A. KORUPSI
1. Kasus Korupsi Perizinan Kepala Daerah
Beberapa tahun terakhir kasus korupsi yang dihadapi terkait perizinan yang
dilakukan oleh pejabat daerah jumlahnya makin hari makin banyak. Di tahun 2014
Bupati Bogor Rachmat Yasin pada 7 Mei 2014 melakukan praktik korupsi yaitu jual beli
izin alih fungsi hutan untuk perumahan elit yang dikelola PT Bukit Jonggol Asri sebesar
Rp 5 miliar. Pada tahun 2015, Bupati Lombok Barat Zaini Arony dihukum 7 tahun
penjara karena memeras pengusaha yang akan mengurus investasi izin wasata di
kabupaten Lombok.
Selanjutnya kasus korupsi yang menyangkut Bupati Buol, Amran Bata lipu yang
juga terseret korupsi di kasus perizinan tanah untuk usaha sawit. Kasus ini menyeret salah
satu konglomerat di Indonesia, Hartati Murdaya, dimana perusahannya yang melakukan
penyuapan tersebut. Suap dilakukan. agar keluar izin perkebunan di Kecamatan Bukal
Kab. Buol Sulawesi Tengah.
Bupati Karawang nonaktif, Ade Swara dan istrinya yang juga anggota DPRD
setempat, Nurlatifah dihukum 7 tahun dan 6 tahun penjara. Ade memeras Aking Saputra,
CEO PT Tatar Kertabumi dalam rangka penerbitan Surat Persetujuan Pemanfaatan
Ruang (SPPR). Selain dikenakan tindak pidana korupsi, keduanya juga dikenakan pasal
pencucian uang. Fuad Amin selama menjadi Bupati dan Ketua DPRD Bangkalan juga
bermainmain dalam proses izin tambang. Salah satunya meminta sejumlah uang dari
Direktur PT Media Karya Sentosa Antonius Bambang Djatmiko. Atas perbuatannya,
Fuad dihukum 8 tahun penjara.
Pada akhir Agustus 2017, Wali Kota Tegal Siti Mashita Soeparno juga ditangkap
KPK. la diduga menerima aliran dana senilai total Rp 5,1 miliar yang kemudian
digunakan sebagai mahar politik. Siti bermaksud kembali maju dalam perhelatan Pilkada
2018. Sementara, pada awal Agustus, KPK terlebih dahulu menciduk Bupati Pamekasan
Achmad Syafii. Ia tersandung kasus dugaan suap dalam pengalokasian dana desa.
Sejak awal reformasi yang ditandai dengan jatuhnya Soeharto dari kursi
kepresidenan. Korupsi tidak mengenal waktu dan kondisi. Hampir setiap hari kita
disuguhkan dengan berita Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan oleh KPK dan ini
terus berlangsung hingga hari ini. Lebih jauh lagi para pejabat Negara tidak memiliki
kepekaan Anti korupsi. Bukti ini ditunjukan dengan makin banyaknya kepala daerah
yang memberi tempat terhormat bagi para mantan napi korupsi yang dipromosikan dalam
jabatan-jabatan tertentu di lingkungan Pemda di Indonesia. Ini menjadi persoalan pelik
bagi pemberantasan korupsi di Indonesia.
Salah satu masalah yang dihadapi terkait korupsi adalah birokrasi pemerintahan.
Secara tidak langsung pemerintah diberi kewenangan yang sangat besar sesuai dengan
fungsinya yang diwujudkan dalam bentuk hak dan kewajiban. Sistem ini mendasarkan
pada aspek hukum guna memberikan arah tuntutan berbagai kehidupan yang berakar
pada keyakinan bangsa Indonesia. Secara tidak langsung birokrasi pemerintahan yang
dalam hal ini adalah ASN (Aparatur Sipil Negara berkedudukan sebagai aparatur Negara
yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional,
jujur, adil dan merata dalam penyelengaraan tugas negara, Pemerintahan dan
pembangunan. Dan secara garis besar objek hukum administrasi negara adalah
kekuasaan pemerintah yang dalam kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh ASN.
Dalam konteks birokrasi, pelaksanaan fungsi ASN berkenaan dengan konsep
personal administration yang berarti bahwa administrasi dari suatu Negara adalah hasil
produk dari pengaruh-pengaruh politik dan sosial sepanjang sejarah Negara yang
bersangku- tan. Oleh karena itu suatu sistem administrasi tidak akan cukup dipahami
dengan baik tanpa adanya pengetahuan administrasi dalam bentuk lampau.
Perkembangan saat ini adalah Negara akan mengembangkan administrasinya dengan
sistem yang sama satu dengan lainnya.1
b. Penyuapan
• Pembayaran untuk menunda atau mengurangi kewajiban bayar pajak dan cukai.
• Pembayaran untuk meyakin kan petugas agar tutup mata terhadap kegiatan ilegal.
• Pembayaran kembali setelah mendapatkan pembebasan pajak, agar di masa
mendatang mendapat perlakuan yang lebih ringan daripada administrasi normal.
1
Muhammad Zainul Arifin, Irsan. "Korupsi Perizinan Dalam Perjalanan Otonomi Daerah Di Indonesia."
Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum, 2019: 5-6.
• Pembayaran untuk meyakin kan atau memperlancar proses penerbitan ijin dan
pembebasan.
c. Penyalahgunaan / Penyelewengan.
d. Pemerasan
Pemerasan ini terjadi ketika masyarakat tidak mengetahui tentang peraturan yang
berlaku, dan dari celah inilah para petugas melakukan pemerasan dengan menakut-nakuti
masyarakat untuk membayar lebih mahal dari pada yang semestinya.
e. Perlindungan
Perlindungan dilakukan termasuk dalam hal pemilihan, mutasi, atau promosi staf
berdasarkan suku, kedekatan personal, dan hubungan sosial lainnya tanpa
mempertimbangkan prestasi dan kemampuan dari seseorang tersebut.
Tindak pidana korupsi dengan memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu
korporasi. Berdasarkan Pasal 2 yaitu memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu
badan korporasi dengan cara melawan hukum yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara. Secara substansif, perbedaan korupsi dalam Pasal 8 dan Pasal
3 jika dilihat dari sebab beradanya objek dalam kekuasaan koruptor maka dalam pasal
ini, objek kejahatan berada dalam kekuasaannnya yang disebabkan langsung oleh
perbuatan yang dilarang atau memperkaya. Tindak pidana korupsi dengan
menyalahgunakan kewenangan kesempatan, sarana jabatan atau kedudukan.
Dalam permasalahn ini tindak pidana korupsi ini memiliki unsur-unsur yaitu
unsur-unsur objektif yaitu perbuatan menyalahgunakan kewenangan, menyalahgunakan
kesempatan, menyalahgunakan kewenangan, menyalahgunakan sarana yang ada
padanya yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara karena
jabatan atau karena kedudukan, sedangkan unsur subjektif yaitu dengan tujuan
menguntungkan sendiri, menguntungkan orang lain, menguntungkan suatu korporasi.
Tindak Pidana Korupsi Suap Dalam tindak pidana korupsi suap ini mempunyai
unsur objektif berupa perbuatan memberikan sesuatu, menjanjikan, kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara, unsur subyektifnya adalah dengan maksud supaya
pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuai dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan hak dan kewajiban tugasnya.
Adapaun hal yang harus di lakukan untuk mngurangi dan mencegah tidakan
korupsi harus di lakukan dari berbagai aspek:
Bagi legislatif yang terpilih adalah pilar utama sistem integritas nasional yang
herlandaskan tanggung gugat demokrasi. Tugasnya dalam bahasa sederha na,
mewujudkan kedaulatan rakyat melalui wakil-wakil yang dipilih untuk kepentingan
publik, memastikan bahwa tindakan eksekutif dapat dipertang gungjawabkan. Sama
halnya pemerintah mendapat keabsahan setelah menda- patkan mandat dari rakyat.
Legislatif sebagai badan pengawas, pengatur, dan wakil. Legislatif atau parlemen
modern adalah pusat perjuangan untuk mewujudkan dan memelihara tata kelola
pemerintahan yang baik untuk memberantas korupsi. Begitu pula dengan eksekutif
sebagai pelaksana yang juga merupakan wakil rakyat harus menjalankan pemerintahan
yang sebaik-baiknya.2
2) Program Publik
2
Jawade Hafidz Arsyad. Korupsi Dalam Perspektif HAN. Jakarta: Sinar Grafika, 2013:313
pejabat bersangkutan harus dibekali pedoman yang jelas mengenai tata cara menjalankan
tugas.3
Dengan cara menghilangkan kesan pemerintah angker dan pemerintah itu lahan
pribadi, menyebarkan informasi kepada warga masyarakat menge nai hak mereka untuk
mendapat layanan dari pemerintah, menerbitkan buku pegangan hagi pegawai negeri
yang dapat dengan mudah diperoleh dan dipela jari oleh warga masyarakat dan
kontraktor yang berhubungan dengan lembaga pemerintah bersangkutan, dan
menghapuskan kontak empat mata dengan cara memasukkan unsur acak (misalnya,
rotasi anggota staf dari waktu ke waktu) sehingga warga masyarakat yang
berkepentingan dengan mereka tidak dapat lagi mengetahui lebih dahulu dengan pejabat
mana dia harus berurusan.4
4) Penegakan Hukum
3
Ibid., 315
4
Ibid., 316
5
Ibid., 323
5) Kesadaran Masyarakat
Hal yang tak kalah pentingnya ialah keberanian dan tekad seluruh aparatur negara
dan masyarakat untuk melawan korupsi. Segala macam sistem dan konsepsi tidak akan
terlaksana apabila para pelaksananya sendiri kurang berani untuk mengungkap korupsi
yang jelas-jelas terdapat di depan hidungnya. Masih banyak jaksa yang takut untuk
melakukan tuntutan karena korupsi melibatkan orang-orang penting dan mempunyai
kekuasaan. Keberanian harus ditumbuhkan bersama-sama meningkatnya kesadaran
masyarakat akan hukum.
Pada saat yang sama ancaman moralistik hendaknya menjadi sasaran pokok
dalam upaya menangkal korupsi. Hukum yang lemah memang bisa menjadi sumber
kejahatan, tetapi kejahatan pun akan merajalela jika penegak hukum itu sendiri adalah
orang-orang yang jahat. Oleh karena pendekatan secara psikologis dan moral mungkin
akan lebih efektif ketimbang cara-cara yang lainnya.6
B. PENYALAHGUNAAN WEWENANG
1. Penyalahgunaan Kekuasaan Yang Dilakukan Oleh Letkol HA
Hal itu terungkap dalam putusan yang dipublikasikan Pengadilan Tinggi Militer Jakarta
di situs Mahkamah Agung (MA), Selasa (28/1/2020). Letkol HA menjadi TNI Angkatan
6
Ibid., 325
7
Ibid., 326
Laut melalui AAL pada tahun 1998. Setelah itu menjabat sebagai Dan Posal Tanjung
Balai Asahan. Kariernya menanjak sebagai Komandan KRI di beberapa kapal.
Salah satunya pada tahun 2012 ia menerima Rp 25 juta dari Panglima KRI. 'Uang
terima kasih' per bulan dianggap sebagai ucapan terima kasih atas kelancaran menjadi
Panglima KRI dan akta ini sudah berlangsung bertahun-tahun.
Duduk sebagai ketua majelis Kolonel Chk Tama Ulinta dengan anggota Kolonel
Faridah Faisal dan Kolonel Hari Aji Sugianto. Leganya Kolonel AH sudah 3 tahun tidak
bekerja. Kolonel AH juga mendapat penghargaan karena menangkal kapal nelayan asing
di ZEE Natuna dan mendapat penghargaan dari Menteri Susi Pudjiastuti. Letkol HA juga
terlibat dalam pencarian dan evakuasi AirAsia QZ8501 di Selat Karimata.
8
Saputra, Andi. Letkol HA Dihukum karena Penyalahgunaan Kekuasaan. Januari 28, 2020.
http://www.news.detik.com (accessed Desember 29, 2022).
Dalam menjalankan kewenangan tersebut, ada kewajiban bagi pejabat publik
untuk mematuhi aturan hukum. Sebab, sebagaimana dikemukakan Artidjo Alkostar12
bahwa munculnya korupsi tidak terlepas dari kekuasaan yang tidak terkendali atau
penyalahgunaan kekuasaan. Oleh karena itu, ada batasan-batasan yang harus dipatuhi
oleh pemegang wewenang. Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
bahwa kewenangan dibatasi oleh jangka waktu atau tenggang waktu, luas wilayah
kewenangan, dan ruang lingkup bidang atau materi kewenangan. Badan dan/atau pejabat
pemerintah yang masa jabatan atau tenggang waktunya telah habis tidak dibenarkan
dalam mengambil keputusan dan/atau tindakan. Oleh karena itu, menurut Pasal 17
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 disebutkan bahwa Instansi dan/atau Pejabat
Pemerintah dilarang menyalahgunakan kewenangannya. Larangan penyalahgunaan
wewenang meliputi: a) larangan melampaui wewenang; b) larangan mencampur otoritas;
dan/atau c) larangan untuk bertindak sewenang-wenang.
Berdasarkan ketentuan di atas tampak bahwa pejabat tata usaha negara dilarang
menyalahgunakan wewenangnya. Dalam mengawasi pejabat tata usaha negara dalam
menjalankan kewenangannya dibentuklah APIP. Dalam hal ini, APIP diberikan
kewenangan untuk menyelesaikan penyalahgunaan wewenang tersebut. Selain
penyelesaian melalui APIP, mekanisme penyelesaian dapat dilakukan dengan
mengajukan permohonan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (Pasal 21 UU No. 30 Tahun
2014). Dimana apabila penyalahgunaan wewenang mengakibatkan kerugian negara,
maka pejabat tata usaha negara harus mengembalikan kerugian negara tersebut paling
lama 10 hari kerja sejak keputusan dan hasil pengawasan diumumkan. Secara yuridis,
adanya suatu keputusan APIP adalah sah dan mengikat, karena dibuat oleh pejabat tata
usaha negara. Begitu juga dengan putusan PTUN, juga sah dan mengikat. Oleh karena
itu, baik keputusan APIP maupun keputusan PTUN harus dihormati dan dipatuhi13.
Dalam penyelesaian penyalahgunaan wewenang yang merugikan keuangan negara diatur
juga dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pasal 1 angka 22 UU
No. 1 Tahun 2004 menyatakan bahwa: Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan
uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti sebagai akibat perbuatan melawan
hukum, baik disengaja maupun lalai.
Potensi yang ada dimulai dari unsur aparaturnya penegakan hukum, birokrasi dan
anggota masyarakat untuk bekerja sama serta kebutuhan untuk melakukan pendekatan
perubahan melalui kriminologi, sosiologi, dan yuridis formal. Oleh karena itu jumlah
9
Panjaitan, Marojahan JS. "Penyelesaian Penyalahgunaan Wewenang yang Menimbulkan Kerugian
Negara Menurut Hukum Administrasi Pemerintahan ." Hukum Lus Quia Lustum fakulty Of Law, 2017: 8.
kasus penyalahgunaan wewenang (detournement de pouvoir) penyalahgunaan dalam
bentuk lainnya, yang tidak sedikit, dibutuhkan sosiologi hukum sebagai upaya penegakan
hukum dan perlindungan terhadap berbagai kepentingan ada di masyarakat, khususnya
di ruang lingkup masyarakat, dalam rangka tidak terjadi penyalahgunaan kepentingan
dan kekuasaan.
C. PEMALSUAN DOKUMEN
1. Polres Tanjung Priok Bongkar Kasus Pemalsuan Dokumen KTP dan
Ijazah
10
Mansur, Ali. Polres Tanjung Priok Bongkar Kasus Pemalsuan Dokumen KTP dan Ijazah. Maret 28,
2022. http://www.republika.co.id (accessed Desember 30, 2022).
tua, setua peradaban manusia itu sendiri. Ada juga yang menyebut sebagai kontrol filsafat
yang lebih tua. Dilihat sebagai masalah kebijakan yang ditangani, dicegah atau
dikendalikan dengan menggunakan sanksi pidana. Ada anggapan sementara bahwa
penjahat atau pelanggar hukum pada umumnya tidak perlu dihukum. Menurut pendapat
tersebut, hukuman adalah peninggalan kebiadaban masa lalu yang harus dihindari.
Pendapat ini tampaknya didasarkan pada pandangan bahwa hukuman adalah tindakan
perlakuan kejam atau pemaksaan penderitaan.
Pengaturan pemalsuan surat dalam pemalsuan surat diatur dalam Bab XII buku
II KUHP, pasal 263 sampai dengan pasal 276 mengatur tentang sanksi pidana yang
serendah-rendahnya, sehingga sekalipun sanksi pidananya paling berat diantara yang
lainnya namun tidak menutup kemungkinan hakim memutus dengan mengabulkan sanksi
ringan bagi pelakunya karena akan menimbulkan sesuatu disparitas kriminal. Sehingga
diperlukan ancaman sanksi yang minimal Pemalsuan surat (valschheid in gescheriften)
diatur dalam Bab XII buku II KUHP, dari Pasal 263 sampai dengan 276 guna
menciptakan kepastian hukum.
Jawade Hafidz Arsyad. Korupsi Dalam Perspektif HAN. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Mansur, Ali. Polres Tanjung Priok Bongkar Kasus Pemalsuan Dokumen KTP dan
Ijazah. Maret 28, 2022. http://www.republika.co.id (accessed Desember 30,
2022).
Muhammad Zainul Arifin, Irsan. "Korupsi Perizinan Dalam Perjalanan Otonomi Daerah
Di Indonesia." Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum, 2019.