Anda di halaman 1dari 18

Kasus Korupsi Sri

Hartini
Disusun oleh :
Nelya Rhmoi Khasanah (P07120215027)
Nisa Fadlilah Utami (P07120215028)
Nur aini (P07120215029)
Nurina Azmi Hidayati (P07120215030)
Orista C dimara (P07120215031)
Resty Ayu Kurniantari (P07120215032)
Yuni Apriliani Istiqomah (P07120215043)
Tujuan Pembahasan Kasus

Tujuan Umum
Memberikan wawasan berkaitan dengan kasus korupsi yang ada di Indonesia dan sejauh
mana andil dari system pengawasan dan pelaksanaan operasional di Indonesia serta berpikir
kritis terhadap kasus korupsi yang diangkat.

Tujuan Khusus
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menggali kasus korupsi yang ada di
Indonesia

Melatih mahasiswa untuk berpikir kritis dan menanggapi kasus-kasus korupsi

Memberikan kesempatan kepada mahasiswa berpikir mengenai ide-ide hukuman yang


membuat para koruptor jera
Identitas / Karakteristik
Tersangka
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Bupati Klaten Sri Hartini
sebagai tersangka suap usai ditangkap di rumah dinasnya terkait adanya laporan
jual beli jabatan yang terjadi dilingkungan pemerintah kabupaten Klaten. Penyidik
menyita uang senilai Rp3 miliar diduga sebagai bukti suap.

Perempuan kelahiran Sukoharjo 16 November 1961 itu, yang bertempat tinggal di


Jumeneng RT 05 / RW 04, Teloyo, Wonosari, Klaten. Riwayat pendidikan yang
pernah ditempuhnya yaitu mulai dari SD Negeri Gedongan lulus pada tahun 1974,
kemudian SMP Negeri Gatak lulus pada tahun1977, SMA Tunas Bangsa lulus pada
tahun 2009 dan perguruan tinggi STIE AUB Solo lulusan tahun 2013. Beliau naik
tahta menjadi orang nomor satu di Klaten usai dilantik pada 17 Februari 2016.
Lanjutan..

Sri Hartini juga sebelumnya pernah menduduki jabatan di


beberapa organisasi yaitu sebagai Ketua DPC PDIP
Klaten periode 2006-2010, Bendahara DPD PDIP Jateng
periode 2010-2015 dan Ketua GNOTA Klaten 2011-2015.
Ia juga sempat menjabat wakil bupati Klaten periode
2010-2015 mendampingi Sunarna sebelum berlanjut
menjadi bupati Klaten periode 2016-2021.
Jenis Masalah Korupsi

Sri Hartini saat itu terpilih menjadi bupati Klaten periode 2016-2021

yang baru saja di lantik pada 17 februari 2016, tertangkap tangan

oleh KPK saat melakukan operasi tangkap t`angan saat beliau

berada di rumah dinasnya di Jalan Pemuda, Klaten Tengah, Jawa

Tengah. Beliau diduga tersandung kasus suap jual beli jabatan dan

adanya dugaan dinasti politik yang ia bangun yang terjadi di

lingkungan pemerintah kabupaten Klaten


Uraian Kasus
Dari operasi tangkap tangan di Klaten, komisi anti rasuah juga
mengamankan uang sekitar Rp 2 miliar dalam pecahan rupiah dan
valuta asing sejumlah 5.700 dollar AS dan 2.035 dollar Singapura dan
buku catatan penerimaan uang tangan dari tangan Nina Puspitarini.
Dalam penelusuran diperoleh istilah ada kode uang itu adalah 'uang
syukuran' terkait indikasi pemberian suap untuk mendapatkan posisi-
posisi tertentu di Kabupaten Klaten. Pemberian ini berhubungan
dengan promosi dan mutasi jabatan terkait pengisian organisasi dan
tata kerja organisasi perangkat darah yang diamanatkan PP 18/2016
tentang Perangkat Daerah.
Lanjutan...

Ditambah lagi adanya dugaan dinasti politik yang dibangun


diwilayah klaten, itu ditandai dengan Hartini dan Mulyani terpilih
dalam pemilihan kepala daerah pada 9 Desember 2015. Kedua
orang yang dijuluki "Duo Srikandi" lantaran sama-sama memiliki
nama "Sri" itu dilantik sebagai bupati dan wakil bupati pada 17
Februari 2016.

Hartini adalah istri almarhum Haryanto Wibowo, Bupati Klaten


periode 2000-2005. Sebelum menjabat bupati, Hartini menjabat
wakil bupati (2010-2015) mendampingi Sunarna, suami Mulyani.
Pada Pilkada 2015, Sunarna tidak bisa maju lagi karena sudah
menjabat selama dua periode.
Sejumlah barang bukti
Orang yang Terlibat
Ada total 8 orang yang ditangkap dalam OTT yang
dilakukan pada 30 desember 2016. Delapan orang
tersebut adalah SHT (Sri Hartini), empat orang
pegawai negeri sipil yakni SUL (Suramlan), NP (Nina
Puspitarini), BT (Bambang Teguh), dan SLT (Slamet),
PW (Panca Wardhana) selaku pegawai honorer, SKN
(Sukarno) dari swasta, dan SNS (Sunarso) dari swasta.
Kronologi Penangkapan

Pukul 10.30 WIB, petugas KPK mengamankan Sukarno di rumah di


Jalan Pucuk dan mengamankan uang sekitar Rp 80 juta.

Pukul 10.45 WIB, penyidik bergerak menuju rumah dinas Bupati


Klaten dan mengamankan tujuh orang yaitu SHT, SUL, NP, BT, SLT,
PW, dan SNS dari rumah dinas. Petugas juga mengamankan uang
sekitar Rp 2 miliar dalam pecahan rupiah dan valuta asing sejumlah
5.700 dollar AS dan 2.035 dollar Singapura. Penyidik juga
mengamankan buku catatan penerimaan uang tangan dari
tangan Nina Puspitarini.
Pukul 23.00 WIB, tim bersama delapan orang tersebut tiba di
Gedung KPK Jakarta dan setelah pemeriksaan tim menetapkan
dua orang tersangka. Tersangka penerima suap Bupati Klaten
Sri Hartati. Sementara tersangka pemberi suap adalah Kepala
Seksi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dinas Pendidikan
Klaten Suramlan. Keduanya akan ditahan di rumah tahanan
terpisah. Sri Hartini ditahan di rutan kelas I Jakarta Timur
cabang KPK yang berlokasi di gedung KPK sedangkan
Suramlan ditahan di rutan kelas I Jakarta Timur cabang KPK di
Pomdam Guntur. Enam orang lainnya dilepaskan. Namun, tak
menutup kemungkinan keenam orang itu terlibat dalam kasus
dugaan korupsi ini seiring pengembangan penyidikan.
Norma Yang Dilanggar
 Norma Moral

seorang manusia melakukan tindakan korupsi itu menunjukan bahwa


manuasia tersebut tidak mempunyai moral. Dia akan dianggap buruk
oleh masyarakat.

 Norma Etik

Jadi, politikus yang menjalankan etika politik adalah negarawan yang


mempunyai keutamaan-keutamaan moral. Dalam hal ini kasus korupsi
sangatlah melanggar norma etik, para koruptor tidak mengindahkan
norma etik yang berlaku di masyarakat. Dalam kasus ini, Sri Hartini telah
melakukan pelanggaran etika dalam pekerjaan. Sri Hartini melanggar
kode etik pekerjaan, yaitu melakukan suatu pekerjaan diluar
kewenangannya.
Lanjutan..
 Norma Hukum

Dengan adanya Kasus korupsi harus ditegakkannya dan


diperkuatnya undang-undang tentang tindakan pidana korupsi
maka diharakan agar pelaku korupsi dapat jerah dan tidak lagi
melakukan tindakan korupsi dan orang-orang tidak akan berani
melakukan pengkorupsian.
Sri hartanti melanggar pasal 12 huruf a dan atau Pasal 11 UU No
31 Tahun 1999. Sementara tersangka pemberi suap adalah
Kepala Seksi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dinas Pendidikan
Klaten Suramlan dengan sangkaan pasal 5 ayat 1 huruf a dan
atau pasal 13 UU No 31 Tahun 1999
 Norma Agama

Menurut pandangan islam, korupsi termasuk riba/mencuri yang


merupakan pelangaran mengambil hak orang lain dan di
golongkan sebagai dosa besar sebgaimana yang di
jelaskan dalam Al-Quran surah Ar-Rum yang artinya
“dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
ia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksud untuk mencapai keridhoan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat-
gandakan pahalanya” (Q.s. Ar-rum : 39)
Akibat Kasus Korupsi
1. Dampak terhadap ekonomi
- Lemahnya pertumbuhan ekonomi dan investasi
- Produktifitas turun
- Kualitas barang dan jasa menurun
- Pendapatan negara menurun
- Hutang negara meningkat
2. Dampak terhadap sosial dan kemiskinan masyarakat
- Harga jasa dan pelayanan publik meningkat
- Pemberantasan kemiskinan beerjalan lambat
- Terbatasnya akses
- Angka kriminalias tinggi.
- Solidaritas sosial berkurang
3. Dampak terhadap otoritas pemerintah
- Matinya etika sosial politik
- Peratuaran dan perundang-undangan tidak efektif
- Birokrasi tidak efisien
4. Dampak terhadap politik dan demokrasi
- Munculnya kepimpinan korup
- Hilangnya kepercayaan publik
- Menguatnya plutokrasi
- Hancurnya kedaulatan rakyat
5. Dampak terhadap penegakan hukum
- Pemerintahan tidak berjalan dengan maksimal
- Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap proses dan lembaga hokum
- Ketidakadilan hukum yang dialami oleh masyarakat
6. Dampak terhadap pertahanan dan keamanan
- Kerawanan HANKAMNAS
- Lemahnya garis batas negara
- Menguatnya kekerasan masyarakat

7. Dampak terhadap lingkungan


- Kualitas lingkngan menurun
- Kualitas hidup menurun
Pencegahan Kasus Korupsi
Hukuman

- Setiap pelaku korupsi ditelanjangi, lalu diarak di depan public, setelah


itu didokumentasikan dengan video kemudian diviralkan. Hukuman
ini diharapkan dapat memberikan efek jera kepada pelaku korupsi.

- Setiap pelaku korupsi diberikan hukuman yang berlaku di Arab untuk


para pencuri, yaitu dipotong kedua tangannya, meskipun pelaku
masih hidup tetapi dikucilkan dalam kehidupan bermasyrakat.

- Seluruh kekayaan pelaku korupsi disita dan dicabut jabatannya lalu


diberikan tugas untuk mengembangkan daerah DPTK di Indonesia
dalam pengawasan ketat.

- Pelaku korupsi tidak boleh menjabat lagi dan wajib tinggal di daerah
DPTK

Anda mungkin juga menyukai