Anda di halaman 1dari 7

Contoh Korupsi

Pola Upeti

Dosen Pengampu :
Alsri Windra Doni, M.CIO

Kelompok 2

Indah Thusadiyah Ridwan


Kasus Korupsi Bupati Klaten Sri Hartini

Korupsi yang terjadi di Kabupaten Klaten ini merupakan kejadian yang


sering terjadi dan sudah lama muncul. Bahkan sudah menjadi kebudayaan di
lingkungan pemerintah kabuaten klaten terkait dengan pengisian jabatan tertentu
maupun yang lainnya.
Korupsi yang ada tersebut dapat dikatakan sebagai gratifikasi sebagai
alat mempermudah untuk mengisi berbagai jabatan. Bentuk dari gratifikasi
tersebut adalah dalam bentuk “Uang Syukuran”.
Uang syukuran digunakan karena sebagai rasa terimakasih dari pemberi
kepada seorang kepala daerah yang telah membantunya untuk mengisi sebuah
jabatan tertentu di lingkungan pemerintah kabupaten klaten sendiri. “Uang
Syukuran” yang diterima oleh kepala daerah dalam hal ini adalah Sri Hartini selaku
Bupati Klaten ini adalah bentuk dari salah satu penyuapan agar melakukan atau
tidak melakukan apa yang diinginkan oleh para pelaku (pemberi).
Kita ketahui bahwa penyuapan merupakan perbuatan yang melanggar
hukum dan akan berdampak pada integritas seseorang. Jumlah “Uang Syukuran”
ini juga memiliki patokan tersendiri sesuai dengan jabatan yang diinginkan, seperti
halnya menjadi kepala bidang maupun kepala dinas. Dengan menggunakan “Uang
Syukuran” ini maka akan mempermudah siapa saja yang memiliki modal yang
cukup akan naik jabatan maupun menjadi kepala tertentu.
Ironi Kepala Dinas Terjerat Korupsi karena Upeti ke
kepala Daerah

Kasus Bupati Klaten Sri Hartini


Bupati klaten Sri Hartini ditetapkan sebagai tersangka
kasus dugaan suap jual beli jabatan di Pemkab Klaten. Sri
diduga menerima suap sekitar Rp. 2 miliar, US$ 5.700, dan 2.035
dolar singapura dari pihak yang memesan jabatan tertentu.
Dalam dakwaannya, jaksa penuntut umum menyebut
sebanyak 148 kepala desa di Kabupaten Klaten, jawa tengah
diduga telah melakukan gratifikasi untuk Sri Hartini, gratifikasi
yang diterima berupa uang dari berbagai desa sebagai ucapan
terimakasih karena telah mengalokasikan dana bantuan
keuangan desa, uang syukuran dalam rangka penerimaan
pegawai di PDAM, PD. BPR Bank Klaten, RSUD Bagas Waras
sebagai ungkapan terimakasih dari berbagai orang-orang yang
ingin bekerja. Para kepala desa memberikan hadiah karena Sumber : Liputan6.com
bantuan keuangan desa dari APBD kabupaten Klaten telah
dicairkan.
Jaksa KPK Afni Carolina menjelaskan, besaran uang
yang diberikan kepada Sri Hartini berbeda beda. Pada kades
umumnya memberikan hadiah uang dari Rp. 80 juta, 10 juta, 15
juta, 21,5 juta, 25 juta, 27 juta, 37 dan 40 juta.
Hasil dari kasus Sri Hartini
Dengan melihat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bebas dan bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yakni ketentuan Pasal 5
angka 4 yang menyatakan ”Setiap Penyelenggara Negara berkewajiban untuk tidak melakukan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme” serta ketentuan Pasal 5 angka 6 yang menyatakan bahwa Setiap
Penyelenggara Negara berkewajiban untuk melaksanakan tugas dengan rasa tanggung jawab
dan tidak melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga,
kroni maupun kelompok dan tidak megharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan melakukan tindakan yang melawan hukum tersebut Sri Hartini berhak atas
hukumannya yakni dihukum berupa pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun dikurangi
selama Terdakwa berada dalam tahanan dan pidana denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (Satu
milyar rupiah) subsidi air 1 (satu) tahun kurungan, dengan perintah supaya Terdakwa tetap
ditahan1 .
Solusi/upaya untuk mencegah korupsi
•Memperbaiki sistem dan memantau pengaduan masyarakat.
•Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
•Pelaporan harta pribadi pemegang kekuasaan dan fungsi publik.
•Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang
di kancah internasional.
•Memberikan hukuman sesuai dengan UU dan Pasal dari korupsi yang
dibuat pelaku
Contoh kasus umum upeti yang sering terjadi

Seperti masyarakat yang ingin sekali anak nya menjadi anggota polri , dengan cara apapun
di usahakan agar anak menjadi polisi. Pertama ia mencari orang dalam(orang yang memiliki jabatan
tinggi) dimana orang tersebut tembat ia meminta bantuan agar anaknya diluluskan dari tahap awal
hingg akhir seleksi.
Setelah anaknya lulus karena bantuan dari orang dalan tadi, ia merasa senang atas bantuan yang
diberikan dengan meluluskan anaknya, maka ia datang menemui orang dalam tadi untuk diberikan
imbalan/hadiah bisa berupa uang/tiket jalan jalan, dan sebagainya sesuai dengan keuntungan yang
ia dapat yaitu anaknya lulus menjadi anggota polri.
Saran kasus
1. Mengatur kembali aturan kepolisian bahwa membantu saudara agar lulus menjadi anggota polisi
itu akan dikenakan denda atau dicabut pangkatnya
2. Jika terdapat yang melakukan hal suap tersebut maka akan di beri sanksi
3. Seharusnya polisi memegang teguh aturan dan tanggung jawabnya sebagai senior dikepolisian
4. Bertugaslah secara sehat dan netral tanpa pandang bulu
Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai