Politis Manusia
Dosen Pengampu:
Drs., Syafiq Effendhy, M.Si
Disusun Oleh:
Yenny Martalia 15/382290/FI/04145
Farah 15/382239/FI/04094
FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap menjelang pemilihan kepala daerah, isu dinasti politik selalu muncul dan
Konstitusi menganulirnya melalui proses uji materi (judicial review) yang diajukan salah
korupsi. Korupsi yang dilakukan dinasti politik mengesankan korupsi yang terstruktur,
sistematis, dan masif (TSM). Tingkat kerusakan dan bahaya yang ditimbulkannya
menjadi berlipat dibandingkan dengan korupsi yang dilakukan orang per orang.
Dugaan korupsi yang dilakukan Bupati Klaten yang terkena operasi tangkap
tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru-baru ini dapat menjadi contoh
gamblang. Salah satu kemungkinan yang muncul adalah korupsi lebih mudah dilakukan
karena kepemimpinan politik di Klaten selama hampir dua dekade terakhir dikuasai dua
keluarga. Suami istri bergantian menjadi bupati danwakil bupati. Apabila tidak melalui
OTT, mungkin dugaan korupsi tersebut belum atau tidak akan terungkap.
Merebut dan mempertahankan kekuasaan, bagi dinasti politik, didasari pada dua
motivasi utama. Pertama, membangun reputasi dan nama baik (reputation building).
Anggota dinasti politik berkuasa dengan didorong keinginan untuk membangun dan
memperoleh legitimasi dan dukungan rakyat yang lebih besar.Motivasi kedua dinasti
politik adalah menumpuk kekayaan (stockpiling wealth). Kekuasaan adalah jalan cepat
untuk menumpuk kekayaan. Ini hanya bisa ditempuh apabila kekuasaan mengontrol
distribusi kekayaan melalui mekanisme keuangan publik dengan kritik dan oposisi
seminimal mungkin. Ini dimungkinkan melalui dinasti politik karena sifat kekuasaannya
proses dan mekanisme agar suksesi kekuasaan berada di lingkaran dinasti politik. Muncul
semacam lingkaran setan korupsi (corruption vicious circle) di sini. Motivasi menumpuk
Sri Hartini sebagai Bupati Klaten sempat menjadi viral di media cetak karena kasus
suap dan kepemimpinannya di Klaten selama 20 tahun. Sri Hartini menjadi perbincangan
di media cetak berawal dari penangkapan yang dilakukan oleh KPK karena dugaan
Bupati Klaten non-aktif, Sri Hartini, dituntut 12 tahun hukuman oleh Jaksa Penuntut
Umum (JPU) dari KPK terkait kasus suap penataan struktur organisasi dan tata kerja
sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU nomor 20 tahun 2001 jo Pasal 64 KUHP
Dalam tuntutan jaksa diketahui total uang yang diterima terdakwa terkait kasus suap
dan gratifikasi sebanyak Rp 12,8 miliar. Dari jumlah tersebut, Rp 2,995 miliar
diantaranya merupakan suap yang diberikan sejumlah pejabat uang ingin naik
jabatan.Sebelumnya, saat menjadi saksi dalam sidang dengan terdakwa Suramlan, Sri
Hartini mengakui suap yang biasa disebut 'uang syukuran'. Suramlan adalah Kepala Seksi
SMP Dinas Pendidikan Klaten yang membidik posisi Kepala Bidang SMP Dinas
Tindakan seperti itu tentu tidak bermoral untuk kelangsungan hidup bermasyarakat.
Sebuah keputusan bersifat politis dan etis jika diambil dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat sebagai suatu hal menyeluruh. Dengan demikian, dimensi politis
manusia dapat ditentukan sebagai suatu kesadaran manusia akan dirinya sendiri sebagai
B. Rumusan Masalah
Politis Manusia?
C. Tujuan Penelitian
Politis Manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah dinasti serta merta akan mengingatkan kita pada sistem pemerintahan
berada dalam genggaman keluarga kerajaan. Namun, kini sistem pemerintahan tersebut
bukan lagi sistem yang banyak dianut. Kerajaan-kerajaan yang kini ada di dunia,
biasanya cukup sebagai simbol kekuasaan, tetapi bukan sebagai pemegang roda
pemerintahan. Sistem pemerintahan yang popular saat ini berpegang pada prinsip
demokrasi, dimana kekuasaan berada di tangan rakyat, sehingga iklim politik menjadi
lebih terbuka. Akan tetapi, kendati sistem monarki kini tak banyak dianut, praktek dinasti
pada titik ini, justru memberi peluang yang lebih besar bagi terciptanya dinasti ini.
