Anda di halaman 1dari 16

MODUL

GRATIFIKASI,SUAP
DAN PEMERASAN

ZAINUL ULUM, SP, ME, CFRA


PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN
GRATIFIKASI AKAR DARI
KORUPSI
Gratifikasi mempunyai pengertian pemberian dalam arti luas
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara baik berupa
uang, barang, pinjaman tanpa bunga, pengobatan cuma-cuma,
komisi, rabat/diskon, fasilitas penginapan, tiket perjalanan,
perjalanan wisata atau fasilitas lainnya.

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang terbiasa


menerima gratifikasi dapat terjerumus melakukan pemerasan,
menerima suap dan tindak pidana korupsi bentuk lainnya.
Gratifikasi menimbulkan sikap/mental pengemis karena secara
tidak langsung menumbuhkan sikap yang tidak puas terhadap
diri sendiri sehingga kemudian menghalalkan segala cara agar
dapat memuaskan keserakahannya agar bisa memperkaya diri
sendiri/orang lain/kelompoknya meskipun harus
menyalahgunakan wewenang, melanggar hukum dan dapat
merugikan keuangan negara/perekonomian negara.

1
PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN
Gratifikasi yang termasuk dalam tindak pidana korupsi
dijelaskan tersendiri dalam pasal 12b ayat (1) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001:

1.PEGAWAI NEGERI ATAU PENYELENGGARA NEGARA;


2. MENERIMA GRATIFIKASI;
3. BERHUBUNGAN DENGAN JABATAN DAN BERLAWANAN
DENGAN KEWAJIBAN ATAU TUGASNYA.

Pada konteks ini, yang disebut pegawai negeri adalah:

1.Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam kitab


Undang-Undang Hukum Pidana;
2.Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang tentang Kepegawaian yang berlaku;
3.Setiap orang yang menerima gaji atau upah dari
keuangan negara/daerah;
4.Setiap orang yang menerima gaji atau upah dari suatu
korporasi yang menerima bantuan dari keuangan
negara/daerah;
5.Setiap orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi
lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara
atau masyarakat.

2
PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN
Sedangkan yang dimaksud sebagai penyelenggara negara
adalah:

1.Pejabat pada lembaga tertinggi negara;


2.Pejabat pada lembaga tinggi negara;
3.Menteri;
4.Gubernur;
5.Pejabat Negara lain sesuai dengan peraturan ketentuan
perundangan yang berlaku (Duta Besar, Wakil Gubernur,
Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil Walikota, dan lain-
lain).

Kemudian pada Pasal 12c disebutkan ketentuan yang mengatur


pengecualian sanksi hukum gratifikasi jika penerimaan gratifikasi
dilaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari kerja sejak
diterimanya gratifikasi.

Pada pasal 12b ayat (1) juga dijelaskan tentang pembalikan


beban pembuktian gratifikasi, dimana pembuktian gratifikasi
dengan nilai <Rp10.000.000,00 (kurang dari sepuluh juta rupiah)
yang diterima oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara
bukanlah suap harus dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum,
sedangkan gratifikasi > Rp10.000.000,00 (di atas sepuluh juta
rupiah) bukan merupakan suap menjadi tugas dan tanggung
jawab penerima gratifikasi.

3
PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN

Ancaman pidana bagi Penyelenggara Negara atau Pegawai


negeri yang menerima gratifikasi adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

Berdasarkan Peraturan KPK-RI Nomor 2 Tahun 2019 tanggal 5


November 2019 tentang Pelaporan Gratifikasi yang kemudian
dituangkan dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 59
Tahun 2014 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi yang
kemudian sudah diperbarui melalui Peraturan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 24 Tahun 2021 tentang Pedoman Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, setiap
Penyelenggara Negara/Pegawai Negeridilarang memberikan
gratifikasi serta wajib menolak gratifikasi yang diketahui sejak awal
berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, meliputi gratifikasi yang terkait dengan:

4
PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN

1.Pemberian layanan pada masyarakat di luar penerimaan yang sah;


2.Tugas dalam proses penyusunan anggaran di luar penerimaan yang
sah;
3.Tugas dalam proses pemeriksaan, audit, pemantauan dan evaluasi di
luar penerimaan yang sah;
4.Pelaksanaan perjalanan dinas di luar penerimaan yang sah/resmi
dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah;
5.Dalam proses penerimaan/promosi/mutasi pegawai;
6.Dalam proses komunikasi, negosiasi dan pelaksanaan kegiatan
dengan pihak lain sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan
kewenangannya;
7.Sebagai akibat dari perjanjian kerjasama/kontrak/kesepakatan
dengan pihak lain;
8.Sebagai ungkapan terimakasih sebelum, selama atau setelah
proses pengadaan barang dan jasa;
9.Merupakan hadiah atau souvenir bagi pegawai/pengawas/tamu
selama kunjungan dinas;
10.Merupakan fasilitas entertainment, fasilitas wisata, voucher dalam
kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewajibannya
dengan pemberi yang tidak relevan dengan penugasan yang
diterima;
11.Dalam rangka mempengaruhi kebijakan/keputusan/perlakuan
pemangku kewenangan;
12.Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan jabatan
dan bertentangan dengan kewajiban/tugas Penyelenggara
Negara/Pegawai Negeri.

5
PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN

TIDAK KENAL SI PEMBERI, TIDAK TAHU


ASAL-MUASAL BARANG PEMBERIAN,
BUKAN ALASAN UNTUK MENERIMA,
TETAPI JUSTRU MENJADI ALASAN UNTUK
MENOLAK

(GANDJAR LAKSMANA BONAPRAPTA)

Pengendalian gratifikasi menggunakan prinsip negative lists


untuk memudahkan Penyelenggara Negara/Pegawai Negeri
melakukan penilaian apakah gratifikasi yang diterima boleh
diterima atau tidak. Pada prinsipnya semua gratifikasi wajib
dilaporkan kepada KPK kecuali gratifikasi yang termasuk dalam
daftar negative lists. Gratifikasi yang termasuk kategori negative
lists tidak wajib dilaporkan kepada KPK, meliputi 17 jenis gratifikasi
sebagai berikut:

6
PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN

1.Pemberian dalam keluarga (dari/atau kepada kakek/nenek,


bapak/ibu/mertua, suami/istri, anak/menantu, anak angkat/wali yang
sah, cucu, besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar, sepupu dan keponakan,
sepanjang tidak terdapat konflik kepentingan;

2.Keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau


kepemilikan saham pribadi yang berlaku umum;

3.Manfaat dari koperasi, organisasi kepegawaian atau organisasi yang


sejenis berdasarkan keanggotaan yang Berlaku Umum;

4.Perangkat atau perlengkapan yang diberikan kepada peserta


dalam kegiatan Kedinasan seperti seminar, workshop, konferensi,
pelatihan, atau kegiatan sejenis yang Berlaku Umum;

5.Hadiah tidak dalam bentuk uang atau alat tukar lainnya, yang
dimaksudkan sebagai alat promosi atau sosialisasi yang menggunakan
logo atau pesan sosialisasi, sepanjang tidak memiliki Konflik
Kepentingan dan Berlaku Umum;

6.Hadiah, apresiasi atau penghargaan dari kejuaraan, perlombaan


atau kompetisi yang diikuti dengan biaya sendiri dan tidak terkait
dengan Kedinasan;

7.Penghargaan baik berupa uang atau barang yang ada kaitannya


dengan peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

7
PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN
8.Hadiah langsung/undian, diskon/rabat, voucher, point rewards, atau
suvenir yang Berlaku Umum dan tidak terkait Kedinasan;

9.Kompensasi atau honor atas profesi diluar kegiatan Kedinasan yang


tidak terkait dengan tugas dan kewajiban, sepanjang tidak terdapat
Konflik Kepentingan dan tidak melanggar peraturan/kode etik
Penyelenggara Negara/Pegawai Negeri yang bersangkutan;

10.Kompensasi yang diterima terkait kegiatan Kedinasan seperti


honorarium, transportasi, akomodasi dan pembiayaan yang telah
ditetapkan dalam standar biaya yang berlaku di instansi Penerima
sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, tidak terdapat
konflikbenturan kepentingan, dan tidak melanggar ketentuan yang
berlaku di instansi Penerima;

11.Karangan bunga sebagai ucapan yang diberikan dalam acara seperti


pertunangan, pernikahan, kelahiran, kematian, akikah, baptis, khitanan,
potong gigi, atau upacara adat/agama lainnya, pisah sambut, pensiun,
promosi jabatan;

12.Pemberian terkait dengan pertunangan, pernikahan, kelahiran,


akikah, baptis, khitanan, potong gigi, atau upacara adat/agama
lainnya dengan batasan nilai sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah) setiap pemberi;

13.Pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh


diri Penerima Gratifikasi, suami, istri, anak, bapak, ibu, mertua,
dan/atau menantu Penerima Gratifikasi sepanjang tidak terdapat
Konflik Kepentingan dan memenuhi kewajaran atau kepatutan;

8
PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN

14.Pemberian sesama Rekan Kerja dalam rangka pisah sambut,


pensiun, mutasi jabatan, atau ulang tahun yang tidak dalam
bentuk uang atau alat tukar lainnya paling banyak senilai Rp
300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) setiap pemberian per orang,
dengan total pemberian tidak melebihi Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama, sepanjang
tidak terdapat Konflik Kepentingan;

15.Pemberian sesama Rekan Kerja yang tidak dalam bentuk uang


atau alat tukar lainnya dan tidak terkait Kedinasan paling banyak
senilai Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) setiap pemberian per
orang, dengan total pemberian tidak melebihi Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari Pemberi yang sama;

16.Pemberian berupa hidangan atau sajian yang Berlaku Umum;

17.Pemberian cendera mata/plakat kepada instansi dalam rangka


hubungan Kedinasan dan kenegaraan, baik di dalam negeri
maupun luar negeri sepanjang tidak diberikan untuk individu
Penyelenggara Negara/Pegawai Negeri.

9
PAHAMI DAN KENALI
AGAR PAHAM YANG
DILAWAN

Selain daftar gratifikasi di atas, terdapat juga penyelundupan


hukum gratifikasi dalam kedinasan, antara lain:

1.Pemberian honorarium atau insentif lainnya dalam jumlah atau


frekuensi yang tidak wajar (tidak sesuai dengan standar biaya
umum);
2.Pemberian honor dalam kegiatan fiktif;
3.Pemberian fasilitas hiburan/wisata di dalam rangkaian
kegiatan resmi kedinasan;
4.Pemberian bantuan dalam bentuk uang atau setara uang,
barang (bergerak/tidak bergerak) kepada suatu instansi untuk
“menarik perhatian” pimpinan instansi.

10
PERBEDAAN
GRATIFIKASI, SUAP
DAN PEMERASAN

11
PERBEDAAN
GRATIFIKASI, SUAP
DAN PEMERASAN

12
CONTOH SOAL

1. Pak Jojo sedang berusaha menjual asetnya berupa tanah.


Kebetulan ada pembeli yang berani membayar tanah yang
dimilikinya dengan harga tinggi, di atas harga pasaran tanah di
sekitarnya. Permasalahannya tanah milik Pak Jojo diatasnamakan
ibunya yang sudah meninggal 2 tahun lalu sehingga untuk
pengurusan jual beli memerlukan tanda tangan adiknya yang ada
di luar negeri. Pihak pembeli tanah menghendaki urusan jual beli
bisa selesai dalam minggu ini. Apa yang harus dilakukan Pak Jojo?

A.Membelikan tiket pulang untuk adiknya yang di luar negeri dan


memintanya tandatangan persetujuan pelepasan hak atas tanah
setibanya di Indonesia.

B.Membayar lebih kepada notaris yang mau menguruskan jual beli


tanah tanpa harus mendapat persetujuan adiknya yang di luar
negeri.

PERTANYAAN:
A.Tindakan terbaik apa yang seharusnya dilakukan Pak Jojo?
B.Tindak pidana korupsi apa yang terjadi jika Pak Jojo memilih
melakukan pilihan b?

13
CONTOH SOAL

2.Seorang pejabat urusan kepegawaian di salah satu instansi


bernama Bu Susan. Beliau karena jabatannya mempunyai
kewenangan untuk mengusulkan kenaikan pangkat pegawai-
pegawai di instansi tersebut. Bu Susi pejabat fungsional perawat di
salah satu Puskesmas menemui Bu Susan agar dibantu kenaikan
jabatan menjadi Perawat Ahli Madya dan kenaikan pangkat
menjadi Pembina dengan motif menginginkan kenaikan tunjangan
dan TPP yang lebih besar karena sedang membutuhkan biaya
banyak untuk merenovasi rumahnya yang dibiayai dari pinjaman
salah satu bank. Persoalannya angka kredit Bu Susi tidak
memenuhi angka kredit minimal agar dapat diusulkan kenaikan
jabatan menjadi Perawat Ahli Madya. Pada pertemuan
kesekiankalinya, Bu Susan akhirnya menyanggupi membantu
kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat Bu Susi namun meminta
imbalan uang tunai sebesar Rp15.000.000,00 di muka dan
Rp10.000.000,00 setelah SK keluar. Meskipun berat hati, Bu Susi juga
bersedia untuk menyediakan uang tunai yang diminta Bu Susan
meskipun dengan berhutang lagi.

PERTANYAAN:

A.Pada kejadian mana terjadi tindak pidana korupsi penyuapan,


siapa yang melakukan dan siapa yang menerima suap?
B.Pada kejadian apa terjadi tindak pidana korupsi pemerasan?

14
CONTOH SOAL

3.Pada salah satu tender yang Pak Kresna menjadi PPK, terdapat
beberapa nama perusahaan yang memasukkan penawaran.
Panitia Pengadaan sedang melakukan evaluasi di ruangan rapat
salah satu rumah makan difasilitasi dan ditraktir oleh Pak Kresna.
Pada saat pengarahan, Pak Kresna berpesan agar pemenang
tender nantinya adalah CV. Abal-Abal Jaya. Setelah dilihat
dokumen penawarannya, Panitia Pengadaan mengetahui bahwa
ternyata CV. Abal-Abal Jaya dikendalikan oleh Bu Banowati yang
dikenal sebagai Bu Kresna. Panitia Pengadaan menilai telah terjadi
pelanggaran etika pengadaan dan benturan kepentingan
sehingga sepakat untuk mengusulkan penyedia lain sebagai calon
pemenang tender. Saat diberikan surat hasil evaluasi penawaran
pada hari berikutnya, Pak Kresna bersikeras tidak mau
menandatangani surat penetapan pemenang jika bukan CV. Abal-
Abal Jaya yang dimenangkan.

PERTANYAAN:
A.Jika Saudara menjadi anggota panitia pengadaan, apa
langkah yang akan Saudara lakukan?
B.Tindak pidana korupsi apa yang terjadi, dan bagaimana
kejadiannya?

15

Anda mungkin juga menyukai