Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM STUDY MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

DISUSUN OLEH :
IRENE YESSICA LAVENIA
51418059
KORUPSI KOLUSI DAN NEPOTISME

Irene Yessica Lavenia

Abstrak

Indonesia memiliki masalah tindak pidana yang sulit untuk dipecahkan dan diatasi oleh bangsa
dan pemerintah yaitu masalah korupsi, kolusi dan nepotisme.Korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) di Indonesia bukan lagi merupakan sebuah fenomena, melainkan merupakan fakta yang
terkenal dimana-mana. Korupsi, kolusi dan nepotisme( KKN ) akhir-akhir ini dianggap sebagi
wujud paling buruk dari gejala kemerosotan moral dari kehidupan masyarakat dan bernegara.
Korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi disemua bidang dan sektor pembangunan.Korupsi, kolusi
dan nepotisme terjadi bukan hanya pada tingkat pusat tetapi juga pada tingkat daerah dan
ketingkat pemerintahan yang paling kecil di daerah.

Key Word : Korupsi, Kolusi ,Nepotisme

 Pembahasan
Korupsi, kolusi dan nepotis memerupakan serangkaian tindakan yang tidak dibenarkan
oleh hukum Indonesia dari satu hal yang paling kecil hingga yang diaggap besar.
 Korupsi merupakan perilaku pejabat publik, baik politikus, politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar memperkaya diri dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan pada mereka
 Ciri-ciri Korupsi :
- Korupsi dapat melibatkan lebih dari satu orang
- Korupsi umumnya serba rahasia
- Korupsi dapat berupa uang atau benda
 JenisTindak Pidana Korupsi :
- Memberi atau menerima janji ( penyuapan )
- Pemerasan dalam jabatan
- Penggelapan dalam jabatan
 Korupsi Dilihat Dari Sudut Pandang Hukum :
- Memperkaya diri senidri
- Merugikan keuangan Negara
- Perbuatan melawan hukum

 Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan
tersembunyi dalam melalukan kesepakatan perjanjian tersebut dengan
memberikan uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya
menjadi lancar
 Ciri-ciri kolusi :
- Pemberian uang pelicin dari perusahaan tertentu kepada oknum
pejabat pemerintahan agar perusahaan dapat memenangkan tender
barang atau jasa tertentu
- Penggunaan perantara dalam penggandaan barang dan jasa tertentu

 Nepotisme merupakan memilih saudara atau teman akrab berdasarkan


hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya.

 Ancaman
Korupsi, kolusi dan nepotisme merupakans alah satu ancaman yang paling besar di
Indonesia karena dapat mengganggu kehidupan bangsa dan Negara, dapat mengganggu
kestabilitasan keamanan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari

 Gangguan
Tindakan Korupsi, kolusi dan nepotisme merupakan gangguan serius yang dihadapi oleh
bangsa, karena tindakan tersebut dapat menghambat kemajuan bangsa Indonesia

 Hambatan
Hambatan dalam memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia seperti,
lemahnya penegakan hukum, kurangnya kerjasama antar lembaga dalam dalam upaya
memberantas tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, belum tumbuh dan
berkembangnya budaya anti korupsi di dalam masyarakat

 Tantangan
Korupsi, kolusi dan nepotisme dapat dikatakan sebagai tantangan karena merupakan
tindakan yang dilakukan dengan sadar dan dapat menghambat kehidupan masyarakat
sehari-hari

 PenyebabdariKorupsi, Kolusi Dan Nepotisme


a. Lemahnya ketertiban hukum
b. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri
c. Kampanye-kampanye politik yang mahal
d. Proyek yang melibatkan uang rakyat yang cukup besar
e. Rakyat mudah dibohongi oleh pejabat
f. Kemiskinan keluarga

 Dampak Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme


a. Anggaran Negara yang membengkak
b. Pertumbuhan ekonomi terganggu
c. Kondisi ekonomi yang tidak stabil
d. Norma-norma dalam masyarakat semakin hilang
e. Kebutuhan masyarakat semakin terabaikan
f. Kewibawaan pemerintah semakin berkurang
g. Kreativitas semakin berkurang
h. Rusaknya moral masyarakat

 Contoh Kasus Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme


 Contohkasuskorupsi
1. Kasus Korupsi E-KTP
Merupakan kasus yang terkait pengadaan KTP elektronik
Indonesia.Terjadisejaktahun 2010, penyelidikan kasus korupsi ini terus
berlansung selama bertahun-tahun sampai sekarang
2. Kasus TPPU Rohadi
KPK menetapkan mantan panitera pengganti pengadilan negeri Jakarta Utara
Rohadi sebagai tersangka tindak pidana pencucian uang, pada 31 Agustus
2016.Setelah penyusutan berjalan 1 tahun lebih, penyidik KPK belum juga
merampungkan berkas perkara Rohadi. Rohadi disinyalir rmenyamarkan uang
miliaran rupiah dari hasil korupsi
3. Kasus Suap Gubenur Senior BI
Kasus korupsi ini terjadi dalam pemilihan gubernur senior Bank Indonesia (BI).
Kasus ini terjadi pada tahun 2011. kasus ini melibatkan nama pejabat senior dan
eks Deputi Gubernur BI yakni Miranda Goeltom. Kasus suap ini melibatkan uang
sebesar 20 miliyar rupiah
 ContohKasusKolusi
1. Kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Kebakaran hutan
tersebut terjadi karena adanya persekongkolan antara pihak perusahaan yang
akan membuka lahan dan pemerintah daerah. Karena kebakaran hutan
tersebut, daerah Sumatera dan Kalimantan mengalami kabut asap yang
membuat warganya menjadi sulit bernafas
2. Misalnya Rani bersama temannya bernama Ani yang terkenal dengan
kenakalannya berniat untuk mengerjai Eka. Yang dilakukan Rani dan Ani
untuk mengerjai Eka adalah dengan mengempesi ban motornya, sehingga Eka
harus mendorong motornya tersebut ketempat tambal ban yang jaraknya
sangat jauh
3. Pada saat diadakan musyawarah bersama untuk menyelesaikan masalah, ada
salah satu pihak yang tidak sependapat dengan pihak lain . Dimana pihak yang
tidak setuju .tersebut adalah pihak yang mementingkan dirinya sendiri atau
merugikan orang lain. Dan pihak yang tidak setuju tersebut mempengaruhi
pihak lain untuk berpihak kepadanya, maka terjadilah persekongkolan yang
merugikan banyak orang
 ContohKasusNepotisme
1. Seorang pejabat merekrut kerabatnya untuk menjadi pegawai, kemudian
mereka diutamakan dan didahulukan dalam proses pengajuan pengangkatan
menjadi pegawai diperusahaan tersebut
2. Seorang pejabat tinggi disuatu lembaga tersebut membuka lowongan
pekerjaan. Maka sipejabat mengangkat anak, sepupu, serta kerabatnya untuk
bekerja di lembaga tersebut tanpa harus melihat orang lain yang mendaftar
dilowongan pekerjaan tersebut
3. Seorang manajer menaikkan atau mengangkat jabatan seorang saudara,
bukannya memilih seseorang yang memiliki kualitas kerja yang baik
Menurut saya cara mengatasi adanya kasus Korupsi, Kolusi Dan Nepotismedi
Indonesia adalah dengan memperbaiki diri sendiri , seperti menumbuhkan
semangat anti korupsi dalam diri, memperbaiki moral,mempraktikan sikap anti
korupsi, kolusi dan nepotisme dalam setiap perbuatan, membuat kegiatan
penyuluhan dalam upaya mengurangi Korupsi, Kolusi Dan Nepotismedi
Indonesia.
Pemerintah harus lebih memperkuat hukum yang ada dengan cara menindak
secara tegas para pelaku dan, memberi hukuman sosial kepada para pelaku
Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme.
Masyarakat seharusnya tidak bersifat acuh tak-acuh dan lebih memiliki rasa
tanggung jawab agar tidak mudah dibohongi oleh para pelaku Korupsi, Kolusi
Dan nepotisme.
Dengan menaikkan gaji para pejabat atau pegawai, melukan penerimaan pejabat
bedasarkan ketrampilannya.
” Jika yang memerintah memiliki karakter freedom-loving, maka negara yang terbentuk
adalah DEMOCRACY. Demokrasi dalam sistem filsafat kenegaraan Plato tidak sama persis
dengan demokrasi dalam artian seperti sekarang ini. Demokrasi yang dikatakan Plato
termasuk dalam bilangan bentuk negara yang tidak ideal, karena sistem ini memuja
kebebasan. Plato menegaskan bahwa apabila warga negara memuja-muja kebebasan, tidak
ada pendidikan untuk virtue, tidak ada harmoni, tidak ada kesejahteraan. Kebebasan yang
dimaksudkan Plato ialah tanpa hukum. Dalam demokrasi, hanya rakyat biasa yang tidak
memiliki pengetahuan tentang kebijaksanaan apa pun yang memerintah.” (DIKURSUS
FILSAFAT PANCASILA DEWASA INI)
”Pembinaan kaum awam untuk sadar akan tanggungjawab sosial kemasyarakatan dan
berpolitik merupakan hal yang penting, bukan karena kebutuhan akan cinta tanah air dan
tantangan disintegrasi bangsa yang dewasa ini lantang diserukan, melainkan harus lahir dari
iman kristiani yang mendalam. Yesus mengatakan : ”Kamu adalah garam dunia, dan kamu
adalah terang dunia (Mat 5:13-14). Bangsa ini tengah berada di titik nadir. Kemerosotan
terjadi hampir di semua lini. Korupsi, kolusi, pemujaan uang, kuasa, materi, ingin menang
sendiri, pemaksaan kehendak, main hakim sendiri, dan sederet penyakit gawat telah melekat
begitu dalam. Bukankah hal yang sama juga pernah dialami Israel dalam sejarahnya yang
panjang? Beruntung bahwa Tuhan masih begitu setia dengan mengirimkan nabi-nabinya agar
Israel cepat berbalik dari kesalahannya. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Tuhan tidak
sedang mengirimkan para nabinya saat ini, di sini, dan kini untuk mengkoreksi hidup
berbagsa kita yang kian runyam? Perlu juga dipikirkan bagaimana spiritualitas politik dan
liturgi politik bagai kaum awam yang terjun langsung dalam dunia politik praktis, supaya
makin relevanlah semangat yang pernah digelorakan oleh Mgr Soegijopranoto: ”Seratus
persen Katolik, seratus persen Indonesia.”(Dewantara, A. (2017). Kerasulan Awam diBidang
Politik (SosialKemasyarakatan) dan Relevan sinyal bagi Multikulturalisme Indonesia).”
“Seringkali keterkaitan antaraetikadanbisnisluputdariperhatiankitaselama
ini. Praktek-praktek berbisnis di Indonesia sering kali menampakkan wajah yang
koruptif yang berkonspirasi dengan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan,
serta immoralitas. Padahal, bisnis justru sering kali berkaitan dengan kajian atas
kekuatan-kekuatan ekonomi dan bagaimana mengontrolnya. Etika memberi
kemungkinan kepada ilmu bisnis untuk mengembangkan keutamaan-keutamaan
dalam setiap perilaku yang bertumpu pada kekuatanekonomi. Kehidupan etis
sejatinya merupakan mimpi setiap orang. Oleh karena itu, berbisnis tidak boleh
merupakan"permainan kotor". Aristoteles bisa menjadi rujukan pembelajaran
bagi cita-cita negara dengan pemerintahan yang adil dan baik. Diskusi dengan
tema ini mengambil contoh kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo. Harapannya,
ada secercah kontribusi bagi etika dalam kehidupan bernegara Indonesia dan
kehidupan sosial masyarakat kita (duahal yang dirasakan semakin merosot dari
waktu kewaktu).”
Dewantara, A. W. (2013). MerefleksikanHubunganantaraEtika Aristotelian dan Bisnis
dengan Studi Kasus Lumpur Lapindo.Arete, 2(1), 23-40.
KKN adalah suatu tindakan yang sangat merugikan bagi setiap kalangan
masyarakat dan negara , dikarenakan KKN hanya menguntungkun suatu pihak
tertentu yang memiliki kekuasaan berlebih sehingga orang-orang kecil dan jujur
akan dirugikan. Oleh karena setiap hal yang berhubungan dengan KKN harus
cepat di hilangkan dan dihapuskan dari kebiasaan masyarakat , khususnya negara
Indonesia . KKN sendiri adalah gabungan dari kata Korupsi , Kolusi , dan
Nepotisme.

Korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok dan lain sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi, yang mengakibatkan kerugian keuangan pada negara. Korupsi
merupakan suatu tindakan yang sangat tidak terpuji yang dapat merugikan suatu
bangsa dan negara. Korupsi di Indonesia bukanlah hal yang baru, Indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus korupsi yang terbilang cukup
banyak. Akan tetapi banyak juga kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat
atau pemegang kekuasaan yang telah dibungkar oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).

Beberapa unsur-unsur tindak pidana korupsi antara lain :perbuatan melawan


hukum,penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana, memperkaya diri
sendiri, orang lain, atau korporasi, dan merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, adalah memberi
atau menerima hadiah atau janji (penyuapan), penggelapan dalam jabatan,
pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara), dan menerima gratifikasi (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara).
Kolusi adalah tindakan persekongkolan, persekutuan, atau permufakatan untuk
urusan yang tidak baik. Pengertian ini muncul mengingat kolusi berasal dari
bahasa Latin collusio yang artinya persekongkolan untuk melakukan perbuatan
tidak baik. Biasanya diwarnai dengan korupsi yaitu penyalahgunaan wewenang
yang dimiliki oleh salah satu pihak atau pejabat negara. Kolusi paling sering
terjadi dalam satu bentuk pasar oligopoli, dimana keputusan beberapa perusahaan
untuk bekerja sama, dapat secara signifikan mempengaruhi pasar secara
keseluruhan. Kartel adalah kasus khusus dari kolusi berlebihan, yang juga dikenal
sebagai kolusi tersembunyi.

