Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Morel agassi

NIM : 857111941
TUGAS 3 (Pendidikan Kewarganegaraan)
Jawaban

1.

Sejak diberlakukannya UU no 32 tahun 1999 yang kemudian disusul dengan UU no 32 tahun


2004 mengenai Pemerintahan Daerah yang secara subtansial memberikan otonomi kepada
daerah provinsi dan kabupaten serta pemerintahan kota suatu kewenangan serta otonomi yang
lebih luas dibandingkan dengan era sebelumnya. Sesuai pasal 1 ayat 2 UU no 32 tahun 1999,
yang dimaksud Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dan sesuai pasal 1 ayat 5 yang dimaksud Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Ada beberapa hal yang
menandai adanya otonomi daerah di Indonesia, misalnya: diserahkannya berbagai urusan kepada
daerah, pemilihan kepala daerah secara langsung, semakin banyak muncul daerah baru hasil dari
pemekaran daerah, dan lahirnya beberapa partai local. Memang tidak disangkal lagi, bahwa
otonomi daerah membawa perubahan positif di daerah dalam hal kewenangan daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah sendiri. Kewenangan ini menjadi sebuah impian
karena sistem pemerintahan yang sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai pelaku
pembangunan yang tidak begitu penting atau terpinggirkan. Pada masa orde baru, pengerukan
potensi daerah ke pusat terus dilakukan dengan dalih pemerataan pembangunan. Alih-alih
mendapatkan manfaat dari pembangunan, daerah justru mengalami proses pemiskinan yang luar
biasa. Dengan kewenangan tersebut tampaknya banyak daerah yang optimis akan bisa mengubah
keadaan yang tidak menguntungkan tersebut. Akan tetapi apakah di tengah-tengah optimisme itu
tidak terbersit kekhawatiran bahwa otonomi daerah juga akan menimbulkan beberapa persoalan,
yang jika tidak segera dicari pemecahannya, akan menyulitkan upaya daerah untuk
mensejahterakan rakyatnya? Pasti jawabannya iya,Mengapa? Karena, tanpa disadari beberapa
dampak yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan otonomi daerah telah terjadi. Ada beberapa
permasalahan yang dikhawatirkan bila dibiarkan berkepanjangan akan berdampak sangat buruk
pada susunan ketatanegaraan Indonesia.Setelah sekian lama otonomi berlangsung yang antara
lain ditandai dengan adanya diserahkanya berbagai urusan kepada daerah danpemilihan kepala
daerah secara langsung adabeberapa permasalahan yang muncul, yaitu semakin maraknya
penyebaran korupsi diberbagai daerah, money politics, munculnya fenomena pragmatism politik
di masyarakat daerah, legitimasi politik dan stabilitas politik belum sepenuhnya tercapai, adanya
konflik horizontal dan konflik vertical, dan kesejahteraan masyarakat ditingkat local belum
sepenuhnya diwujudkan.Nampak adanya beberapa pertimbangan yang rumit dibalik pemberian
otonomi pada masyarakat Indonesia. Berbagai pertimbangan yang kompleks telah membawa
pelaksanaan otonomi daerah belum pernah berjalan tuntas. Gejala tersebut dapat disebut dengan
otonomi daerah setengah hati. Hal tersebut dapat dicermati dengan seringnya berganti aturan UU
yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pemerintahandaerah, ada lebih dari 15 UU yang pernah
dibuat untuk mengatur masalah otonomi daerah. Ada beberapa daerah yang merasa diberlakukan
kurang adil oleh pemerintah pusat dan tidak pernah merasakan kemakmuranyang akhirnya
menimbulkan dinamika dan gejolak politik misalnya munculnya Gerakan Aceh Merdeka,
Republik Maluku Selatan, dan Organisasi Papua Merdeka.

2.
 Monopoli kekuasaan
monopoli kekuasaan di simpulkan bahwa kepala daerah memiliki kekuasaan yang sangat
besar dalam pengelolaan anggaran APBD, perekrutan pejabat daerah, pemberian ijin
sumber daya alam, pengadaan barang dan jasa dan pembuatan peraturan kepala daerah,
dan adanya dinasti kekuasaan, hal ini menyebabkan kepala daerah melakukan tindak
pidana korupsi melalui suap dan gratifikasi

 Sifat tamak manusia; Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya
miskin atau penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya,
tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada
pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
 Moral yang kurang kuat; Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda
untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahanya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
 Penghasilan yang kurang mencukupi; Bila gaji tidak cukup, seorang pegawai akan
berusaha memenuhinya dengan berbagai cara, termasuk melakukan tindak korupsi, baik
itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti semua curahan peluang itu untuk keperluan
di luar pekerjaan yang seharusnya.
 Kebutuhan hidup yang mendesak; Keterdesakan kebutuhan membuka ruang bagi
seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
 Gaya hidup yang konsumtif; Perilaku konsumtif yang tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai dapat mendorong seseorang untuk melakukan berbagai
tindakan untuk memenuhi hajatnya, termasuk dengan tindakan korupsi.
 Malas atau tidak mau kerja; Sifat malas potensial melakukan tindakan apapun dengan
cara-cara melanggar hukum.
 Ajaran agama yang kurang diterapkan. Semakin jauh seseorang dari agama, mereka
semakin berani melakukan korupsi.

3.

Solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi hambatan pelaksanaan otonomi daerah yaitu:

• Adanya sosialiasai bagi masyarakat daerah mengenai pelaksanaan otonomi daerah yang
dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah

• Peningkatakan kualitas SDM daerah

• Mengurangi sistem desentaralisasi pemerintah pusat

• Pemerataan kebijakan dan pengelolan potensi SDA maupunSDM keseluruh dasrah di


Indonesia

• Mengulangi pemfokusan ekonomi pada pusat pemerintahan

• Meningkatkan pelayanan masyarakat baik dilakukan oleh pemerintah daerah maupun


pemerintah pusat

• Pemerataan ekonomi dan pelayanan bagi seluruh daerah di Indonesia

• Memberikan kebijakan sebebasnya oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
mengelola dan melaksanakan otonomi daerah.
• Mengurangi ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat
4.

melakukan terobosan dalam hal inovasi Mal Pelayanan Publik, melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan perbaikan di layanan KTP, yang dahulunya dilayani di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, kini bisa dilayani di tingkat kecamatan. Berdasarkan
informasi tentang raihan prestasi Wali Kota terbaik 2019 tersebut, kemukakan pendapat Anda,
prinsip-prinsip good governance apa sajakah yang ditunjukkan oleh Rudi sehingga bisa
memperoleh predikat sebagai Wali Kota Terbaik 2019

Anda mungkin juga menyukai