Anda di halaman 1dari 8

Nama Anggota Kelompok :

- Andin Desinta Safitri 210414522406

- Aulia Fazhra Yuninda 210414522404

- Devita Ayu Ramadhani 210351626850

- Rahajeng Resti Adityas 210414522415

- Rinta Nurfaidah 210414522401

NOTULENSI : Rahajeng Resti Adityas

1. Setelah saya melihat video presentasi dari kelompok 8, pada saat presentasi disebutkan
bahwa korupsi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu korupsi jenis halus, korupsi jenis kasar,
dan korupsi bersifat administratif manipulatif. Pertanyaan saya, apa perbedaan dari
ketiga jenis korupsi tersebut? Dan mohon diberikan contohnya. Terima kasih
(Devita Ayu Ramadhani Kelompok 1)
Jawab : Saya Alifiah Nur Cahyani dari kelompok 8 izin menjawab pertanyaan dari Devita.
Korupsi jenis halus, yaitu korupsi yang lazim disebut sebagai uang siluman contohnya
adalah uang jasa gelap, komisi gelap, pungutan liat,dan sebagainya. Tindak kejahatan
seperti ini boleh dikatakan tidak termasuk oleh sanksi hukum positif. Korupsi jenis kasar,
yaitu korupsi yang masih dapat dijerat oleh hukum kebetulan tertangkap basah.
Walaupun demikian, masih saja dapat lupa dari jeratan hukum karena faktor "ada main",
yaitu faktor tahu sama tahu yang saling menguntungkan. Contohnya adalah suap
menyuap. Korupsi bersifat administratif manipulatif, yaitu jenis korupsi yang bersifat
sukar untuk diteliti. Contohnya ongkos perjalanan dinas yang sebenarnya sepenuhnya
digunakan atau penggunaan biaya yang bersifat menipu lainnya. (Alifiah Nur Cahyani)

2. Assalamualaikum Wr.Wb, Perkenalkan Saya Rahajeng Resti Adityas dari kelompok 1 izin
bertanya kepada kelompok 8. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap kondisi
terjadinya tindak korupsi di masyarakat saat ini? Berikan contoh nyata yang tepat dalam
penindaklanjutan perbuatan korupsi yang terjadi di masyarakat menurut islam. Terima
kasih (Rahajeng Resti Adityas Kelompok 1)
Jawab : Terimakasih untuk pertanyaan nya, saya Trisya Maharani akan menjawab. Islam
memandang korupsi sebagai perbuatan keji. Perbuatan korupsi dalam konteks agama
Islam sama dengan fasad, yakni perbuatan yang merusak tatanan kehidupan yang
pelakunya dikategorikan melakukan Jinayaat al-kubra (dosa besar). Korupsi dalam Islam
adalah perbuatan melanggar syariat. Syariat Islam bertujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan bagi umat manusia dengan apa yang disebut sebagai maqashidussy
syaria’ah. Diantara kemaslahatan yang hendak dituju tersebut adalah terpeliharanya
harta (hifdzul maal) dari berbagai bentuk pelanggaran dan penyelewengan. Islam
mengatur dan menilai harta sejak perolehannya hingga pembelanjaannya. Islam
memberikan tuntunan agar dalam memperoleh harta dilakukan dengan cara-cara yang
bermoral dan sesuai dengan hukum Islam yaitu dengan tidak menipu, tidak memakan
riba, tidak berkhianat, tidak menggelapkan barang milik orang lain, tidak mencuri, tidak
curang dalam takaran dan timbangan, tidak korupsi, dan lain sebagainya. Sebagaimana
dalam firman Allah swt dalam Surah Al-Baqarah:188 "Dan janganlah sebahagian kamu
Memakan harta sebagian yang lain di Antara kamu dengan jalan bathil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta Itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta Benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) Dosa, padahal
kamu mengetahui.” (Trisya Maharani)

3. Saya Meryam Febieana Adilla dari kelompok 7 izin bertanya kepada kelompok 8 .
Dalam agama, kita selalu diajarkan untuk berbuat baik dan bersyukur. Beberapa
bentuknya adalah memberikan bingkisan pada guru/atasan/ bawahan, memberikan
uang tambahan pada petugas administrasi di kelurahan/ kepolisian/kecamatan dsb.
Sepanjang pemberian tersebut ikhlas, seharusnya tidak dapat dikatakan sebagai
gratifikasi/suap. Setujukah Anda dengan pandangan ini? Mengapa??? Terimakasih
(Meryam Febieana Adilla Kelompok 7)
Jawab :
 Terimakasih untuk pertanyaanya, saya Trisya Maharani akan menjawab. Tidak
setuju, karena menerima gratifikasi tidak diperbolehkan karena akan
mempengaruhi setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat yang
mendapatkannya sehingga hanya akan menguntungkan orang yang
memberikannya dan melanggar hak orang lain. Selain itu juga akan
menyebabkan seorang pejabat melakukan sesuatu yang melampaui
kewenangannya atau tidak melakukan sesuatu yang merupakan tugas utamanya
dalam melayani masyarakat. (Trisya Maharani)
 Saya Altria Intan dari kelompok 8 izin menjawab menurut saya selama niatnya
baik dan tujuan nya baik itu tidak termasuk ke dalam suap.Semisal jika niatnya
hanya memberi apresiasi itu tidak termasuk ke dalam suap menyuap kecuali jika
tujuannya untuk hal hal yang mengarah kepada suap menyuap misal agar diberi
nilai yang bagus menurut saya ini termasuk dalam suap (Altria Intan)

4. Assalamualaikum, Saya natasya albahren dari kelompok 5 ingin bertanya pada kelompok
8 Bagaimanaa upaya dalam lingkup agama agar korupsi bisa teratasi ataupun
diminimalisir. Tolong jelaskan mulai dari kita duduk di bangku sekolah dasar.
Terimakasih (natasya albahren kelompok 5)
Jawab : Waalaikumasalam Saya Altria Intan dari kelompok 8 izin menjawab pertanyaan
dari Natasya. Mulai di bangku sekolah dasar adalah anak di perkenalkan apa itu korupsi
dan bahaya nya korupsi itu apa. jadi di SD anak masih diberikan pemahaman dan
pengertian tentang korupsi Lalu saat di SMP anak sudah diberikan pemahaman yang
lebih lanjut mengenai korupsi dan hukuman apa yang akan di dapatkan di bangku SMA
anak sudah mulai paham perihal korupsi maka disini sekolah juga mendatangkan
narasumber mungkin bisa dari KPK untuk memberikan sosialisasi tentang bahaya korupsi
dan contoh tindak lanjut KPK jika ada kasus korupsi Di perkuliahan mereka paham
tentang korupsi bahaya korupsi dan hukuman pelaku korupsi jadi saat akan melakukan
sesuatu yang mengarah pada korupsi mereka bisa mencegah dan akan lebih berhati hati
lagi (Altria Intan)
5. Saya aulia fazhra dari kel 1 ijin bertanya, setelah melihat video dari kelompok 8 saya
ingin menanyakan Bagaimana konsep ajaran Islam memandang permasalahan mengenai
korupsi yang terjadi di Indonesia? (Aulia Fazhra Kelompok 1)
Jawab : Waalaikumasalam Saya Altria Intan dari kelompok 8 izin menjawab pertanyaan
dari Aulia Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akan arti kesucian, sehingga
sangatlah rasional jika memelihara keselamatan (kesucian) harta termasuk menjadi
tujuan pokok hukum (pidana) islam. Karena mengingat harta mempunyai dua dimensi,
yakni dimensi halal dan dimensi haram. Perilaku korupsi adalah masuk pada dimensi
haram Karena korupsi menghalalkan sesuatu yang haram, dan korupsi merupakan wujud
manusia yang tidak memanfaatkan keluasan dalam memperoleh rezeki Allah SWT. Dan
islam membagi istilah korupsi kedalam beberapa dimensi. Yaitu risywah (suap), saraqah
(pencurian) al gasysy (penipuan) dan khianat (penghianatan). Korupsi adalah salah satu
hal yang Allah sangat melaknatnya,mau ringan atau berat pun Allah tidak menyukai nya
dikarenakan ada perilaku tidak jujur juga kadang Kasus korupsi merugikan orang banyak
(Altria Intan)

6. Assalamualaikum Wr Wb, saya Andin Desinta Safitri dari kelompok 1,izin bertanya
kepada kelompok 8. Pada poin bahaya korupsi terhadap sistem birokrasi administrasi
terdapat kalimat “Hanya orang kaya yang mendapatkan kualitas layanan yang baik,
karena mereka mampu melakukan suap”, Menurut kelompok 8, apa yang seharusnya
pemerintah lakukan agar para pejabat tinggi atau orang kaya takut untuk melakukan
korupsi atau suap menyuap,dan hukuman yang bagaimanakah yang seharusnya
disamaratakan tidak pandang jabatan? (Andin Desinta Safitri kelompok 1)
Jawab : Waalaikumasalam Saya Altria Intan dari kelompok 8 izin menjawab pertanyaan
dari Andin Menurut kelompok kami yang bisa dilakukan pemerintah adalah menindak
tegas pelaku korupsi dan pemerintah tidak main main untuk menjatuhkan hukuman bagi
para pelaku korupsi apalagi kepada para pejabat yang melakukan kasus korupsi dan
merugikan rakyat Hukuman nya adalah sesuai dengan seberapa berat kasus korupsi
makin banyak dia melakukan korupsi maka semakin berat juga hukuman yang akan ia
dapatkan.Pemerintah tidak pandang bulu mau itu pejabat orang kaya yang jelas jika
mereka melakukan kasus korupsi mereka harus dihukum sesuai dengan hukuman nya.
(Altria Intan)

7. Assalamu’alaikum saya Rachel Nurrani Ivana P.S perwakilan dari kelompok 3 akan
bertanya kepada kelompok 8 mengenai bagaimana peran serta mahasiswa dalam
melawan korupsi yang terjadi diindonesia? (Rachel Nurrani Ivana P.S Kelompok 3)
Jawab : Waalaikumsalam. Terimakasih untuk pertanyaanya, saya Trisya Maharani dr
kelompok 8 izin menjawab. Dalam masyarakat peram mahasiswa adalah sebagai kontrol
sosial, mahasiswa dapat melakukan peran preventif terhadap korupsi dengan membantu
masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan peraturan yang adil dan berpihak pada
rakyat banyak, sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak adil dan tidak berpihak pada
masyarakat. Mahasiswa juga dapat melakukan peran edukatif dengan memberikan
bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat baik pada saat melakukan kuliah kerja
lapangan mengenai masalah korupsi dan mendorong masyarakat berani melaporkan
adanya korupsi yang ditemuinya pada pihak yang berwenang. Selain itu, mahasiswa juga
dapat melakukan strategi investigatif dengan melakukan pendampingan kepada
masyarakat dalam upaya penegakan hukum terhadap pelaku korupsi serta melakukan
tekanan kepada apparat penegak hukum untuk bertindak tegas terhadap pelaku tindak
pidana korupsi. (Trisya Maharani )

