap tercela,
karena tidak sesuai dengan rasa keadilan
atau norma-norma kehidupan sosial dalam
masyarakat, maka perbuatan tersebut
dapat dipidana.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 4
5
Lihat ketentuan Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara.
6
Lihat ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 5
Ketentuan pidana
Ketentuan penjatuhan pidana dalam Undang-Undang Tipikor
dapat diperberat hingga pada penjatuhan pidana mati bilamana
7
R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hlm. 38.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 6
Contoh Kasus:
2. SUAP-MENYUAP
Suap merupakan istilah yang mengacu pada suatu hadiah atau
janji yang diberikan atau diterima. Suap merupakan jenis Tindak
8
Lihat penjelasan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 7
9
Ermasnyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 67.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 8
Contoh Kasus:
10
Flora Dianti, Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Korupsi, diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e6247a037c3a/bentuk-
bentuk-tindak-pidana-korupsi/, pada tanggal 15 November 2020, pukul 21.26 WIB.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 9
Ketentuan Perbuatan
Pasal
Pasal 8 Menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatannya, atau membiarkan
uang atau surat berharga tersebut diambil dan
digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam
melakukan pebuatan tersebut.
Pasal 9 Dengan sengaja memalsukan buku-buku atau
daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan
administrasi.
Pasal 10 Menggelapkan, menghancurkan, merusakkan,
huruf a atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar yang digunakan untuk
meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat
yang berwenang, yang dikuasai karena
jabatannya.
Pasal 10 Membiarkan orang lain menghilangkan,
huruf b menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau
daftar tersebut.
Pasal 10 Membantu orang lain menghilangkan,
huruf c menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, atau daftar
tersebut.
4. PEMERASAN
Dalam Undang-Undang Tipikor, perbuatan yang termasuk ke
dalam pemerasan terdapat dalam pasal-pasal berikut ini:
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 10
Ketentuan Perbuatan
Pasal
Pasal 12 Memaksa seseorang memberikan sesuatu,
huruf e membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri.
Pasal 12 Meminta, menerima, atau memotong pembayaran
huruf f kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
lain atau kas umum tersebut mempunyai utang
kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang.
Pasal 12 Meminta atau menerima pekerjaan, atau
huruf g penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang
kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang.
Contoh Kasus:
5. PERBUATAN CURANG
Perbuatan curang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Tipikor terdapat dalam pasal-pasal berikut ini:
Ketentuan Perbuatan
Pasal
Pasal 7 Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu
ayat (1) membuat bangunan, atau penjual bahan
huruf a bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan
bangunan, melakukan perbuatan curang yang
dapat membahayakan keamanan orang atau
barang, atau keselamatan negara dalam keadaan
perang.
Pasal 7 Setiap orang yang bertugas mengawasi
ayat (1) pembangunan atau penyerahan bahan bangunan,
huruf b sengaja membiarkan perbuatan curang
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
Pasal 7 Setiap orang yang pada waktu menyerahkan
ayat (1) barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan
huruf c atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang.
Pasal 7 Setiap orang yang bertugas mengawasi
ayat (1) penyerahan barang keperluan Tentara Nasional
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 12
7. GRATIFIKASI
Gratifikasi dapat dimaknai sebagai pemberian dalam arti luas,
yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun
di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik. 11
11
Lihat penjelasan Pasal 12B ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 15
12
Komisi Pemberantasan Korupsi, Pedoman Pengendalian Gratifikasi, Jakarta: Komisi
Pemberantasan Korupsi, 2015, hlm. 23.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 16
13
Ibid., hlm. 24.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 17
14
Ibid., hlm. 25-26.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 18
15
Ibid.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 19
16
Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, Op.Cit., hlm. 17 dan
22.
17
David H. Bayley, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta: LP3ES, 1995, hlm. 97-101.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 21
3. Persidangan In Absentia
18
Lihat ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 46 Tahun 2009
tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
19
Lihat ketentuan Pasal 12 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun
2010 tentang Struktur Organisasi Kepaniteraan dan Susunan Majelis Hakim serta
Keterbukaan pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 25
21
Lihat ketentuan Pasal 32 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 27
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku
Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya,
Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 1984.
Badan Diklat Kejaksaan Republik Indonesia, Modul Tindak Pidana
Korupsi, Jakarta: Kejaksaan Republik Indonesia, 2019.
David H. Bayley, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta: LP3ES, 1995.
Ermasnyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Komisi Pemberantasan Korupsi, Pedoman Pengendalian Gratifikasi,
Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2015.
Mochtar Lubis dan James C. Scott, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta:
LP3ES, 1995.
R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Dokumen Hukum
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. UU No. 31 Tahun 1999. LN No. 140 Tahun 1999.
TLN No. 3874.
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. UU No. 20 Tahun 2001. LN No. 134 Tahun 2001.
TLN No. 4150.
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. UU No. 30 Tahun 2002. LN No. 137
Tahun 2002. TLN No. 4250.
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perbendaharaan Negara.
UU No. 1 Tahun 2004. LN No. 5 Tahun 2004. TLN No. 4355.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 28