Kontestasi politik yang lebih terbuka, menjadikan peluang untuk membangun dinasti
Segala efek buruk buruk politik dinasti bisa ditengok di Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah. Bupati Sri Hartini merupakan produk politik kekerabatan. Kabupaten Klaten
merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah dalam urusan kepemimpinannya sejak 15
tahun terakhir dipegang oleh dua pasangan suami-istri (pasutri). Secara silih berganti,
kursi bupati klaten hanya ditempati oleh pasangan almarhum Haryanto Wibowo-Sri
pada periode 2000-2005. Haryanto merupakan suami dari Sri Hartini yang menjadi
Bupati Klaten –Sri Mulyani. Mereka secara resmi dilantik untuk menjabat pada 17
Februari 2016. Sri Hartini dan Sri Mulyani akan berpasangan untuk memimpin
Kabupaten Klaten periode 2016-2021. Pasangan ini sekaligus menjadi duet pasangan
perempuan pertama yang jadi pemimpin daerah di Indonesia. Ketika menjabat bupati,
Haryanto didampingi oleh Sunarna, yang menjadi wakil bupati. Pada periode selanjutnya
giliran sunarna yang menjadi Bupati Klaten selama 2 periode, yaitu pada 2005-2010 dan
2010-2015. Relasi dua pasutri ini berlanjut pada periode kedua kepemimpinan Sunarna.
Sebagai Bupati Klaten, Sunarna didampingi oleh Sri Hartini. Sri Hartini duduk sebagai
wakil bupati. Setelah periode kedua Sunarna habis, posisi Bupati Klaten ditempati Sri
Hartini. Sedangan posisi Wakil Bupati Klaten ditempati oleh istri Sunarna, Sri Mulyani.
Suami Hartini yaitu Haryanto juga pernah menjadi tersangka korupsi pengadaan
buku paket tahun ajaran 2003/2004 senilai Rp 4,7 milliar. Pengadaan buku paket untuk
SD,SMP, dan SMA tersebut dinilai menyalahi ketentuan karena dilakukan tanpa tender
terbuka. Haryanto juga pernah terbelit kasus penggunaan dana anggaran pendapatan dan
Pada Tahun 2017 berganti Sri Hartini yang ditangkap oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi karena terlibat jual beli jabatan yang sistematis di daerah itu. Dan posisi Bupati
sekarang dijabat oleh istri dari mantan Bupati Klaten Sunarna yaitu Sri Mulyani yang
serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, yang
mewajibkan pengisian jabatan melalui lelang terbuka. Aturan ini sesungguhnya dibuat
Celakanya, lelang jabatan justru diselewengkan oleh Hartini menjadi ajang jual-
beli kedudukan. Temuan Komisi Aparatur Sipil Negara menunjukkan, Hartini memasang
tarif suap posisi eselon II pada jabatan setingkat kepala dinas dengan harga hingga Rp
400 juta. Ia bahkan tak malu memperdagangkan posisi jabatan rendah. Sebagai contoh, ia
memasang tarif jabatan pada bagian tata usaha puskesmas dengan harga Rp 15 juta.
dan pemerintah seyogianya segera membuat aturan yang membatasi meluasnya politik
dinasti. Pada 2015, aturan sejenis telah dibuat melalui revisi Undang-Undang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Wali Kota. Di situ diatur larangan calon kepala daerah berkonflik
kepentingan dengan inkumben. Definisinya, calon tidak memiliki hubungan darah, ikatan
perkawinan, atau garis keturunan satu tingkat lurus ke atas, ke bawah, dan ke samping,
yakni ayah-ibu, mertua, paman, bibi, kakak, adik ipar, juga menantu. Aturan tidak
Sayangnya, aturan itu dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi yang menerima uji
materi dari Adnan Purichta Ichsan. Anak Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo itu pada saat
mengajukan uji materi sedang menjajaki kemungkinan menjadi calon bupati. Hingga
kini, Dewan dan pemerintah belum membuat rumusan lain soal politik dinasti ini.
Walhasil, contoh buruk politik kekerabatan seperti di Klaten bisa jadi masih akan
Bicara dimensi politis dari kehidupan manusia, berarti bicara tentang masyarakat.
Sebab seperti yang diucapkan Aristoteles bahwa manusia adalah zoon politicon; makhluk
sosial yang senantiasa bermasyarakat. Dari sini kemudian, dapat disimpulkan bahwa
manusia tak dapat hidup sendiri, manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Dalam
hubungan antarmanusia inilah, politik hadir sebagai rule atau aturan tentang bagaimana
Tetapi politik tak lagi sesederhana bahwa manusia butuh rule untuk mengatur
seperangkat keinginan dan kebutuhannya. Tidak cukup jika dikatakan bahwa manusia
hanya akan bersinggungan dengan politik manakala berhubungan dengan orang lain. Di
dalam politik ada persaingan dan kompetisi. Dari sini kemudian, dimungkinkan muncul
strategi tertentu yang, bahkan melebihi ukuran minimal dimensi politis dalam kehidupan
manusia.
manusia politis, yang mengatakan bahwa manusia bukanlah manusia jika ia tidak politis.
Baginya, politik bukanlah alternatif bagi manusisa, tetapi sebuah pencapaian puncak
Tetapi pada praktiknya, politik tidaklah selalu manis. Bahwa berpolitik berarti
manusia pada jurang asalnya; bahwa mereka hanyalah hewan. Barangkali ini terlalu
kasar, tetapi walau bagaimana pun, secara biologis manusiaadalah hewan, itulah sebab
Aristoteles menyebut manusia sebagai Zoon; hewan, tetapi memiliki pembeda Politicon;
yang bermasyarakat.
