Anda di halaman 1dari 26

PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Dan
GRATIFIKASI

Bambang Joni K

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN


RSUP Dr KARIADI
SEMARANG
Dasar Hukum
• UU No 31/1999 jo UU No 20/2001 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
• UU No 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
dari KKN
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
• UU No 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
• PP 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
• Inpres 7/2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
• Permenkes no. 14 tahun 2014 ttg Pengendalian Gratifikasi Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan
• PerMenKes no. 1 Tahun 2022 Tentang Pengendalian Gratifikasi Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan
• Permenkes No. 36 tahun 2015 ttg Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Pada Sistem Jaminan Sosial
Nasional
KORUPSI
Definisi
Asal kata : Corruptio  Corruption  Korruptie 
KORUPSI
Busuk, Buruk, Jahat, Rusak, Suap, Tdk Bermoral,
Penyimpangan, illegal, khianat, tipu Hal-hal
yang dipandang buruk dan merugikan

UU No. 31/1999  UU No. 20/2001 tentang


Pemberantasan TPK :
Setiap orang atau badan (pelaku) secara
melawan Hukum/menyalahgunakan wewenang
memperkaya diri sendiri/orang lain/suatu
korporasi dapat merugikan keuangan
Negara/Perekonomian Negara
Bentuk KORUPSI Sektor Kesehatan

LEVEL PELAYANAN di RS
• Tagihan perawatan tidak sah
• Diagnosis/prosedur medis  up coding, over
treatment, sub standard
• Pemberian obat dan BHP fiktif
• Menagih biaya tambahan ke pasien yang seharusnya
sudah menjadi haknya.
• Penjualan obat dan BHP tdk sesuai aturan
• Dokter tidak aktif menangani pasien tapi menerima
jasa
• Kolusi dengan perusahaan/distributor obat dan alkes
• Memulangkan sebelum waktunya dan readmission
• Memasukan pasien tdk sesuai prosedur
Bentuk KORUPSI Sektor Kesehatan

LEVEL MANAJEMEN di RS
• Gratifikasi pengadaan barang dan jasa 
obat/alkes/KSO/kerja sama lain  dapat
dimulai/terjadi sejak perecanaan
• Bayar untuk menjadi pejabat struktural/
fungsional
• Bayar untuk menjadi pegawai PNS/BLU/
outsourcing
• Membayar lebih dari tarip resmi
• Biaya administrasi yang diada-adakan
GRATIFIKASI
Pengertian gratifikasi {Penjelasan Pasal 12B Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001}, bahwa:
“Yang dimaksud dengan ”gratifikasi” dalam ayat ini adalah
PEMBERIAN DALAM ARTI LUAS, YAKNI MELIPUTI
PEMBERIAN UANG, BARANG, RABAT (DISCOUNT),
KOMISI, PINJAMAN TANPA BUNGA, TIKET PERJALANAN,
FASILITAS PENGINAPAN, PERJALANAN WISATA,
PENGOBATAN CUMA-CUMA, DAN FASILITAS LAINNYA.
GRATIFIKASI TERSEBUT BAIK YANG DITERIMA DI DALAM
NEGERI MAUPUN DI LUAR NEGERI DAN YANG
DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA
ELEKTRONIK ATAU TANPA SARANA ELEKTRONIK”.
KAPAN GRATIFIKASI MENJADI KEJAHATAN
KORUPSI?

Lihat rumusan Pasal 12B Ayat (1) Undang-Undang


Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001.
“SETIAP GRATIFIKASI KEPADA PEGAWAI
NEGERI ATAU PENYELENGGARA NEGARA
DIANGGAP PEMBERIAN SUAP, APABILA
BERHUBUNGAN DENGAN JABATANNYA DAN
YANG BERLAWANAN DENGAN KEWAJIBAN
ATAU TUGASNYA, DENGAN KETENTUAN
SEBAGAI BERIKUT:....”
Permenkes No.14 Tahun 2014 ttg Pengendalian
Gratiffikasi di Lingkungan Kemenkes

Pasal 3
Gratifikasi dikategorikan menjadi :
a. Gratifikasi yang Dianggap Suap; dan
b. Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap.

Pasal 4
Gratifikasi yang Dianggap Suap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a meliputi penerimaan namun tidak terbatas pada:
a. marketing fee atau imbalan yang bersifat transaksional yang terkait
dengan pemasaran suatu produk;
b. cashback yang diterima instansi yang digunakan untuk kepentingan
pribadi;
c. Gratifikasi yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa, pelayanan
publik, atau proses lainnya; dan
d. sponsorship yang terkait dengan pemasaran atau penelitian suatu
produk.
Pasal 5
Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 3 huruf b meliputi:
a. Gratifikasi yang tidak dianggap suap terkait kedinasan yaitu
pemberian yang diterima secara resmi oleh Aparatur
Kementerian Kesehatan sebagai wakil resmi instansi
dalam suatu kegiatan dinas, sebagai penghargaan atas
keikutsertaan atau kontribusinya dalam kegiatan tersebut;
dan
b. Gratifikasi yang tidak dianggap suap yang tidak terkait
kedinasan.
Pasal 6
(1) Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap terkait kedinasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi
Gratifikasi yang diperoleh dari namun tidak terbatas pada:
a. pihak lain berupa cinderamata dalam kegiatan resmi
kedinasan seperti rapat, seminar, workshop, konferensi,
pelatihan atau kegiatan lain sejenis;
b. pihak lain berupa kompensasi yang diterima terkait
kegiatan kedinasan, seperti honorarium, transportasi,
akomodasi dan pembiayaan l sebagaimana diatur pada
standar biaya yang berlaku di instansi pemberi, sepanjang
tidak terdapat pembiayaan ganda, nilai yang wajar,
tidak terdapat Konflik Kepentingan dan tidak melanggar
ketentuan yang berlaku di instansi penerima; dan
c. sponsorship yang diberikan kepada instansi terkait
dengan pengembangan institusi, perayaan tertentu
yang dimanfaatkan secara transparan dan akuntabel.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1
TAHUN 2022 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
BAB II GRATIFIKASI Pasal 3
(3) Pelaporan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan
terhadap jenis Gratifikasi sebagai berikut:
a.Pemberian dalam keluarga yaitu kakek/nenek, bapak/ibu/mertua,
suami/istri, anak/menantu, anak angkat/wali yang sah, cucu, besan,
paman/bibi, kakak/adik/ipar, sepupu dan keponakan, sepanjang tidak
terdapat konflik kepentingan;
b.Keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau
kepemilikan saham pribadi yang berlaku umum;
c.Manfaat dari koperasi, organisasi kepegawaian atau organisasi yang
sejenis berdasarkan keanggotaan yang berlaku umum;
d.Perangkat atau perlengkapan yang diberikan kepada peserta dalam
kegiatan kedinasan seperti seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau
kegiatan sejenis, yang berlaku umum;
e.Hadiah tidak dalam bentuk uang atau alat tukar lainnya, yang
dimaksudkan sebagai alat promosi atau sosialisasi yang menggunakan
logo atau pesan sosialisasi, sepanjang tidak memiliki konflik kepentingan
dan berlaku umum;
f. Hadiah, apresiasi atau penghargaan dari kejuaraan, perlombaan atau
kompetisi yang diikuti dengan biaya sendiri dan tidak terkait dengan
kedinasan;
g. Penghargaan baik berupa uang atau barang yang ada kaitannya
dengan peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
h. Hadiah langsung/undian, diskon/rabat, voucher, point rewards, atau
suvenir yang berlaku umum dan tidak terkait kedinasan;
i. Kompensasi atau honor atas profesi diluar kegiatan kedinasan yang
tidak terkait dengan tugas dan kewajiban, sepanjang tidak terdapat
konflik kepentingan dan tidak melanggar peraturan/kode etik
pegawai/pejabat yang bersangkutan;
j. Kompensasi yang diterima terkait kegiatan kedinasan seperti
honorarium, transportasi, akomodasi dan pembiayaan yang telah
ditetapkan dalam standar biaya yang berlaku di instansi penerima
gratifikasi sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, tidak terdapat
konflik benturan kepentingan, dan tidak melanggar ketentuan yang
berlaku di instansi penerima;
k. Karangan bunga sebagai ucapan yang diberikan dalam acara seperti
pertunangan, pernikahan, kelahiran, kematian, akikah, baptis, khitanan,
potong gigi, atau upacara adat/agama lainnya, pisah sambut, pensiun,
promosi jabatan;
l. Pemberian terkait dengan pertunangan, pernikahan, kelahiran, akikah,
baptis, khitanan, potong gigi, atau upacara adat/agama lainnya dengan
batasan nilai sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap pemberi;
m. Pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh diri
penerima gratifikasi, suami, istri, anak, bapak, ibu, mertua, dan/atau
menantu penerima gratifikasi sepanjang tidak terdapat konflik
kepentingan, dan memenuhi kewajaran atau kepatutan;
n. Pemberian sesama rekan kerja dalam rangka pisah sambut, pensiun,
mutasi jabatan, atau ulang tahun yang tidak dalam bentuk uang atau
alat tukar lainnya paling banyak senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah) setiap pemberian per orang, dengan total pemberian tidak
melebihi Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari
pemberi yang sama, sepanjang tidak terdapat konflik kepentingan;
o. Pemberian sesama rekan kerja yang tidak dalam bentuk uang atau alat
tukar lainnya, dan tidak terkait kedinasan paling banyak senilai
Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) setiap pemberian per orang,
dengan total pemberian tidak melebihi Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama;
p. Pemberian berupa hidangan atau sajian yang berlaku umum; dan
q. Pemberian cendera mata/plakat kepada instansi dalam rangka
hubungan kedinasan dan kenegaraan, baik di dalam negeri maupun
luar negeri sepanjang tidak diberikan untuk individu pegawai negeri atau
penyelenggara negara.
KONFLIK KEPENTINGAN