Lalu bagaimana dengan nepotisme? Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau
teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata
ini biasanya digunakan dalam konteks derogatori. Sebagai contoh, kalau seorang
manajer mengangkat atau menaikan jabatan seorang saudara, bukannya seseorang
yang lebih berkualifikasi namun bukan saudara, manajer tersebut akan bersalah
karena nepotisme. Pakar-pakar biologi telah mengisyaratkan bahwa tendensi
terhadap nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari
pemilihan saudara.

Akibat -- akibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) ini adalah : Pemborosan
sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal,
terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap. ketidakstabilan, revolusi sosial,
pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial
budaya. pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas
administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.

dugaan-korupsi-mata-aceh-ilustrasi-59f3a4a0f33a2d5c46395302.jpg
dugaan-korupsi-mata-aceh-ilustrasi-59f3a4a0f33a2d5c46395302.jpg
Secara umum akibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) adalah merugikan
negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya
tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
1945. Semangat dan upaya pemberantasan korupsi di era reformasi ditandai
dengan keluarnya berbagai produk perundangan-undangan dan dibentuknya
institusi khusus, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN). Harapan terhadap produk-produk hukum diatas adalah praktek sebelum
reformasi dapat dibawa kemeja hijau dan uangnya dikembalikan pada negara,
sedangkan pada pasca reformasi dapat menjadi suatu usaha preventif.
Pada akhirnya dengan melihat semua dampak dampak,dan penyebab KKN, bisa
disimpulkan bahwa KKN adalah "benalu sosial" yang merusak struktur
pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan
dan pembangunan negara. Selain itu, KKN merupakan bagian dari gejala sosial
yang masuk dalam klasifikasi menyimpang (negative), karena merupakan suatu
aksi tindak dan perilaku sosial yang merugikan individu lain dalam masyarakat,
menghilangkan kesepakatan bersama yang berdasar pada keadilan, serta
pembunuhan karakter terhadap individu itu sendiri. Maka KKN, sebagai suatu
tindakan moral, tidak memihak kepentingan bersama (egois), mengabaikan etika,
melanggar aturan hukum, dan terlebih melanggar aturan agama harus segera
diberantas dari muka bumi Indonesia. Bagaimana caranya?

Walaupun KKN seakan hampir tidak mungkin dipahuskan, bangsa Indonesia


harus tetap optimis dalam memberantas KKN. Sekalipun tidak dapat
menggunakan cara efektif dan efisien, setidaknya masih bisa merangkak sedikit
demi sedikit menuju negara bebas KKN. Cara paling mjudah adalah dengan
memulai dari diri sendiri. Seperti : Perbaiki moral dan mental diri, Tumbuhkan
semangat anti-KKN dalam diri, Praktikkan anti-KKN dalam setiap perbuatan,
Pengaruhi orang lain agar semangat anti-KKN tumbuh dalam kepribadiannya,
Buat atau ikuti komunitas anti-KKN untuk mengumpulkan maupun berkumpul
dengan orang-orang yang memiliki ideologi serupa, Bersama, adakan kegiatan
seperti penyuluhan, workshop, pembelajaran, atau lainnya sebagai upaya
mengurangi KKN di Indonesia, dan Teruslah aktif dalam mengurangi KKN.
https://www.kompasiana.com/elleonoraellen/59f3a4e0ed4ed6713a6299c2/kkn-
korupsi-kolusi-nepotisme-merupakan-benalu-sosial
Daftar Pustaka :

Dikursus filsat pancasila dewasa ini

”(Dewantara,A.
(2017).KerasulanAwamdiBidangPolitik(SosialKemasyarakatan)danRelevansinyabagiMultik
ulturalismeIndonesia).

Dewantara,A.W.
(2013).MerefleksikanHubunganantaraEtikaAristoteliandanBisnisdenganStudiKasusLumpurL
apindo.Arete,2(1),23-40.

https://www.kompasiana.com/elleonoraellen/59f3a4e0ed4ed6713a6299c2/kkn-korupsi-
kolusi-nepotisme-merupakan-benalu-sosial

Anda mungkin juga menyukai