Salah satu contoh praktik politik di Indonesia yang mempertontonkan pada kita
ihwal dimensi politis manusia adalah fenomena dinasti politik DI Kabupaten Klaten.
Kenapa fenomena ini disebut sebagai dimensi politis, tentu saja karena fenomena ini
terjadi dalam kontestasi politik praktis. Tetapi, di luar itu, selain karena para pelaku
dinasti di sini melaksanakan praktik politik sebagai lahan mata pencaharian serta sarana
mengaktualisasi diri, pada tahap tertentu, mereka terjebak pada jurang hewani tadi.
Maksudnya, beberapa putusan dan tindakan mereka adalah khas hewan, misalnya praktik
politik bergerombol dan menyerahkan kekuasaan pada kerabat yang dipercaya adalah
Bertrand Russel pernah dikutip oleh Nurrochman (2017) dalam esainya Politik
Dinasti, Anomali Demokrasi, berkata dengan sinis bahwa, power is sweet, it’s drug, the
desire which increase with a habbit. Dia bilang, kekuasaan seperti candu. Tetapi sejarah
manusia adalah sejarah perburuan kekuasaan. Pada titik inilah, politik tak lagi menjadi
dimensi bagi manusia untuk mengaktualisasikan diri, tetapi menjadi ruang bagi
menghilangkan diri. Kekuasan walau bagaimana pun, dan karenanya politik sebagai
sarana mencapainya, adalah pedang bermata dua. Di satu sisi berpotensi menjadi kekuata
yang tentu saja konstruktif, tapi di lain sisi dapat sangat destruktif.
Sifat untuk berkuasa bisa jadi adalah sifat manusia yang paling purba, alami
dalam Leviathan menyebut manusia dilahirkan dengan membawa hasrat untuk berkuasa.
Hasrat pada kekuasaan itu merupakan dorongan alamiah yang terus-menerus (perpetual)
dan tidak kenal lelah (restless). Satu-satunya yang dapat menghentikan dorongan itu
hanyalah kematian.
Realitas politik tanah air akhir-akhir ini dapat menjadi bukti kebenaran bahwa
argumen Hobbes tentang hasrat pada kekuasaan masih relevan. Pasca reformasi 1998
segera diikuti dengan fenomena riuh rendahnya kontestasi perebutan kekuasaan. Sistem
demokrasi langsung membuka kemungkinan bagi semua warganegara dari semua latar
belakang untuk ikut serta dalam perebutan kekuasaan. Terlebih ketika aturan tentang
desentralisasi kekuasaan dan otonomi daerah diberlakukan. Kesempatan untuk ikut laga
tanding dalam perebutan kekuasaan baik di level lokal maupun nasional kian terbuka bagi
siapa saja.
Namun, di tengah euforia kebebasan itu, muncul fenomena yang bisa jadi adalah
anomali dari sistem demokrasi langsung, yakni fenomena politik dinasti. Mengutip
Mahkamah Konstitusi, politik dinasti adalah model kekuasaan politik yang dijalankan
oleh sekelompok orang yang masih ada hubungan keluarga atau kekerabatan. Sistem
demokrasi terbuka di mana setiap manusia dihargai satu suara (one man one vote)
Fenomena dinasti politik jika dilihat dari perspektif dimensi politis akan menemui
masalah yang lebih kompleks, sebab fenomena ini sudah tak lagi sesederhana kebutuhan
manusia untuk hidup bersama, melainkan di dalamnya sudah inklud intrik-intrik terntentu
demi mencapai kekuasaan dan bagaiana cara mempertahankannya. Jadi, jika hanya
dilihat dari segi dimensi politis, fenomena ini telah cukup jika dikatakan menunjukkan
dimensi politis manusia, karena memang terjadi dalam kontestasi politik di Kabupaten
Klaten.
BAB III
KESIMPULAN
Fenomena dinasti muncul setelah pilkada langsung. Berbeda dengan daerah lain,
dinasti politik di Klaten seperti pusaran yang berputar-putar dan bolak-balik pemegang
jabatan bupati dan wakil bupati dari dua keluarga pasangan suami-istri. Dinasti politik itu
terbentuk karena adanya jaringan kekuasaan yang menyebar dan kuat di sebuah daerah.
Saat jaringan tersebut mendukung dinasti politik yang berkuasa, akan memungkinkan
DAFTAR PUSTAKA
http://news.metrotvnews.com/read/2017/01/05/638554/gunung-es-suap-
bupati-
klaten?fb_comment_id=1402912423074049_1403910149640943#f165a02f
44800e
https://kolom.tempo.co/read/1000958/dinasti-politik-ala-
klaten/full&view=ok
https://regional.kompas.com/read/2017/01/06/13190091/klaten.dalam.pusara
n.dinasti.politik?page=all
https://m.detik.com/news/berita/d-3384444/sri-hartini-dan-politik-dinasti-di-
kabupaten-klaten
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3618629/kasus-suap-dan-
gratifikasi-bupati-klaten-dituntut-penjara-12-tahun