Anda di halaman 1dari 3

Jerat Manis Dana Hibah, Jalan Menuju Hotel Prodeo

Oleh
Alfa Dera
Kepala subseksi ekonomi keuangan dan pengamanan pembangunan strategis pada seksi
intelijen Kejaksaan Negeri Depok dan Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pamulang
Kata “Hibah” sudah tidak asing lagi kita dengar dalam pergaulan ataupun kehidupan sehari-
hari, berdasarkan literatur ada beberapa pengertian hibah antara lain :
Menurut Kompilasi Hukum Islam, Hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan
tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki.
Pasal 1666 KUHPerdata, menjelaskan hibah merupakan pemberian dari seseorang semasa
hidupnya kepada orang lain yang masih hidup secara cuma-cuma adapun tujuan penghibahan
agar penerima hibah dapat menikmati manfaat dari suatu penghibahan.
Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 mengatur Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan pengertian hibah merupakan
bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah lain, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang tidak mengikat
untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Belanja hibah diberikan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya, badan usaha
milik negara, BUMD, dan/atau badan dan lembaga, serta organisasi kemasyarakatan yang
berbadan hukum Indonesia, belanja hibah diatur harus memenuhi kriteria antara lain
peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan, bersifat tidak wajib, tidak mengikat, tidak
terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali kepada pemerintah pusat dalam rangka
mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah sepanjang tidak tumpang tindih
pendanaannya dengan APBN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah mengamanatkan
agar keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
Namun, sampai saat ini masih kita temukan informasi terkait metode pemberian dana hibah
yang bersumber dari keuangan negara digunakan oleh oknum sebagai modus untuk
melakukan tindak pidana korupsi atau uang dana hibah ini dijadikan sebagai obyek tindak
pidana korupsi yang membawa penerima atau pemberi dana hibah masuk hotel prodeo akibat
tergiur manisnya dana hibah.
Contoh, terkait kasus tindak pidana korupsi dana hibah pembangunan Masjid Raya Sriwijaya.
Dalam kasus tersebut menjerat terdakwa Eddy Hermanto yang menjabat selaku Ketua Umum
Panitia Pembangunan Masjid Raya Sriwijaya dan terdakwa Syarifuddin MF selaku Ketua
Divisi Lelang Pembangunan Masjid Raya Sriwijaya.
Ada juga tindak pidana korupsi dalam kasus penyalahgunaan dana hibah Pemerintah Provinsi
Jawa Barat tahun 2019 yang dilakukan Ketua Umum (Ketum) Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Jawa Barat, Tatan Pria Sudjana. Tatan dinilai terbukti bersalah melakukan tindak
pidana korupsi oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Bandung menjatuhkan vonis 1,5
tahun penjara.
Selanjutnya Mantan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Tangerang
Rita Juwita divonis satu tahun penjara oleh hakim Pengadilan Tipikor Serang. Sedangkan
mantan Bendahara KONI Tangerang Selatan Suharyo divonis satu tahun dan enam bulan
penjara. Kedua terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
korupsi dana hibah KONI Tangrang Selatan tahun anggaran 2019.
Terahir ada lima orang anggota Bawaslu Kabupaten Fakfak yang menjadi tersangka dugaan
korupsi hibah pilkada sebesar Rp15 miliar yang ditahan aparat Kejaksaan Negeri (Kejari)
Fakfak, kelimanya akan ditahan di rutan kelas 2 B Fakfak karena diduga merugikan negara
sebesar Rp 5,6 miliar. Kelima orang anggota Bawaslu tersebut yaitu ketua bawaslu Fahry
Tukhuwain, Sekretaris Siti Hadijah, Bendahara Syahnin Ninlain dan dua komisioner Abdul
TI dan Yanpith Kambu.
Dari berbagai informasi di atas serta ditambah berbagai referensi dapat kita simpulkan ada
berbagai Bentuk modus operandi korupsi dana hibah antara lain :
Pertama penyuapan yang mana kaitannya dengan hibah bahwa penyuapan ini terjadi ketika
orang atau badan hukum yang mengajukan proposal hibah memberikan uang atau barang
kepada pejabat negara atau penyelenggara negara dengan tujuan agar proposal hibah dapat
direkomendasikan sebagai calon penerima hibah tanpa melalui evaluasi yang baik dan benar.
Kedua perbuatan yang menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukannya dengan tujuan untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau korporasi.
Sederhananya dilakukan dengan trik membuat laporan pertanggung jawaban penggunaan
dana hibah yang tidak sesuai dengan nilai riil belanja melakukan pengeluaran-pengeluaran
anggaran Dana Hibah yang tidak sesuai atau melebihi anggaran sebagaimana tercantum
dalam Naskah Pemberian Hibah Daerah (NPHD) dan menggunakan dana hibah untuk
kegiatan yang tidak tercantum dalam Naskah Pemberian Hibah Daerah (NPHD) dalam
penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan tidak merealisasikan sesuai dengan Proposal
awal.
Ketiga Trading in influence merupakan perbuatan memperdagangkan pengaruh yang tidak
baik untuk bisa mempengaruhi orang lain untuk mendapatkan keuntungan yang tidak
semestinya. Trading in influence ini belum diatur dalam hukum nasional Indonesia namun
dapat kita temukan pengaturannya dalam Pasal 18 UNCAC.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan agar
Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
Banyak lembaga atau instansi atau yang menerima hibah dalam pengelolaan nya telah sesuai
dengan ketentuan dan laporannya telah memenuhi Asas transparansi serta akun tabel namun
tidak dapat dipungkiri masih ada juga yang penerima hibah yang melakukan penyalahgunaan
wewenang atau tindak pidana korupsi.
Dana hibah ini memang menjadi gula-gula karena nominal hibah cukup besar yang dapat
disalurkan kepada penerima baik organisasi maupun lembaga pemerintah, sebenarnya
pemerintah telah melakukan upaya pencegahan agar tidak tidak terjadi Penyalahgunaan dana
hibah dengan tujuan agar penggunaan dana hibah efektif ekonomis transparan bertanggung
jawab dan memberikan rasa keadilan dengan membuat berbagai macam aplikasi pengawasan
keuangan baik dalam tahap perencanaan, pertanggung jawaban namun kadang kala aplikasi
ini sengaja tidak digunakan sesuai ketentuan oleh oknum agar penyerapan dan pertanggung
jawaban dana hibah masih dapat dimanipulasi terkait dengan laporan pertanggung
jawabannya atau pihak penerimannya.
Pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai peraturan dan juknis, bahkan pimpinan
lembaga pemerintah yang menerima hibah telah mengeluarkan keputusan lembaga untuk
mengatur secara teknis penggunaan dana hibah yang diiringi dengan berbagai macam
pelatihan dan sosialisasi namun masih saja banyak oknum pengelola dana hibah senggaja
tidak mematuhi ketentuan pengelolaan dana hibah.\
Aparat penegak hukum berbagai instansi dengan berkolaborasi dengan aparat pengawas
internal pemerintah juga telah melakukan berbagai macam upaya pencegahan di dalam
penyaluran atau penggunaan dana hibah agar tidak terjadi Penyalahgunaan yang berujung
pada tindak pidana korupsi namun masih ada saja yang terjerat dalam hotel prodeo akibat
manisnya hibah apakah kita sebagai seorang insan yang beriman telah lupa dan tidak
memahami secara keimanan apa itu hibah?
Kata hibah adalah bentuk masdar dari kata wahaba digunakan dalam Al-Qur’an beserta kata
Derivatifnya sebanyak 25 kali dalam 13 surat, wahaba artinya memberi dan jika subyek
Allah berarti memberi karunia atau meng agnugrahinya
Penulis dalam paragraf akhir tulisan ini mencoba mengutip pendapat Idris Ramulyo dalam
buku perbandingan hukum kewarisan Islam dengan kewarisan kitab undang undang perdata
terbitan Sinar Grafika tahun 2004 yang menerangkan hibah mengandung beberapa hikmah
yang sangat agung antaranya :
1. Menghidupkan semangat kebersamaan dan saling tolong menolong dalam kebaikan.
2. Menumbuhkan sifat kedermawanan dan mengikis sifat bakhil.
3. Menimbulkan sifat terpuji seperti saling sayang menyayangi antar sama manusia,
ketulusan berkorban untuk kepentingan orang lain, menghilangkan sifat tercela seperti
rakus masa bodoh kebencian dan lain lain.
4. Pemerataan pendapatan menuju terciptanya stabilitas sosial.
5. Mencapai keadilan kemakmuran yang merata.
Pertanyaannya apakah kita semua pengelola hibah dan pemberi hibah telah memahami
hikmah agung berlandasarkan keimanan dari hibah itu atau kita telah terjebak dalam gula-
gula dunia fana manisnya hibah yang dapat membawa ke dalam hotel prodeo para pengelola
dan pemberi dana hibah?

Anda mungkin juga menyukai