Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 3 TINDAK PIDANA KORUPSI

1. 30 jenis tindak pidana korupsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

1. Menyuap pegawai negeri;


2. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya;
3. Pegawai negeri menerima suap;
4. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya;
5. Menyuap hakim;
6. Menyuap advokat;
7. Hakim dan advokat menerima suap;
8. Hakim menerima suap;
9. Advokat menerima suap;
10. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan;
11. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi;
12. Pegawai negeri merusakan bukti;
13. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti;
14. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti;
15. Pegawai negeri memeras;
16. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain;
17. Pemborong membuat curang;
18. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang;
19. Rekanan TNI/Polri berbuat curang;
20. Pengawas rekanan TNI/Polri berbuat curang;
21. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang;
22. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain;
23. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya;
24. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melaporkan ke KPK;
25. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi;
26. Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaan;
27. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka;
28. Saksi atau ahli yang tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan palsu;
29. Seseorang yang memegang rahasia jabatan, namun tidak memberikan keterangan
atau memberikan keterangan palsu;
30. Saksi yang membuka identitas pelapor.

2. 7 pengelompokan tindak pidana korupsi

Merugikan keuangan negara;


Suap-menyuap;
Penggelapan dalam jabatan;
Pemerasan;
Perbuatan curang;
Benturan kepentingan dalam pengadaan;
Gratifikasi.
3. perbedaan gratifikasi dan suap

Gratifikasi
Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik (Penjelasan Pasal 12B UU Pemberantasan
Tipikor).

Suap
Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat
menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu
atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau
kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap
dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau denda sebanyak-banyaknya
Rp.15.000.000.- (lima belas juta rupiah) (Pasal 3 UU 3/1980).

Selain pengaturan suap dan gratifikasi berbeda, definisi dan sanksinya juga berbeda. Dari
definisi tersebut di atas, tampak bahwa suap dapat berupa janji, sedangkan gratifikasi
merupakan pemberian dalam arti luas dan bukan janji. Jika melihat pada ketentuan-
ketentuan tersebut, dalam suap ada unsur “mengetahui atau patut dapat menduga”
sehingga ada intensi atau maksud untuk mempengaruhi pejabat publik dalam kebijakan
maupun keputusannya. Sedangkan untuk gratifikasi, diartikan sebagai pemberian dalam
arti luas, namun dapat dianggap sebagai suap apabila berhubungan dengan jabatannya
dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.

4. Kata “dianggap pemberian suap” menunjukkan bahwa gratifikasi adalah bukan suap.
Pandangan ini digunakan oleh majelis hakim dalam kasus korupsi dan pencucian uang
dengan terdakwa Dhana Widyatmika.

Lebih lanjut diungkapkan gratifikasi bukan suap, melainkan hanyalah perbuatan


pemberian biasa yang bukan merupakan peristiwa pidana namun karena penerima adalah
orang yang memiliki kualifikasi tertentu yaitu Pegawai Negeri atau Penyelenggara
Negara yang pada intinya melekat kewenangan publik yang sangat rentan
disalahgunakan padanya, maka pemberian dari setiap orang-orang tertentu haruslah
dilaporkan dan mendapat pengawasan dari KPK, guna ditentukan apakah pemberian itu
ada kaitan dengan jabatan penerima atau tidak.

5.  Jelaskan gratifikasi apa yang dilarang oleh undang-undang

Setiap gratifikasi kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara dianggap


pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

Berikut adalah contoh gratifikasi yang tidak boleh diterima:

a. terkait dengan pemberian layanan pada masyarakat diluar penerimaan yang sah
b. terkait dengan tugas dalam proses penyusunan anggaran diluar penerimaan yang sah
c. terkait dengan tugas dalam proses pemeriksaan, audit, monitoring dan evaluasi diluar
penerimaan yang sah
d. terkait dengan pelaksanaan perjalanan dinas diluar penerimaan yang sah/resmi dari
instansi
e. dalam proses penerimaan/promosi/mutasi pegawai
f. dalam proses komunikasi, negosiasi dan pelaksanaan kegiatan dengan pihak lain
terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewenangannya
g. sebagai akibat dari perjanjian kerjasama/kontrak/kesepakatan dengan pihak lain
h. sebagai ungkapan terima kasih sebelum, selama atau setelah proses pengadaan barang
dan jasa
i. merupakan hadiah atau souvenir bagi pegawai/pengawas/tamu selama kunjungan
dinas
j. merupakan fasilitas hiburan, fasilitas wisata, voucher oleh Pejabat/Pegawai dalam
kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewajibannya dengan pemberi
gratifikasi yang tidak relevan dengan penugasan yang diterima
k. dalam rangka mempengaruhi kebijakan/keputusan/perlakuan pemangku kewenangan
l. dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan jabatan dan bertentangan dengan
kewajiban/tugas Pejabat/Pegawai
m. dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai