Anda di halaman 1dari 35

GRATIFIKASI DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN

Winaya Widya Anarawata ( WWA ) XI


Ikatan Dokter Anak Cab DIY
Yogyakarta , 29 Febuari 2020

Oleh:
Tri Wahyu Yulianto
Tri Wahyu Yulianto,SE
Lahir: Payakumbuh, 25 Juli 1957

Jabatan:
1. Kepala Bagian SDM
2. Kepala Unit Pengendalian Gratifikasi Tahun 2014-2017
3. Kepala Unit Pengendalian Gratifikasi Tahun 2018-sekarang

Pelatihan Tentang Gratifikasi


a. BIMTEK UPG dalam rangka pelaksanaan target aksi PPK Tahun 2015 di
Lingkungan Kemenkes
b. Workshop Pengendalian Gratifikasi 27-30 Oktober 2015
c. Worksop Tunas Integritas Bersama KPK dan Kemenkes RI 14-15 April 2016
d. Workshop Pembinaan dan Pengawaan Gratifikasi dibidang kesehatan Mei
2016 2
• DALAM LINGKUNGAN PELAYANAN KESEHATAN AKHIR-AKHIR
INI GRATIFIKASI MENJADI IYANG SANGAT POPULER

• PERTANYAANNYA:
❑ MENGAPA PERSOALAN GRATIFIKASI PERLU DIATUR ?
❑ APA MAKNA HARFIYAH DAN TERMINOLOGINYA
❑ APA DASAR HUKUMNYA
❑ APAKAH GRATIFIKASI BERKONOTASI HUKUM

3
❑ MENGAPA PERSOALAN GRATIFIKASI
PERLU DIATUR ?

PENGADAAN ALKES AMHP DAN BMHP

Gratifikasi adalah

Pemberian dalam arti luas

Penjelasan Pasal 12 B UU No.31/1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001


4
• KATA GRATIFIKASI DI INDONESIA BARU DIKENAL SEJAK
DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 20
TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI.
• PASAL 12B DAN 12C MEMPERKENALKAN KATA
GRATITIKASI DENGAN MENGATURNYA MENJADI DELIK
ATAU TINDAK PIDANA GRATIFIKASI.
• PASAL TERSEBUT MENGATUR PERBUATAN PIDANA DAN
ANCAMAN PIDANA BAGI SETIAP PEGAWAI
NEGERI/PENYELENGGARA NEGARA YANG MENERIMA
SEGALA BENTUK PEMBERIAN YANG TIDAK SAH DALAM
DAN KETIKA MELAKSANAKAN TUGASNYA.
5
APA MAKNA HARFIYAH
DAN TERMINOLOGINYA?

UU No. 20 Th 2001 Pasal 12B ayat (1)


Gratifikasi diartikan sebagai pemberian dalam arti
luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut dapat diterima di dalam negeri
maupun di luar negeri dan yang di lakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik.

6
DASAR HUKUM
• Undang – undang nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
• Undang – Undang nomor 31 tahun 1999 yang telah diamandemen
berdasarkan Undang – Undang nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
• Undang – Undang nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
• UU No.5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
• Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
• Peraturan Presiden No.55 tahun 2012, tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 –
2025
• Instruksi Presiden No.5 tahun 2004, tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi 7
Lanjutan Landasan Hukum
• Peraturan Menteri Kesehatan RI
nomor 14 Tahun 2014 tentang
Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.

• Keputusan Menteri Kesehatan RI


nomor HK.02.02/MENKES/306/2014
tentang Petunjuk Teknis
Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.

• Per Men Kes 58 tahun 2016 tentang


Sponsorship bagi Tenaga Kesehatan
8
PERMENKES NO 14 TAHUN 2014 TTG
PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Dalam PerMenKes No. 14 Gratifikasi dibagi :


• Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap
• Gratifikasi yang Dianggap Suap, meliputi penerimaan
namun tidak terbatas pada :
a. Marketing fee atau imbalan yang bersifat transaksional
yang terkait dengan pemasaran suatu produk
b. Cashback yang diterima instansi yang digunakan untuk
kepentingan pribadi
c. Gratifikasi yang terkait dengan pengadaan barang dan
jasa, pelayanan publik, atau proses lainnya
d. Sponsorship yang terkait dengan pemasaran atau
penelitian suatu produk 9
Gratifikasi PENGERTIAN GRATIFIKASI
Pasal 1 Permenkes
No.14/2014 Gratifikasi ➔ Pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma, dan fasilitas lainnya baik yang
diterima di dalam negeri maupun di luar
negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa
sarana elektronik yang berhubungan
dengan jabatan atau kewenangan

10
Pengertian Pasal 12 B – UU No.31/1999
Gratifikasi ➔ → jo UU No.20/2001
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,
dengan ketentuan sebagai berikut :
• Nilai Rp. 10.000.000 atau lebih ➔ pembuktian bahwa suap dilakukan
oleh penerima
• Nilai kurang Rp. 10.000.000, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut
bukan suap dilakukan oleh penuntut umum

TIDAK berlaku bila ➔ bila lapor ke KPK dalam waktu 30 hari kerja
11
Pengertian Pasal 12 B – UU No.31/1999
Gratifikasi ➔ → jo UU No.20/2001

Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda
paling sedikit Rp200.000.000,- dan paling banyak
Rp1.000.000.000,-.

12
KATEGORI GRATIFIKASI
SPONSORSHIP
MENURUT KEPMENKES No. Gratifikasi
HK.02.02/MENKES/306/2014
TENTANG: PETUNJUK TEKNIS PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Tidak
Dianggap
GRATIFIKASI Dianggap
Suap
Suap

Tidak
SPONSORSHIP Terkait
Terkait
Kedinasan
Kedinasan
TIDAK
DIANGGAP SUAP DIANGGAP SUAP
(Apabila diberikan (Apabila mekanisme
kepada individu) pengelolaan melalui
institusi) 13
GRATIFIKASI DIANGGAP SUAP

Meliputi penerimaan namun tidak terbatas pada:


1. Marketing fee atau imbalan terkait pemasaran produk;
2. Cash back yang diterima instansi digunakan untuk
kepentingan pribadi ;
3. Gratifikasi terkait pengadaan barang/jasa, pelayanan publik
atau proses lainnya;
4. Sponsorship terkait pemasaran atau penelitian suatu
produk. ( tanpa lewat Institusi / lansung kepada penerima )

14
Gratifikasi Yang
Tidak Dianggap Suap

Musibah/Bencana

Jamuan Yg Berlaku Umum


Plakat, Seminar Kits 15
Implementasi Per Men Kes 58 tahun 2016
tentang Sponsorship bagi Tenaga Kesehatan
di RSUP DR SARJITO
Pasal 2
Pengaturan Sponsorship bagi Tenaga Kesehatan dalam
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mendukung
peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan serta
pengembangan profesi Tenaga Kesehatan.

Pasal 3
(1) Sponsorship dapat diberikan kepada Tenaga Kesehatan.

(2) Selain kepada Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) Sponsorship juga dapat diberikan kepada
Institusi, organisasi fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau
Organisasi Profesi sebagai penyelenggara
16
Pasal 4
(1) Sponshorship yang diberikan kepada Tenaga Kesehatan harus memenuhi
prinsip:
a. tidak mempengaruhi independensi dalam pemberian pelayanan kesehatan;
b. tidak dalam bentuk uang atau setara uang;
c. tidak diberikan secara langsung kepada individu;
d. sesuai dengan bidang keahlian;
e. diberikan secara terbuka; dan
f. dikelola secara akuntabel dan transparan.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c, Sponsorship dapat diberikan berupa uang atau setara uang untuk honor
bagi pembicara dan/atau moderator.

(3) Setara uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b antara lain cek,
giro, atau billyet

17
Pasal 5
(1) Sponsorship oleh perusahaan/industri farmasi, alat
kesehatan, alat laboratorium kesehatan dan/atau
perusahaan/industri lainnya harus dilakukan secara
terbuka dan tidak boleh ada konflik kepentingan.

(2) Sponsorship yang dilakukan secara terbuka dan tidak


ada konflik kepentingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dimaksudkan agar tidak mempengaruhi
independensi seperti penulisan resep, anjuran
penggunaan barang atau terkait produk Sponsorship

18
Pasal 6

(1) Sponsorship sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


diberikan kepada Tenaga Kesehatan dengan status: a. Pegawai
ASN; atau b. nonpegawai ASN/pegawai swasta.

(2) Sponsorship bagi Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diberikan melalui Institusi.

(3) Institusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib


mengumumkan secara terbuka dan berkala terhadap Tenaga
Kesehatan yang menerima Sponsorship, paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

(4) Selain Tenaga Kesehatan dengan status sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) Sponsorship dapat diberikan kepada
Tenaga Kesehatan praktik perorangan.
19
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2014 tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian
Kesehatan
Menurut Permenkes 14/2014, Sponsorship yang diterima
Instansi bukanlah Suap

Salah satu gratifikasi yang tidak dianggap suap terkait


kedinasan adalah “sponsorship yang diberikan kepada
instansi terkait dengan pengembangan institusi,
perayaan tertentu yang dimanfaatkan secara
transparan dan akuntabel” (Pasal 6) .

20
PASAL 6 Ayat (3)PENEMPELAN DATA
PENERIMA SPONSORSHIP

21
Lanjutan Pasal 8 Ayat (3)
(3) Sponsorship kepada Tenaga Kesehatan sebagai
narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk:
• a. registrasi/pendaftaran;
• b. tiket perjalanan;
• c. akomodasi; dan/atau
• d. honor pembicara.

22
Lanjutan Pasal 8 ayat (4)
(4) Sponsorship kepada Tenaga Kesehatan sebagai
moderator sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk:
• a. registrasi/pendaftaran;
• b. tiket perjalanan; c.
• akomodasi; dan/atau
• d. honor moderator.

23
Lanjutan Pasal 8 ayat (5)
(5) Besaran Sponsorship yang diterima oleh
Tenaga Kesehatan sebagai peserta, narasumber
atau moderator sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ayat (3) dan ayat (4) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan atau unit cost
yang berlaku pada asosiasi/perusahaan pemberi
Sponsorship.

24
Pasal 7

(1) Sponsorship kepada Tenaga Kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. penugasan dari pimpinan , dan
b. sesuai dengan bidang keahliannya.

(2) Sponsorship kepada Tenaga Kesehatan praktik


perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (4) harus sesuai dengan bidang keahliannya.

25
Suratdari sponsor ke rsup dr sardjito

26
Laporan kegiatan KSM Bedah Mulut

27
LAPORAN SPONSHORSHIP
• Tahun 2017 : 386
• Tahun 2018 : 444
Telah diaudit pada bulan November Tahun 2018, data
penerima sponsorship yang belum melaporkan sebanyak 30
orang

• Tahun 2019 : 454 (belum diperiksa KPK)


Data penerima sponsorship tahun 2017-2019 sebanyak 1284
orang

• Rata per orang Antara


Rp 8.000.000 sd Rp. 10.000.000,-
*1284x10.000.000=1.284.000.000,-
*454 x10.000.000 = 454.000.000,-
28
REKAP DATA
PENERIMA SPONSORSHIP

29
Pasal 10
(1) Institusi baik sebagai penyelenggara
maupun bukan sebagai penyelenggara,
Organisasi Profesi, organisasi fasilitas
pelayanan kesehatan, dan Tenaga
Kesehatan praktik perorangan yang
menerima Sponsorship dan
perusahaan/industri farmasi, alat
kesehatan, alat laboratorium
kesehatan dan/atau
perusahaan/industri lainnya pemberi
Sponsorship harus lapor.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) disampaikan kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
setelah menerima Sponsorship.
30
Pasal 11
Institusi bukan sebagai
penyelenggara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dalam pengelolaan Sponsorship
dapat membentuk UPG untuk
mengelola laporan
SponsorshipPasal 11 Institusi
bukan sebagai penyelenggara
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) dalam
pengelolaan Sponsorship dapat
membentuk UPG untuk mengelola
laporan Sponsorship
31
BARANG GRATIFIKASI YG DILAPORKAN UPG

32
Pasal 12

(1) Menteri, gubernur, bupati/wali kota melakukan pembinaan


dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini
sesuai tugas dan kewenangan masing-masing.

(2) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Menteri, gubernur, bupati/wali kota
memberikan sanksi administratif kepada Tenaga Kesehatan
yang melanggar Peraturan Menteri ini.

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dapat berupa:
• a. teguran lisan;
• b. teguran tertulis; dan/atau
• c. pencabutan izin.

33
LANGKAH-LANGKAH
ANTISIPASI

• SOSIALISASI TENTANG PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN YANG DILAKUKAN SECARA RUTIN
• PEMAHAMAN ,PENCEGAHAN PENGENDALIAN
GRATIFIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN.
• PEMBINAAN & PENGAWASAN SECARA INTENSIF KE
SELURUH JAJARAN
• MENCIPTAKAN DAN MENGEMBANG BUDAYA TAAT
ASAS, DAN ATURAN

34
TERIMA KASIH

35

Anda mungkin juga menyukai