Anda di halaman 1dari 6

DAMPAK KORUPSI TERHADAP POLITIK DAN

DEMOKRASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi
(PBAK) Yang diampu oleh Dr. Ida Sugiarti, S.Kp, MH.Kes

DISUSUN OLEH :

Dikki Ifaludin (P20620118009)


Dila Maryami (P20620118010)
Dini Ocktaria Nurhasanah (P20620118011)
Efany Resma (P20620118012)
Elang Rismayanti (P20620118013)
Gilang Robiansyah Yusman (P20620118014)
Gina Silvia (P20620118015)
Ginanjar Rohmat (P20620118016)

DII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
2019
DAMPAK KORUPSI TERHADAP POLITIK DAN
DEMOKRASI
A. Dampak Korupsi Dari Aspek Poitik
Kekuasaan politik di Indonesia tidak terpusat pada satu tangan melainkan dibagi ke tiga
lembaga negara yang independen dan dalam tingkat yang sejajar yaitu Eksekutif, Legislatif,
dan Yudikatif. Kekuasaan yang tidak terpusat bertujuan agar terdapat sistem saling kontrol
dan tidak ada pihak yang mendominasi di antara pemegang kekuasaan. Penyalahgunaan
kekuasaan, yang menjadi salah satu pangkal dari korupsi, akan dapat segera terlihat dan bisa
diminimalisir.
Eksekutif menyelenggarakan negara, Legislatif mengawasi penyelenggaraan negara, dan
Yudikatif menegakkan hukum. dan kekuasaan kehakiman.
Marak kita jumpai dari ketiga lembaga tersebut terlibat atau diduga terlibat dalam tindak
pidana korupsi. Tindakan korupsi yang menggurita hingga melibatkan ketiga kekuasaan
tersebut menimbulkan dampak yang merugikan dalam bidang politik bernegara.
Dampak tersebut oleh Indonesia Corruption Watch dijelaskan sebagai berikut:

a. Kinerja Sistem Terganggu


Isu korupsi sering bersifat personal karena pertanggungjawabannya bersifat personal
(personal liability), tapi dampaknya bisa organisasional, bahkan sosial.
Organisasional kalau korupsi berdampak pada kinerja lembaga (tempat oknum
ada/bekerja). Sosial kalau dampaknya meluas kepada masyarakat.
Dampak sosial sering implisit, ketimbang dampak organisasional, yang nyata dan
eksplisit. Kasus tipikor anggota DPR adalah kisah yang nyata. Di satu sisi, anggota
DPR memangku jabatan untuk sebuah menjadi bagian lembaga yang
mengatasnamakan rakyat, yang artinya dituntut tanggung jawab dan komitmen yang
utuh dan serius. Di sisi lain, anggota DPR yang tersandung dugaan korupsi
berpotensi menyita perhatian dan menguras energi, baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota dewan legislatif. Belum lagi kalau kita berbicara tentang
kemungkinan faksionalisasi di tubuh DPR antara yang pro dan yang kontra terhadap
tipikor yang menjerat rekan seprofesi mereka. Singkat kata, kasus seperti ini
berpotensi menjadi kendala bagi kinerja lembaga/sistem, sehingga solusi yang paling
bijaksana adalah menonaktifkan anggota DPR yang terjerat tipikor sampai proses
hukum selesai.
Dalam konteks politik, terjadi distorsi kepentingan pada lembaga politik tempat
proses legislasi berlangsung. Karena wakil rakyat yang dipilih melalui proses pemilu
yang tidak sepenuhnya jujur, adil dan sikap koruptif menjadi bagian tak terpisahkan di
dalamnya. Karena itu, elite dan lembaga politik punya kecenderungan mengabaikan
aspirasi rakyat dan konstituennya.
b. Citra dan Kredibilitas Sistem/Lembaga di Mata Publik Merosot
Untuk lembaga bergengsi seperti DPR yang, tuduhan korupsi pada salah satu
anggotanya tentu berdampak pada bagaimana masyarakat politik memandang DPR
sebagai sebuah lembaga publik yang mengatasnamakan rakyat. Maka, kalau mau
bersikap sebagai negarawan sejati, selayaknyalah pemimpin yang memangku jabatan
publik mundur dari jabatannya ketika tersandung dugaan pidana. Ini juga bagian dari
etika jabatan.
c. Lembaga/sistem diperalat untuk kepentingan diri
Kita tentu tahu bahwa tuduhan yang paling sering dilontarkan oleh kalangan
antineoliberalis adalah bahwa lembaga multinasional seperti PBB, IMF, dan Bank
Dunia adalah perpanjangan kepentingan kaum kapitalis global dan para hegemon
global yang ingin mencaplok politik dunia di satu tangan raksasa. Tuduhan seperti ini
sangat mungkin terjadi pada pejabat publik yang memperalat lembaga untuk
kepentingan diri. Dalam kasus seperti ini, hanya masyarakat sipil yang berdaya dan
supremasi hukum yang kuat yang bisa menyelamatkan kepentingan umum.
B. Dampak Korupsi Dari Aspek Demokrasi

Dampak masif korupsi terhadap politik dan demokrasi antara lain:


a. Memunculkan kepemimpinan korup karena kondisi politik yang carut marut dan
cenderung koruptif.
b. Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi karena terjadinya tindak korupsi besar-
besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah, legislatif, yudikatif atau petinggi
partai politik.
c. Menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai oleh pemilik modal/kapitalis),
dan
d. Hancurnya kedaulatan rakyat yang disebabkan kekayaan negara hanya dinikmati oleh
sekelompok tertentu.
Contoh dampak terhadap politik dan demokrasi:
1) Munculnya Kepemimpinan Korup
Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif menghasilkan
masyarakat yang tidak demokratis. Perilaku koruptif dan tindak korupsi dilakukan
dari tingkat yang paling bawah. Konstituen di dapatkan dan berjalan karena adanya
suap yang diberikan oleh calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau
percaya terhadap kemampuan dan kepemimpinannya. Hubungan transaksional sudah
berjalan dari hulu yang pada akhirnya pun memunculkan pemimpin yang korup juga
karena proses yang dilakukan juga transaksional. Masyarakat juga seolah-olah
digiring untuk memilih pemimpin yang korup dan diberikan mimpi-mimpi dan janji
akan kesejahteraan yang menjadi dambaan rakyat sekaligus menerima suap dari calon
pemimpin tersebut.
2) Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia sedang menghadapi cobaan berat
yakni berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Hal ini dikarenakan
terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah,
legislatif atau petinggi partai politik. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya bahkan
hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.
Masyarakat akan semakin apatis dengan apa yang dilakukan dan diputuskan
oleh pemerintah. Apatisme yang terjadi ini seakan memisahkan antara masyarakat dan
pemerintah yang akan terkesan berjalan sendiri-sendiri. Hal ini benar-benar harus
diatasi dengan kepemimpinan yang baik, jujur, bersih dan adil. Sistem demokrasi
yang dijalankan Indonesia masih sangat muda, walaupun kelihatannya stabil namun
menyimpan berbagai kerentanan.
3) Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya akan
menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (sitem politik yang dikuasai oleh
pemilik modal/kapitalis) karena sebagian orang atau perusahaan besar melakukan
‘transaksi’ dengan pemerintah, sehingga pada suatu saat merekalah yang
mengendalikan dan menjadi penguasa di negeri ini.
Perusahaan-perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya dengan partai-
partai yang ada di kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa pengusaha besar
menjadi ketua sebuah partai politik. Tak urung antara kepentingan partai dengan
kepentingan perusahaan menjadi sangat ambigu.
KESIMPULAN

Dampak korupsi terhadap kondisi keuangan negara disumbangkan dari dampak


langsungnya pada bidang perpajakan dan ekonomi. Adapun dampak korupsi terhadap
penyelenggaraan negara adalah akumulasi dari dampak langsung korupsi dalam bidang
politik, demokrasi, dan hukum. Sedangkan dampak korupsi terhadap kondisi sosial
masyarakat adalah wujud dari dampak langsung korupsi dalam bidang akhlak dan moral,
sosial, budaya, kode etik, dan sumber daya manusia.
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia sedang menghadapi cobaan berat yakni
berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Hal ini dikarenakan
terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah,
legislatif atau petinggi partai politik. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya bahkan
hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/12324455/7_DAMPAK_MASIF_KORUPSI
https://www.academia.edu/16556517/makalah_dampak_korupsi_roni

Anda mungkin juga menyukai