Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Korupsi

Korupsi adalah gejala masyarakat yang dapat dijumpai di hampir


segala tempat. Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau
“corruptus” yang berarti kerusakan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, dan tidak bermoral kesucian.

Kata ini kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis


“Corruption” yang berarti menyalahgunakan wewenangnya, untuk
menguntungkan dirinya sendiri. Sementara menurut kamus lengkap
Web Ster’s Third New International Dictionary, pengertian korupsi
adalah ajakan (dari seorang pejabat politik) dengan pertimbangan-
pertimbangan yang tidak semestinya (misalnya suap) untuk
melakukan pelanggaran tugas.

Mengutip kppu.go.id, menurut perspektif hukum pengertian korupsi


secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No.
31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli
Dalam kamus umum bahasa Indonesia oleh Pius A. Partanto dan M.
Dahlan Al Bahrry, korupsi dirumuskan sebagai perbuatan yang buruk
seperti kecurangan, penyelewengan, penyalahgunaan jabatan untuk
kepentingan diri, dan mudah disuap.

Menurut Sayed Hussein Alatas dalam bukunya “Corruption and the


Disting of Asia” menyatakan bahwa tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai korupsi adalah penyuapan, pemerasan,
nepotisme, dan penyalahgunaan kepercayaan atau jabatan untuk
kepentingan pribadi.

Sedangkan menurut Robert Klitgaard, pengertian korupsi adalah


tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah
jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang
menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri),
atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku
pribadi.

Sementara menurut Jeremy Pope, korupsi melibatkan perilaku dipihak


para pejabat sektor publik, baik politisi maupun pegawai negeri sipil.
Mereka secara tidak wajar dan tidak sah memperkaya diri sendiri atau
orang yang dekat dengan mereka dengan menyalahgunakan
wewenang yang dipercayakan kepada mereka.
A. 7 Kelompok Pidana Korupsi

1. Merugikan keuangan negara

-  Melawan hukum dan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi dan dapat merugikan keuangan negara

-  Menyalahgunakan kewenangan untuk keuntungan diri sendiri atau orang


lain atau suatu korporasi dan dapat merugikan keuangan negara

2. Suap-menyuap

-  Menyuap pegawai negeri

-  Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya

-  Pegawai negeri menerima suap

-  Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya

-  Menyuap Hakim

-  Menyuap advokat

-  Hakim dan advokat menerima suap

3. Penggelapan dalam jabatan

-  Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan atau


membantu melakukan perbuatan itu

-  Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi

-  Pegawai negeri merusakkan bukti


-  Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti

-  Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti

4. Pemerasan

-  Pegawai negeri menyalahgunakan kekuasaan untuk memaksa


seseorang memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran
dengan potongan, atau mengerjakan sesuatu untuk dirinya

-  Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain

5. Perbuatan curang

-  Pemborong/ahli bangunan berbuat curang 

-  Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang 

-  Rekanan TNI/Polri berbuat curang

-  Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang

-  Penerima barang untuk keperluan TNI/Polri membiarkan perbuatan


curang

-  Pegawai negeri menyerobot tanah negara, sehingga merugikan orang


lain

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan

-  Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya

7. Gratifikasi

-  Pegawai negeri yang berhubungan dengan jabatan/kewenangangannya


menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK dalam jangka waktu 30 hari
B. Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi

-  Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi

-  Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya

-  Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka

-  Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi


keterangan palsu

-  Orang yang memegan rahasia jabatan tidak memberi keterangan atau


memberi keterangan palsu

-  Saksi yang membuka identitas pelapor

Selain 30 perilaku di atas yang termasuk tindak pidana korupsi yang


sering terjadi dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah

-  Mark up harga

-  SPPD fiktif

-  Pengurangan fisik bangunan

-  Pelanggaran prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa

-  Pelanggaran lainnya yang merugikan pemerintah daerah

Anda mungkin juga menyukai