Anda di halaman 1dari 8

2021

LEARNING JURNAL

ANTI KORUPSI
Tugas Pelatihan Dasar CPNS

GUSMILA KASIH, Amd.Kep


Copyright: wordexc
Angkatan : V (Lima)

Nama : GUSMILA KASIH,Amd.Kep

NDH : 21

Instansi : Pemerintah Kebupaten Gunung Mas

Nama Mentor : SRI RAHAYUN, SKM

Jabatan Mentor : Kepala UPT Puskesmas Tumbang Miri


I. LATAR BELAKANG

Korupsi di Indonesia sepertinya telah mendarah daging dan menjadi suatu


persoalan yang amat kronis. Ibarat suatu penyakit, korupsi telah menyebar ke
pelosok negeri dengan jumlah dari tahun ke tahun yang cenderung semakin
meningkat dengan modus yang semakin beragam.

Untuk mengatasi semua permasalahan tentang korupsi di Negara kita


membentuk suatu lembaga Komite Pemberantasan Korupsi atau yang sering
disebut dengan KPK. Lembaga ini sudah banyak menangkap para koruptor dan
menjebloskannya ke dalam penjara. Pemberantasan korupsi menurut KPK terbagi
menjadi dua macam, tindakan represif dan preventif. Perumusan klasifikasi
pemberantasan korupsi tersebut terkait dengan wacana dan kesadaran moral bahwa
untuk memberantas korupsi yang sudah menggurita ke segala aspek kehidupan
masyarakat negeri ini selain melalui mekanisme hukum (represif), juga membangun
filosofi baru berupa penyemaian nalar dan nilai-nilai baru antikorupsi melalu
pendidikan formal. Hal ini dilakukan karena pendidikan dianggap sebagai alternatif
yang bersifat preventif.

Zubaedi (2005) memaparkan bahwa karakter tersebut dapat dimunculkan


melalui upaya sistematis yang dilalui oleh seseorang yaitu knowing mengetahui nilai-
nilai), comprehending (memahami), accepting (menerima), internalizing (menjadikan
nilai sebagai sikap dan keyakinan) dan implementing (mengamalkan nilai-nilai).

Salah satu kegiatan dalam kerangka pemberantasan korupsi yang dilakukan


secara terstruktur oleh lembaga negara adalah melalui Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil CPNS (Latsar CPNS). Latsar CPNS ini wajib diikuti oleh semua
CPNS seluruh Kementerian/Lembaga baik pusat maupun daerah, yang akan
menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga
Administrasi Negara Nomor (Perkalan) 22 Tahun 2016 Metode Storytelling:
Peningkatan Motivasi Perilaku Antikorupsi tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan I dan Golongan II dan
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018, Latsar
bertujuan untuk membentuk PNS profesional yang berkarakter yaitu PNS yang
karakternya dibentuk oleh sikap dan perilaku disiplin PNS, nilai-nilai dasar PNS, dan
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), serta
menguasai bidang tugasnya sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya
secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Selain itu juga bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan secara terintegrasi.
Sasaran penyelenggaraan Latsar CPNS adalah terwujudnya PNS profesional
yang berkarakter sebagai pelayan masyarakat. Salah satu kurikulum materi
pembelajaran pada Latsar CPNS adalah antikorupsi.
II. KONSEP ANTI KORUPSI
A. Pengertian
Menurut UU 31 tahun 1999 yang diperbaharui menjadi UU nomor 20 tahun
2001, korupsi adalah perbuatan untuk memperkaya diri sendiri atau korporasi
yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa korupsi adalah kegiatan yang secara melawan hukum
merugikan negara untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi
sehingga dapat dikatakan perbuatan tindak pidana. Sedangkan tindak pidana
adalah suatu perbuatan yg diancam dengan pidana oleh undang-undangm
bertentangan dengan hukum, dilakukan dengan kesalahan oleh seseorang yang
mampu bertanggung-jawab. Korupsi menyebabkan kerusakan baik dalam ruang
lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, & kehidupan yg lebih luas, berlangsung
dalam kurun waktu yang panjang.
a. Busuk; palsu; suap (kamus bahasa Indonesia)
b. Buruk, rusak; suka menerima uang sogok; menyelewengkan uang/barang
milik perusahaan atau negara; menerima uang dengan menggunakan
jabatannya untuk kepentingan pribadi (kamus hukum)
c. Kebejatan; ketidakjujuran; tidak bermoral; penyimpangan dari kesucian (The
Lexicon Webster Dictionary)
d. Penyuapan, pemalsuan (Kamus Bahasa Indonesia)
e. Penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan sebagai
tempat seseorang bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang lain (Kamus
Hukum)
B. Ciri-ciri Anti Korupsi
1. Dilakukan oleh lebih dari satu orang

2. Merahasiakan motif / Ada keuntungan yang diraih

3. Berhubungan dengan kekuasaan / kewenangan tertentu

4. Berlindung dibalik pembenaran hukum

5. Melanggar kaedah kejujuran dan norma hukum

6. Mengkhianati kepercayaan
C. Penyebab Korupsi
1. Penegakan hukum tidak konsisten
2. Penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan
3. Langkanya lingkungan yang anti korupsi
4. Rendahnya pendapatan penyelenggara negara
5. Kemiskinan/keserakahan
6. Keuntungan korupsi>kerugian ditangkap
7. Pemberian imbalan jasa
8. Gagalnya pendidikan agama dan etika
9. Aspek Individu Pelaku
 Sikap tamak dan tidak puass dengan penghasilan yang ada.
 Moral dan iman yang lemah tidak dapat menahan godaan hawa nafsu.
 Merasa penghasilan kurang mencukupi kebutuhan yang wajar
10.Aspek Organisasi
 Kurangnya teladan dari pemimpin;
 Tidak adanya kultur organisasi yang mendukung kebenaran;
 Manajemen yang menutupi korupsi di dalam organisasinya
11.Aspek Masyarakat

 Adanya nilai -nilai di dalam masyarakat yang kondusif terjadinya korupsi


(ex. Permisif, apatis dan adat);
 Dampak Korupsi tidak dirasa langsung oleh masyarakat, walaupun
dampak korupsi dapat merugikan negara dan juga masyarakat luas.
D. Jenis-jenis Korupsi
1. Transaktif : Ada kesepakatan, sama-sama berbuat dan keuntungan timbal
balik.
2. Ekstroaktif : Salah satu pihak memaksa, Pihak yang dipaksa aktif malakukan,
tetapi yang memaksa tidak terlibat.
3. Investif : Adanya penawaran barang dan jasa, keuntungan diharapkan di
masa datang.
4. Nepotistik : Adanya perlakuan khusus kepada keluarga, teman dan kerabat
pejabat publik.
5. Autogenik : Memanfaatkan pengetahuan dan pemahaman yang hanya
diketahui oleh dirinya untuk mendapatkan keuntungan.
6. Suportif : Adanya upaya melindungi dan mempertahankan Perbuatan Korupsi.
7. Defensif : Korupsi dilakukan dalam rangka mempertahankan diri dari tindakan
kriminalisasi
Terdapat 30 delik tindak pidana korupsi menurut UU no. 31 tahun 1999
no. 20/2001yang kemudian dikelompokkan menjadi 7 antara lain:
(1) Kerugian keuangan Negara,
(2) Suap-Menyuap,
(3) Pemerasan,
(4) Perbuatan Curang,
(5) Penggelapan dalam Jabatan,
(6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,
(7) Grafitikasi.
Kesadaran anti korupsi memuncak pada spiritual accountability (sadar nilai-
nilai keTuhanan & memahami hakikat kehidupannya – primordial covenant);
Tuhan yg menciptakan kehidupan, memberikan amanah pada manusia, & akan
meminta pertanggung-jawaban kelak.
E. Pencegahan Korupsi
Konsep Tunas Integritas memastikan tersedianya manusia yang senantiasa
melakukan upaya peningkatan integritas diri dan lingkungannya dengan
membangun sistem yang kondusif; mampu menyelaraskan rohani & jasmani;
selaras dalam semua elemen (jiwa, pikiran, perasaan, ucapan, & tindakan);
sesuai nurani (kebaikan universal); terbentuk perilaku integritas yang selaras
dengan berbagai situasi dan lingkungan (sistem dan budaya). Peran Tunas
Integritas

1) menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi

2) berpartisipasi aktif membangun sistem integritas; peluang korupsi ditutup

3) mempengaruhi orang lain untuk berintegritas tinggi.

Tunas integritas diharapkan memiliki kemmapuan re-framing kultur/budaya


yaitu mengembalikan budaya dengan cara memutuskan generasi yang tidak
sesuai untuk dikembalikan seperti semula tau menjadi lebih baik. Utilisasi
fenomena perilaku otomatis dimulai dari perubahan diri, keluarga, organisasi dan
bangsa dengan menciptakan peradaban yang lebih baik.
F. Nilai-nilai Dasar Anti Korupsi

(1) Jujur
(2) Peduli
(3) Mandiri
(4) Disiplin
(5) Tanggung Jawab
(6) Kerja Keras
(7) Sederhana
(8) Berani
(9) Adil
Ada 3 proses sosial yg berperan dalam proses perubahan sikap dan
perilaku yaitu Kesediaan (compliance), identifikasi (identification) dan
internalisasi (internalization). Integritas sebagai suatu proses sosial yg ditujukan
untuk mengatasi korupsi. Tujuh semangat dasar yang diharapkan dapat
ditumbuhkan kembali di bumi pertiwi antara lain ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Keikhlasan dan Ketulusan, Pengabdian dan Tanggung Jawab,
Menghasilkan yang terbaik, kekeluargaan, keadilan dan kemanusiaan, dan
perjuangan.
G. Penerapan ditempat Kerja
1. Datang dan pulang tepat waktu, untuk menghindari korupsi waktu.
2. Bekerja sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
3. Memberikan asuhan kebidanan berdasar SOP tanpa memandang kedudukan
dan golongan.
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus setiap bulannya.
5. Memberikan asuhan sesuai dengan keluhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai