Anda di halaman 1dari 2

Nama kelompok:

1.Dian klarista(22.2.050)
2.Elma novika haryani (22.2.053)
3.Faradina(22.2.054)
4.M Rijal Abdillah S (22.2.060)
5.Shinta Rambu Atanyungga Taralandu(22.2.076)

STIMULAN KASUS

Tidak ada satupun agama yang mengajarkan untuk berbuat korupsi. Tetapi yang
terjadi pada saat ini, masih ada oknum pejabat negara yang terjaring OTT (Operasi
Tangkap Tangan) oleh KPK karena melakukan tindakan suap-menyuap jabatan,
pemerasan, gratifikasi atau tindakan lainnya yang terkait dengan korupsi, kolusi dan
nepotisme.

1. Bagaimana sikap saudara/i dalam memandang kasus tersebut ?


Jawab:
Dalam pandangan kami mengenai kasus ini benar adanya dalam setiap agama tidak
ada satupun yang mengajarkan untuk berbuat korupsi. Namun dalam kondisi yang ada
korupsi sangat diagung agungkan. Korupsi sangat merugikan suatu negara. Dan yang
paling dirugikan disini adalah rakyat. Seharusnya orang yang melakukan korupsi
dibasmi tuntas, dan mendapatkan hukuman yang berat. Namun mirisnya di Indonesia,
seorang yang melakukan korupsi dengan mudah tersenyum seolah tak terjadi apa apa,
dan menganggap itu adalah hal yang tabu

2. Menurut saudara bagaimana cara agar masyarakat Indonesia tidak melakukan


tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme ?
Jawab:
Cara agar masyarakat Indonesia tidak melakukan tindakan korupsi,kolusi dan
nepotisme sebagai berikut:
1. Memperkuat sarana serta prasarana hukum
Langkah tersebut dapat ditempuh dengan beberapa cara berikut ini.
-Pembuatan peraturan perundangan yang baru
-Melakukan pencabutan maupun penyempurnaan peraturan perundangan
-Memberlakukan peraturan perundangan lainnya yang dapat mendukung upaya
dari penghapusan KKN.
2. Melakukan penyempurnaan pada kelembagaan penegak hukum
Pejabat negara harus memiliki jiwa kepemimpinan yang baik serta mampu
melakukan pengembangan manusia secara luas dan jauh ke depan, sejalan dengan
apa yang diperlukan dalam pembangunan.
Dalam penegakan hukum, harus disertai pula dengan rasa kemanusiaan, agar
dapat terhindar dari adanya diskriminasi hukum bagi rakyat yang berada di lapisan
bawah.
3. Pemberdayaan peran masyarakat
Setiap warga negara memiliki hak untuk dapat menyuarakan pendapatnya
terhadap suatu keputusan, baik itu secara langsung ataupun melalui suatu
intermediasi dari institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya sebagai warga
negara.
Langkah tersebut, dapat diambil ketika masyarakat turut serta dalam kegiatan
pemilu. Sehingga, tidak akan ada tindakan kolusi, korupsi maupun nepotisme,
atau dapat meminimalisir terjadinya KKN karena masyarakat secara langsung
turut berperan.
4. Peningkatan pada pelayanan masyarakat
Tindakan dalam pencegahan upaya KKN lainnya ialah dengan meratakan
pelayanan pada masyarakat secara adil dengan cara tidak membedakan status
maupun golongan.
Sehingga, melalui upaya tersebut akan tercipta kepercayaan terhadap para aparatur
negara dari masyarakat. Adanya transparansi pelayanan masyarakat, juga
dibutuhkan agar suatu lembaga serta informasi dapat secara langsung diterima
oleh masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut.
5. Melakukan peningkatan kesejahteraan bagi PNS, Polri dan TNI
Upaya kelima dalam melakukan pencegahan KKN ialah dengan meningkatkan
kesejahteraan aparatur negara atau pejabat negara, salah satu caranya ialah dengan
memberikan kenaikan gaji.
Ketika aparatur negara merasa cukup sejahtera, maka tindakan korupsi pun akan
perlahan hilang atau meminimalisir kegiatan KKN.
6. Melakukan pendekatan moral terhadap aparatur negara atau pihak yang
berkuasa
Tindakan kolusi, korupsi maupun nepotisme, akan terus terjadi jika aparatur
negara atau pihak-pihak yang memiliki kuasa masih memiliki kepribadian yang
buruk.
Sehingga, dalam upaya pencegahan terjadinya kolusi, korupsi maupun nepotisme,
maka dibutuhkan adanya suatu pendekatan moral serta nilai dan keyakinan dalam
ajaran agama.
Dengan begitu, maka diharapkan bahwa aparatur negara maupun pihak berkuasa
dapat sadar serta menghentikan tindakan kolusi, korupsi dan nepotisme yang
dapat merugikan banyak pihak.

Anda mungkin juga menyukai