8. Saya Annisa Sholihah Azfi dari kelompok 2 izin bertamya. Menurut kelompok penyaji,
terkait hukuman bagi pelaku korupsi. Apakah hukuman mati untuk koruptor sesuai
dengan aturan negara Indonesia dan hukum Islam? Dan jika hukuman mati tidak sesuai
lalu apa hukuman yang pantas bagi pelaku korupsi dalam Islam? Mohon penjelasannya
terimakasih (Saya Annisa Sholihah Azfi kelompok 2)
Jawab :
 Terima kasih atas pertanyaannya, Saya Aprilia Cahyaningtyas izin menjawab. Hukuman mati
untuk koruptor sudah sesuai dengan aturan negara Indonesia dan hukum Islam. Hukum
Islam memandang pidana mati dapat dibenarkan. Hal ini telah diatur dalam hukum Qisas,
Hudud dan Takzir. Terhadap Kejahatan Korupsi, dalam hukum Islam korupsi bisa
dianalogikan sebagai Ghulul dan Sarqoh. Dan juga Hukuman mati telah diatur pada pasal 2
ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Hukuman yang pantas bagi pelaku
korupsi yaitu Dalam hukum pidana islam hukuman yang dijatuhkan sesuai dengan tingkatan
korupsi yang dilakukan yang dapat berupa hukuman penjara, hukuman denda, masuk dalam
daftar orang tercela, hukum pemecatan, bahkan sampai hukuman mati (Aprilia
Cahyaningtyas)
 Saya Altria Intan dari kelompok 8 izin menjawab pertanyaan dari Annisa
Menurut kelompok kami hukuman mati boleh dijatuhkan untuk pelaku korupsi
Dalam hukum Islam, meski tidak ada nash Alquran dan Hadits tentang bentuk hukuman
bagi pejabat yang melakukan tindakan korupsi, masih ada hukum ta'zir. "Sehingga
asalkan sistem dan aparat hukumnya baik, pelaku korupsi tetap bisa menerima 'hadiah'
hukuman setimpal. Bahkan bisa dihukum mati juga," terang Ustadz Ahmad.
ukum Islam memandang pidana mati dapat dibenarkan. Hal ini telah diatur dalam hukum
Qisas, Hudud dan Takzir. Terhadap Kejahatan Korupsi, dalam hukum Islam korupsi bisa
dianalogikan sebagai Ghulul dan Sarqoh. Menurut Dr. Nurul Irfan, MA., Kejahatan
Korupsi masuk ke dalam Jarimah Takzir.Para Fuqoha sepakat boleh dihukum mati bagi
pelaku Korupsi dengan pengecualian untuk kemaslahan umum.
Di negara pun juga diatur dalam UU Mahkamah Agung RI telah mengeluarkan Peraturan
Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pedoman Pemidanaan Pasal 2
dan Pasal 3 Undang-undang Pemberantasan KorupsiDalam Perma tersebut, MA membagi
kategori koruptor menjadi lima yaitu paling berat, berat, sedang, ringan, dan paling
ringan. Bagi koruptor yang masuk dalam kategori paling berat, siap-siap saja hakim akan
memberikan hukuman hingga penjara seumur hidup dan bahkan hukuman mati.
Bisa juga pelaku korupsi dijatuhi hukuman penjara seumur hidup (Altria Intan)
9. Assalamualaikum Wr. Wb. Saya Hanandya dari kelompok 7 izin bertanya, Apakah benar
perilaku menyontek, membolos sekolah merupakan bibit Perilaku korupsi? Jika benar,
bagaimana penjelasannya? (Hanandya kelompok 7)
Jawab :
 Waalikumsalam wr.wb. Terimakasih untuk pertanyaanya saya Trisya Maharani
izin menjawab. Benar. Perilaku menyontek dan membolos itu bibit korupsi,
karena keduanya adalah perilaku tidak jujur dan curang. Perliku tidak jujur dan
curang merupakan ciri-ciri dari korupsi. Mencontek sama dengan mengorupsi
ilmu, sedangkan membolos mengorupsi waktu pembelajaran dan kepercayaan
orang tua. (Trisya Maharani)
 Waalaikumasalam Saya Altria Intan dari kelompok 8 izin menjawab pertanyaan
dari Hanandya. Benar perilaku menyontek, membolos sekolah masuk dalam
bibit untuk melakukan korupsi dikarenakan mereka melakukan hal curang tidak
jujur Perilaku tidak jujur dan curang merupakan ciri-ciri dari korupsi. Apalagi
mereka masih pelajar yang tugasnya adalah mencari ilmu.Mereka mengkorupsi
waktu kepercayaan orang tua (Altria Intan )

10. Saya Anisa Auliyah dari kelompok 7 izin bertanya kepada kelompok 8 , Menurut kalian
apakan korupsii itu selalu berkaitan dengan uang ?? Terimakasih (Anisa Auliyah
kelompok 7)
Jawab : Terimakasih untuk pertanyaanya, saya Trisya Maharani izin menjawab. Korupsi
tidak selalu terkait dengan uang. Korupsi berupa pemberian suap dan gratifikasi juga
dapat terjadi dalam bentuk pemberian barang seperti: mobil, perangkat elektronik.
(Pasal 5 (1) huruf a dan 13 UU Tindak Pidana Korupsi). Bahkan, berjanji memberikan
sesuatu pun termasuk korupsi (Pasal 5 (1) huruf a UU Tindak Pidana Korupsi). Selain itu,
penggunaan fasilitas dan jabatannya untuk kepentingan pribadi juga termasuk korupsi.
(Trisya Maharani)

11. Assalamualaikum, Saya Edy Porwanto dari kelompok 2 ijin bertanya kepada kelompok 8,
Apakah koruptor dapat disamakan dengan pencuri? Bila disamakan dengan pencuri,
bolehkah dijatuhi hukuman potong tangan? Terima kasih (Edy Porwanto kelompok 2)
Jawab :
 Terimakasih untuk pertanyaannya,, saya Aprilia Cahyaningtyas izin menjawab,
kejahatan korupsi serupa dengan mencuri, akan tetapi tidak terpenuhi
persyaratan untuk dipotong tangannya maka hukumannya berpindah menjadi
ta'zir. Jenis hukuman ta'zir terhadap koruptor diserahkan kepada ulil amri (pihak
yang berwenang) untuk menentukannya, antara; hukuman fisik, harta,
kurungan, moril dan lain sebagainya yang dianggap dapat menghentikan
keingingan orang untuk berbuat kejahatan. Di antara hukuman fisik adalah
hukuman cambuk. Diriwayatkan oleh imam Ahmad bahwa nabi menjatuhkan
hukuman cambuk terhadap pencuri barang yang kurang nilainya dari 1/4 dinar.
Hukuman kurungan (penjara) juga termasuk hukuman fisik. Diriwayatkan bahwa
khalifah Utsman bin Affan pernah memenjarakan Dhabi bin Al Harits karena dia
melakukan pencurian yang tidak memenuhi persyaratan potong tangan. Denda
dengan membayar dua kali lipat dari nominal harga barang atau uang negara
yang diselewengkannya merupakan hukuman terhadap harta. Sanksi ini
dibolehkan berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap,
"Pencuri buah kurma dari pohonnya Ialu dibawa pergi, hukumannya dia harus
membayar dua kali Iipat. (HR. Nasa'i dan lbnu Majah). Hukuman ta'zir ini
diterapkan karena pencuri harta negara tidak memenuhi syarat untuk dipotong
tangannya, disebabkan barang yang dicuri tidak berada dalam hirz. Selain sanksi
di atas, berbagai jenis hukuman lainnya yang dianggap memiliki dampak jera
bagi para pelaku korupsi boleh diterapkan, seperti diberhentikan dari pekerjaan
bagi koruptor harta negara dalam jumlah kecil atau diumumkan di media massa.
(Aprilia Cahyaningtyas)

 Waalaikumsalam, terimakasih untuk pertanyaanya, saya Trisya Maharani izin


menjawab.
Koruptor serupa dengan pencuri, akan tetapi tidak terpenuhi persyaratan
untuk dipotong tangannya disebabkan barang yang dicuri tidak berada dalam
hirz ( tempat yang terjaga dari jangkauan orang lain, seperti brankas atau
lemari yang kuat yang berada di kamar tidur untuk barang berharga, semisal:
emas, perhiasan, uang, surat berharga dan lainnya dan seperti garasi untuk
mobil )
Untuk kasus korupsi, yang paling tepat adalah bahwa koruptor sama dengan
mengkhianati amanah uang atau barang yang dititipkan, karena koruptor
dititipi amanah uang atau barang oleh negara. Dan orang yang mengkhianati
amanah dengan menggelapkan uang atau barang yang dipercayakan
kepadanya tidaklah dipotong tangannya. Ini bukan berarti, seorang koruptor
terbebas dari hukuman apapun juga, akan tetapi dia dapat dijatuhi hukuman
sebagai berikut:
1. Ia wajib mengembalikan uang negara yang diambilnya, sekalipun telah
habis digunakannya. Maka hartanya yang tersisa disita oleh negara dan sisa
yang belum dibayar akan menjadi hutang selamanya.
2. Mendapatkan hukuman Ta'zir. Jenis hukuman ta'zir terhadap koruptor
diserahkan kepada ulil amri (pihak yang berwenang) untuk menentukannya,
antara; hukuman fisik ( dicambuk ), dipenjara, moril dan lain sebagainya yang
dianggap dapat menghentikan keingingan orang untuk berbuat kejahatan.
3. Diberhentikan dari pekerjaan bagi koruptor harta negara dalam jumlah kecil
atau diumumkan di media massa. (Trisya Maharani )

12. Terima kasih kelompok 8 atas presentasinya, saya Melvin Erlina perwakilan dari
kelompok 7 izin bertanya Pertanyaan saya kalau misalnya saya menerima uang dari salah
satu calon peserta pada pemilihan kepala daerah, apakah saya dapat dikatakan sebagai
penerima suap? Padahal saya tidak meminta uang tersebut, dan bagaimana pandangan
Islam terhadap kasus tersebut? (Melvin Erlina Kelompok 7)
Jawab : Saya Izzuddin Zakki Ar-rif'at akan menjawab pertanyaan dari melvin erlina. Pada
dasarnya, memberikan sesuatu kepada orang lain adalah perbuatan baik, salah satu
bentuk ibadah yang agung. Islam mengajarkan ilmu dalam memberikan sesuatu kepada
orang lain, yaitu : zakat, infaq, sedekah, hibah, hadiah, nafkah, waqaf, waris.Namun
kembali lagi kita tekankan bahwa setiap tindakan tergantung dari niatnya. Apabila
niatnya hanya mengharap kepada Allah Azza wa Jalla saja, kemudian metodenya sesuai
dengan perintah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, maka tindakan tersebut bernilai
ibadah.Akan tetapi apabila niatnya bukan untuk Allah Azza wa Jalla dan tidak memakai
metodenya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, maka tindakan tersebut hanya akan
berdampak pada dunia saja, tidak akan tercatat sebagai bekal akhirat.Membaca situasi
dari pertanyaan tersebut, maka terlihat bahwa pemberian barang atau uang dengan
tendensi tertentu yaitu agar si penerima mau memilih calon tertentu dalam pemilu.
Berarti bisa dibilang bahwa pemberian tersebut tidak bernilai ibadah. (Izzuddin Zakki Ar-
rif'at)

13. Saya Cahya Silviika Ramadhina dari kelompok 6 izin bertanya. Apakah di agama lain
selain agama islam juga melarang dengan adanya korupsi? (Cahya Silviika Ramadhina
Kelompok 6)
Jawab : Terimakasih atas pertanyaannya, Saya Aprilia Cahyaningtyas izin menjawab dari
Silviika Ramadhani. Tidak hanya dalam agam islam, melainkan juga agama lain melarang
adanya tindakan koruptor karena korupsi merupakan suatu perbuatan yang dapat
merusak etika moral anak bangsa negeri ini. Korupsi juga dilarang oleh undang - undang
negara, karena perbuatan ini sudah meruntuhkan sendisendi kehidupan berbangsa dan
bernegara sehingga korupsi dinyatakan sebagai tindakan exstra ordinary dan untuk
membrantasnya negara telah membuat Undangundang Anti Korupsi (Aprilia
Cahyaningtyas)

14. Saya Estuning Tyas dari kelompok 2 izin bertanya. Bagaimana cara menghadapi orang
yang korupsi di masyarakat? (Estuning Tyas kelompok 2 )
Jawab : Saya izin menjawab pertanyaan dari Estuning Tyas. Cara untuk menghadapi
orang yang korupsi di masyarakat dengan mencari, memperoleh, memberikan data atau
informasi tentang tindak pidana korupsi, dan hak menyampaikan saran dan pendapat
secara bertanggungjawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi. (Aprilia Cahyaningtyas)

15. Assalamualaikum saya perwakilan dari kelompok 4 izin bertanya. Apakah upaya
pemberantasan korupsi dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan
keagamaan? Jika iya kegiatan keagamaan apa yang bisa dilakukan? (Risa Cahyani)
Jawab : Waalaikumasalam Saya Altria Intan dari kelompok 8 izin menjawab
pertanyaan dari Risa
Bisa kegiatan keagamaan bisa memberantas korupsi contohnya adalah dengan
mengadakan kajian yang tema nya membahas tentang bahaya kasus korupsi.
Bisa juga mengikuti kajian cak nun jika ada sesi tanya jawab kita bisa menanyakan
pandangan korupsi menurut cak nun dan di web cak nun sudah dibahas mengenai
meretas kasus korupsi.
Bisa juga mengikuti kegiatan keagamaan semakin kita mendekatkan diri kepada Allah
semakin takut juga kita melakukan perbuatan yang berdosa. (Altria Intan)

16. Assalamualaikum saya faradila ayu fitria perwakilan dari kelompok 6 izin bertanya,
Bagaimana tuntunan agama islam dalam upaya menumbuhkembangkan budaya anti
korupsi? Terima kasih (faradila ayu fitria Kelompok 6)
Jawab : waalaikumsalam. saya Trisya Maharani izin menjawab. Peran Pendidikan Agama
Islam dapat diaplikasikan di Sekolah/Madrasah oleh guru dan di masyarakat oleh orang
tua. Bagi guru melatih kesadaran peserta didik untuk melawan dan mencegah tindakan
korupsi dari hal yang paling kecil yaitu mencontek, membolos dan melanggar peraturan
sekolah. Dan bagi Orang Tua Pendidikan anti korupsi perlu diajarkan pada anak sejak
kecil, seperti membiasakan bersikap jujur, tanggung jawab dan kesederhanaan. (Trisya
Maharani)
17. Assalamualaikum wr.wb, saya honesty rizkia ananda dari kelompok 2 izin bertanya
kepada kelompok 8. Dalam ppt dijelaskan secara keagamaan korupsi adalah perbuatan
haram dan dilarang dalam agama. Lantas, mengapa masih banyak didapatkan kasus
korupsi di negara kita yang mayoritasnya adalah umat beragama? Terimakasih (honesty
rizkia ananda Kelompok 2)
Jawab :
 Waalaikumsalam, saya Alifiah Nur Cahyani dari kelompok 8 izin menjawab
pertanyaan dari Honesty. Mengapa masih banyak korupsi di negara kita yang
mayoritas muslim karena ada beberapa faktor yaitu masih adanya sistem yang
membuka celah terjadinya tindakan korupsi, termasuk di dalamnya, sistem
administrasi pemerintahan yang tidak transparan, politik berbiaya tinggi, dan
rekrutmen aparatur sipil negara (ASN) dengan imbalan. Sementara itu,
penyebab kedua,terkait dengan kurangnya integritas yang dimiliki individu,
sehingga memunculkan tindakan korupsi. Hal itu juga didorong oleh kurangnya
kesejahteraan yang didapatkan oleh penyelenggara negara.Penyebab ketiga,
terkait dengan budaya (culture). Seringkali ditemukan praktik-praktik yang salah,
tapi dianggap benar karena kebiasaan. (Alifiah Nur Cahyani)
 Waalaikumasalam Saya Altria Intan dari kelompok 8 izin menjawab pertanyaan
dari honesty. Hal ini yang menjadi permasalahan adalah orangnya dan juga iman
nya kurang kuat padahal di agama telah dijelaskan hukuman dan islam melarang
tindak korupsi berarti dia tidak berpegang teguh pada agama sehingga ia berani
untuk melakukan korupsi. Atau juga ada hal yang mendorong ia sehingga berani
untuk melakukan korupsi (Altria Intan)

18. Assalamualaikum, saya Berliana Cindi Aziza izin bertanya kepada kel. 8
Menggelapkan uang negara dalam Syari’at Islam disebut Al-ghulul. Jelaskan dan berikan
contohnya! Terimakasih (Berliana Cindi Aziza)
Jawab : Waalaikumsalam, terimakasi atas pertanyaanya. saya Trisya Maharani izin
menjawab. Al-ghulul, yakni mencuri ghanimah (harta rampasan perang) atau
menyembunyikan sebagiannya (untuk dimiliki) sebelum menyampaikannya ke tempat
pembagian (Abu Fida, 2006), meskipun yang diambilnya sesuatu yang nilainya relatif
kecil bahkan hanya seutas benang dan jarum. Mencuri atau menggelapkan uang dari
baitul maal (kas Negara) dan zakat dari kaum muslimin juga disebut dengan Al-ghulul.
Berdasarkan hadits-hadits dari Rasulullah maka yang termasuk Al-ghulul, adalah sebagai
berikut: 1. Mencuri harta rampasan perang (Al-ghulul) 2. Menggelapkan uang dari kas
Negara (baitul maal) 3. Menggelapkan zakat. 4. Hadiah untuk para pejabat. (Trisya
Maharani)

19. Saya Grizelda Aura dari kelompok 4 izin bertanya apakah terdapat perbedaan hukum
yang diterapkan di Indonesia dan hukum yang ada pada agama Islam untuk tindak
korupsi ? (Grizelda Aura kelompok 4)
Jawab : Saya Alifiah Nur Cahyani izin menjawab pertanyaan dari Grizelda. Ya
terdapatperbedaan antara hukum agama islam dan hukum negara terkait kejahatan
korupsi. Perbedaan tersebut terletak pada pembuktian atau barang bukti dan juga sanksi
hukuman yang berbeda antara hukum islam dan hukum negara. ( Alifiah Nur Cahyani)

Anda mungkin juga menyukai