Anda di halaman 1dari 4

Teori Patologi Birokrasi :

Patologi birokrasi adalah penyakit, perilaku negatif, atau penyimpangan yang dilakukan pejabat
atau lembaga birokrasi dalam rangka melayani publik, melaksanakan tugas, dan menjalankan
program pembangunan.
gejala patologi dalam birokrasi, menurut Sondang P. Siagian, bersumber pada lima masalah
pokok.
Pertama, persepsi gaya manajerial para pejabat di lingkungan birokrasi yang menyimpang dari
prinsip-prinsip demokrasi. Hal ini mengakibatkan bentuk patologi seperti: penyalahgunaan
wewenang dan jabatan menerima sogok, dan nepotisme.
Kedua, rendahnya pengetahuan dan keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan
operasional, mengakibatkan produktivitas dan mutu pelayanan yang rendah, serta pegawai sering
berbuat kesalahan.
Ketiga, tindakan pejabat yang melanggar hukum, dengan ”penggemukan” pembiayaan,
menerima sogok, korupsi dan sebagainya.
Keempat, manifestasi perilaku birokrasi yang bersifat disfungsional atau negatif, seperti:
sewenang-wenang, pura-pura sibuk, dan diskriminatif.
Kelima, akibat situasi internal berbagai instansi pemerintahan yang berakibat negatif terhadap
birokrasi, seperti: imbalan dan kondisi kerja yang kurang memadai, ketiadaan deskripsi dan
indikator kerja, dan sistem pilih kasih.

Pengertian Pungli (pungutan liar):


Pungutan liar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau Pegawai Negeri atau Pejabat
Negara dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak
berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Hal ini sering disamakan
dengan perbuatan pemerasan, penipuan atau korupsi.
Pungutan liar merupakan perbuatan-perbuatan yang disebut sebagai perbuatan pungli sebenarnya
merupakan suatu gejala sosial yang telah ada di Indonesia, sejak Indonesia masih dalam masa
penjajahan dan bahkan jauh sebelum itu. Namun penamaan perbuatan itu sebagai perbuatan
pungli, secara nasional baru diperkenalkan pada bulan September 1977, yaitu saat Kaskopkamtib
yang bertindak selaku Kepala Operasi Tertib bersama Menpan dengan gencar melancarkan
Operasi Tertib (OPSTIB), yang sasaran utamanya adalah pungli.

Pada masa Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
dikeluarkan Instruksi Presiden No. 9 tahun 1977 tentang Operasi Penertiban (1977-1981),
dengan tugas membersihkan pungutan liar, penertiban uang siluman, penertiban aparat pemda
dan departemen. Untuk memperlancar dan mengefektifkan pelaksanaan penertiban ini
ditugaskan kepada Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara, untuk mengkoordinir
pelaksanaannya dan Pangkopkamtib untuk membantu Departemen/Lembaga pelaksanaanya
secara operasional

Pungutan liar juga termasuk dalam kategori kejahatan jabatan, di mana dalam konsep kejahatan
jabatan di jabarkan bahwa pejabat demi menguntungkan diri sendiri atau orang lain,
menyalahgunakan kekuasaannya untuk memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, untuk
membayar atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri.
Bentuk patologi birokrasi dlm pungli :
1. Penanganan berlarut – larut
pejabat atau pegawai yang jabatannya harus memberikan suatu pelayanan yang
bersangkutam dengan sengaja menunda-nunda penyelesaian tugasnya, misalnya dengan
dalih sibuk menyelesaikan tugas yang lain, apalagi kalau kesengajaan itu di
latarbeiakangi oleh motif atau keinginan memperoleh "imbalan" tertentu yang
sesungguhnya bukan haknya.
Keadaan seperti itu paling sering terlihat dalam hal seseorang mengajukan permohonan
memperoleb izin sebagai dasar baginya melakukan kegiatan tertentu yang apabila
berhasil akan mendatang-kan keuntungan materiil bagj yang bersangkutan.
2. Penyimpangan Prosedur (dibuat berbelit-belit)
salah satu ciri birokrasi adalah membuat sesuatu pekerjaan yang sesungguhnya sederhana
menjadi rumit. Dengan perkataan lain, cara yang berbelit-belit.Buktinya pekerjaan yang
semestinya dapat terselesaikan dalam waktu singkat,baru dapat tuntas setelah makan
waktu yang relatif lama.Sering ditambahkan pula bahwa berbelit-belit berarti satu
pekerjaan yang sesungguhnya dapat diselesaikan oleh seseorang,dalam kenyataannya
melibatkan beberapa meja yang tentunya berakibat pula pada mata rantai penyelesaian
yang panjang. Tingginya tingkat ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya
prosedur pelayanan yang panjang dan melelahkan menjadi penyebab dari semakin
banyaknya masyarakat yang menyerah ketika berhadapan dengan pelayanan publik yang
korupsi.
3. Penyalahgunaan wewenang
Pungutan liar juga termasuk dalam kategori kejahatan jabatan, di mana dalam konsep
kejahatan jabatan di jabarkan bahwa pejabat demi menguntungkan diri sendiri atau orang
lain, menyalahgunakan kekuasaannya untuk memaksa seseorang untuk memberikan
sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Contoh-contoh sangat sederhana dari wewenang yang dimiliki pejabat atau pegawai
pemerintahan, adalah:
 Wewenang para petugas bea cukai memeriksa penumpang dan barang di
pelabuhan laut atau bandar udara dalam upaya men-cegah masuknya barang-
barang terlarang ke dalam wilayah kekuasaan negara yang bersangkutan atau agar
pemilik barang membayar bea impor kalau peraturan perundang-undangan
menetapkan demikian.
 polisi lalu lintas memiliki wewenang menilang pengemudi yang melanggar
peraturan lalu lintas.
 aparat suatu instansi yang mengatur perdagangan berwenang mengeluarkan izin
usaha.
 aparat yang menangani rnasalah-masalah lingkungan hidup berwenang menindak
perusahaan yang melanggar ketentuan tentang batas ambang poiusi udara atau
iiinbah industri.
 aparat pajak berwenang mengusut wajib pajak yang diduga tidak membayar
pajaknya secara benar.
Perilaku yang tidak diharapkan dari para anggota birokrasi adalah penggunaan wewenang
yang dirniliknya itu dengan semena-mena, misalnya dengan bertindak melampaui batas
wewenangnya, apalagi menyalahgunakan wewenang tersebut. Sikap "sok berkuasa" jelas
bukan sikap dan perilaku yang ditampilkan, apalagi kalau sikap dan perilaku tersebut
dimaksudkan untuk kepentingan diri sendiri dengan merugikan orang lain.
4. Praktek KKN / Imbalan