Definisi konflik kepentingan adalah


SITUASI DIMANA SESEORANG
PENYELENGGARA NEGARA YANG
MENDAPATKAN KEKUASAAN DAN
KEWENANGAN BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN MEMILIKI ATAU
DIDUGA MEMILIKI KEPENTINGAN PRIBADI
ATAS SETIAP PENGGUNAAN WEWENANG
YANG DIMILIKINYA SEHINGGA DAPAT
MEMPENGARUHI KUALITAS DAN KINERJA
YANG SEHARUSNYA.
Beberapa bentuk konflik kepentingan yang dapat timbul
dari pemberian gratifikasi ini antara lain adalah:

1. Penerimaan gratifikasi dapat membawa vested


interest dan kewajiban timbal balik atas sebuah
pemberian sehingga independensi penyelenggara
negara dapat terganggu;
2. Penerimaan gratifikasi dapat mempengaruhi
objektivitas dan penilaian profesional penyelenggara
negara;
3. Penerimaan gratifikasi dapat digunakan sedemikian
rupa untuk mengaburkan terjadinya tindak pidana
korupsi;
4. dan lain-lain.
Surat Himbauan KPK nomor B.143/01-13/01/2013
tanggal 21 Januari 2013
Terima kasih
Atas perhatiannya
Contoh Kasus Gratifikasi
PEMBERIAN HADIAH ATAU UANG SEBAGAI UCAPAN TERIMA
KASIH ATAS JASA YANG DIBERIKAN

Seorang penyelenggara negara atau


pegawai negeri yang bertugas memberikan
layanan publik pembuatan KTP, menerima
pemberian dari pengguna layanan sebagai
tanda terima kasih atas pelayanan yang
dinilai baik. Pengguna layanan memberikan
uang kepada petugas tersebut secara
sukarela dan tulus hati.

Anda mungkin juga menyukai