Faktor penyebabnya :
1. Lemahnya moral birokrat
Karakter atau kelakuan dari pada seseorang dalam bertindak dan mengontrol dirinya sendiri,
serta Budaya yang terbentuk di suatu lembaga yang berjalan terus menerus terhadap pungutan
liar dan penyuapan dapat menyebabkan pungutan liar sebagai hal biasa.

2. Gaji yang Rendah


Penghasilan yang bisa dikatakan tidak mencukupi kebutuhan hidup tidak sebanding dengan
tugas/jabatan yang diemban membuat seseorang terdorong untuk melakukan pungli

3. Lemahnya Pengawasan
Lemahnya sistem kontrol dan pengawasan oleh atasan.

Analisis kasus (ara):


Pungli termasuk ke dalam salah satu bentuk dari patologi birokrasi. Yaitu dapat di lihat
dari definisi patologi birokrasi yang adalah penyakit dalam birokrasi suatu Negara yang muncul
akibat perilaku para birokrat dan kondisi yang membuka kesempatan itu, baik yang menyangkut
politis, ekonomis, social kultural dan teknologikal. Yang mana pungli tersebut berada pada
lingkup ekonomi, yang disebabkan oleh banyak factor, salah satunya seperti gaji yang rendah
serta lemahnya moral para birokrat tersebut dan dibantu oleh lemahnya sistem pengawasan suatu
instansi/lembaga yang semakin memberikan kesempatan bagi para birokrat tersebut untuk
melakukan kegiatan pungli.
Oleh sebab itu, dalam pelayanan publik sudah saatnya bagi pemerintah untuk mengubah
paradigma, strategi dan orientasi yang selama ini hanya digerakkan oleh peraturan birokrasi
menjadi strategi yang berfokus pada pelayanan publik. Dan upaya itu pasti memerlukan
transformasi lembaga dan sebaiknya harus dimulai dengan transformasi personal. Ini berarti yang
dibutuhkan dalam transformasi adalah penyusunan tujuan sistem layanan sebagai faktor
pendorong perubahan. Sedangkan masalah moralitas memang abstrak jika dimaknai hanya
sekadar sebagai etika efisiensi dan efektivitas layaknya yang ada di sektor privat. Namun
sesungguhnya moralitas merupakan dasar yang sangat konkret jika pemahamannya kita arahkan
pada sebuah konsep birokrasi yang manusiawi, yaitu tipe birokrasi yang menghargai hak rakyat
secara penuh. Untuk mentransformasikan nilai-nilai moral tentu bukan sekadar membalikkan
tangan tapi butuh sebuah proses dan kesungguhan. Birokrasi yang bermoral, berarti birokrasi
yang meletakkan aspek pelayanan pada rakyat tanpa berusaha mengeksploitasinya ke dalam
aspek yang amat urgen.
Cara mengatasi :
Dari cuplikan video, Presiden RI telah membentuk satgas antipungli yang dipimpin oleh
Menkopolhukam yang siap melakukan OTT (operasi tangkap tangan) dan bagi intansi atau
lembaga terkait yang kedapatan dan terbukti telah melakukan Pungli (pungutan liar) maka
sanksinya adalah akan diberhentikan langsung dari jabatannya.
Mungkin solusi yang bisa untuk mencegah Pungli yaitu Memberikan sosialisasi/ informasi
yang jelas kepada masyakat, serta membuat suatu alur atau sistem layanan yang jelas, transparan
dan bersih yang harus diterapkan oleh Pemerintah, baik dari level tertinggi sampai di level
terendah (implementasi di lapangan). Selanjutnya, tegakkan sanksi, pengawasan dan
penghargaan dari keberhasilan maupun penyimpangan terhadap pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai