Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL ANTI KORUPSI

Angkatan :V
Nama : Yeni Sintya
NDH : 39
Instansi : Pemerintah Kab. Katingan
Nama Mentor : Sri Sudarti, SST
Jabatan Mentor : Komite Keperawatan dan Kebidanan

A. Pokok Pikiran
Korupsi berasal dari bahasa latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan atau
kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang,
dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama,
material, mental dan umum.
Fenomena-fenomena kehidupan yang mengandung kerusakan selalu ada kaitannya
dengan korupsi, fenomena tentang kerusakan hutan atau lingkungan, fenomena tentang
bangunan yang cepat rusak, fenomena penegakan hukum yang tidak dapat tegak dan
berlaku adil, fenomena layanan yang lama, suli dan birokrasinya panjang, fenomena
merebaknya narkoba, fenomena negara dengan sumber daya alam yang melimpah namun
tidak dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, dan fenomena lainnya.
Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang diancam dengan pidana oleh undang-
undang, bertentangan dengan hukum, dilakukan dengan kesalahan oleh orang yang
mampu bertanggungjawab. Setiap negara mempunyai undang-undang yang berbeda terkait
dengan tindak pidana korupsi. Menurut No. UU 20/2001 yang merupakan perubahan atas
UU No. 31/1999, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari ; kerugian
keuangan negara; suap-menyuap; pemerasan; perbuatan curang, penggelapan dalam
jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. Semua jenis tersebut
merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub c UU no.3/71).
Kesadaran Anti Korupsi yang telah mencapai puncak tertinggi akan menyentuh
spritual accountability, apalagi ketika menyadari bahwa dampak korupsi itu tidak sekedar
kerugian keuangan negara namun ada kaitanya dengan kerusakan kehidupan. Sebagai
bagian dari warga Negara Indonesia dengan keyakinan akan Ketuhan Yang Maha Esa,
maka kehidupan akan disadari sebagai 3 episode utama, yaitu: (1) sebelum kehidupan
dunia; (2) kehidupan dunia sendiri, dan; (3) kehidupan paska dunia. Penyimpangan secara
sosial terjadi ketika manusia menyimpang atau lupa pada perjanjian mereka dengan
Tuhannya, pada saat di dalam ruh sebelum kehidupan di dunia (Primodial Covenant).
Mereka yang memiliki spritual accountability akan selalu ingat pada perjanjian dengan
Tuhannya tersebut, yang pada dasarnya: (1) merupakan tujuan hidup, dan; (2) kesadaran
bahwa hidup mereka harus dipertanggungjawabkan. Tuhan yang menciptakan kehidupan,
memberikan amanah pada manusia dan meminta pertanggungjawaban sebaliknya manusia
yang diciptakan harus amanah mengatur bumi dan segala isinya serta memberikan
pertanggungjawaban.
Tanggung jawab spritual (Spiritual Accountability) yang baik pasti akan
menghasilkan niat yang baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik,
sehingga selalu memiliki semangat untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan
mendapatkan hasil terbaik. Hubungan konsekuensi tersebut idealnya dapat menjamin
bahwa pemilik spritual accountability yang baik akan mendorong public accountability
yang baik pula agar dapat dipertanggungjawabkan juga secara publik. Tentunya orang
tersebut tidak akan bergerak dan mempunyai niat sedikitpun untuk membuat kerusakan di
muka termasuk didalamnya adalah melakukan korupsi, sebaliknya justru akan mempunyai
niat yang sangat kuat untuk menghindari korupsi. Niat anti korupsi semakin kuat bagi
mereka yang ingat pada Tuhannya, ia tidak ingin urusan dunia merusak perjanjian dengan
Tuhannya dan akan menjadi beban bagi kehidupan setelah dunia.
Tunas Integritas yaitu pribadi-pribadi yang memiliki komitmen integritas yang
tinggi, dan bersedia untuk membangun sistem integritas organisasi. Konsep Tunas
Integritas memastikan tersedianya manusia yang senantiasa melakukan upaya peningkatan
integritas diri dan lingkungannya dengan membangun sistem yang kondusif; mampu
menyelaraskan rohani dan jasmani; selaras dalam semua elemen (jiwa, pikiran, perasaan,
ucapan, dan tindakan); sesuai nurani (kebaikan universal); terbentuk perilaku integritas
yang selaras dengan berbagai situasi dan lingkungan (sistem dan budaya). Peran Tunas
Integritas adalah: (1) menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi; (2)
berpartisipasi aktif membangun sistem integritas; peluang korupsi ditutup; (3)
mempengaruhi orang lain untuk berintegritas tinggi.
Tunas integritas diharapkan memiliki kemampuan re-framing kultur/budaya yaitu
mengembalikan budaya dengan cara memutuskan generasi yang tidak sesuai untuk
dikembalikan seperti semula atau menjadi lebih baik. Utilisasi fenomena perilaku otomatis
dimulai dari perubahan diri, keluarga, organisasi dan bangsa dengan menciptakan
peradaban yang lebih baik. Tingkatan Komitmen: (1) Berontak; (2) Menggerutu di
belakang; (3) Ikut dengan terpaksa; (4) Ceria berkontribusi; (5) Komitmen sepenuh hati;
dan (6) Bahagia berkarya. Level komitmen yang semakin tinggi akan memudahkan untuk
mendapatkan impian Indonesia yang bebas dari korupsi (Indonesia dengan budaya
integritas yang tinggi). Kemudahan tersebut diperoleh karena sebelumnya telah
mendapatkan hakikat atau makna dari upaya pemberantasan korupsi. Impian tersebut
merupakan terminal antara dari perjalanan untuk mencapai tujuan nasional. Dengan
korupsi yang dapat dikendalikan, sebagai sebuah hasil dari tercapainya integritas nasional,
dan wujud sinergi dari berbagai organisasi dan pilar yang telah berintegritas, yang
dibangun oleh orang-orang yang berintegritas, dalam kontek ini disebut tunas integritas.
Nilai Dasar Anti Korupsi yang harus diinternalisasi, diimplementasikdan dan
diaktualisasikan: (1) Jujur (2) Peduli (3) Mandiri (4) Disiplin (5) Tanggung Jawab (6)
Kerja Keras (7) Sederhana (8) Berani (9) Adil. Tiga proses sosial yang berperan dalam
proses perubahan sikap dan perilaku: (1) Kesediaan (compliance); (2) identifikasi
(identification); dan (3) internalisasi (internalization) integritas sebagai suatu proses sosial
yang ditujukan untuk mengatasi korupsi.
Saat ini, niat Anti Korupsi dan berusaha membangun integritas diri, keluarga,
organisasi masyarakat dan bangsa semakin menguat dan berubah menjadi energi yang
selalu menyemangati dan membuat komitmen untuk bergerak memberantas korupsi.

Profil Tokoh
Novel Baswedan
Novel Baswedan merupakan Penyidik senior pada Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), Ia diketahui disegani dan ditakuti para koruptor. Ia merupakan salah satu sosok
terdepan dalam penanganan perkara korupsi di KPK terutama dalam proses penyidikan
kasus-kasus besar dan menarik perhatian publik. Kasus korupsi pengadaan Kartu Tanda
Penduduk Elektronik (e-KTP) yang menyeret mantan Ketua DPR Setya Novanto. Selain
itu, kasus korupsi Simulator SIM yang menyeret Kepala Korlantas Polri ketika itu dijabat
oleh Djoko Susilo, kasus suap penanganan sengketa pilkada yang menyeret nama Ketua
Mahkamah Konstitusi M. Akil Mochtar.
 Alghiffari Aqsa, mantan Direktur LBH Jakarta sekaligus kuasa hukum Novel
Baswedan menilai sosok Novel sangat konsisten dalam upaya pemberantasan perkara
korupsi. Ia melewati segala macam risiko, mulai dari ancaman, kriminalisasi, pembunuhan
karakter, hingga mengalami kekerasan fisik yang hampir merenggut nyawanya. 
B. Penerapan
Sebagai seorang bidan yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan penerapan nilai
anti korupsi harus terus melakukan upaya-upaya untuk membersihkan diri dari praktik
korupsi, dengan :
1. Jujur dalam melaksakan tugas sesuai dengan kewajiban, serta menrima hak yang sesuai
dengan kewajiban yang telah dijalankan, mendokumentasikan asuhan kebidanan sesuai
yang dilaksanakan. Jujur dengan teman sejawat dan atasan dalam melaksanakan
pekerjaan tanpa ada yang ditutup-tutupi.
2. Peduli terhadap sesama dan lingkungan sekitar, saling tolong menolong, serta menjaga
kebersihan lingkungan.
3. Mandiri dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggungjawab pribadi, tidak
selalu bergantung kepada orang lain.
4. Disiplin dalam melaksanakan tugas, hadir tepat waktu dan pulang sesuai waktunya
(tidak terlambat dan tidak meninggalkan kantor sebelum waktunya), serta
berpenampilan sesuai ketentuan di tempat kerja.
5. Bertanggungjawab dengan tugas yang diamanahkan, mulai dari pemeriksaan,
pemberian asuhan, hingga penyelesaian laporan pada buku register dan rekam medik
pasien. Serta tidak semena-mena dalam menggunakan fasilitas bekerja.
6. Bekerja keras dalam menyelesaikan setiap pekerjaan dengan sepenuh hati, tenaga dan
pikiran agar memperoleh hasil yang maksimal.
7. Berpakaian rapi dan sopan serta berpenampilan sederhana, tidak boros dan rajin
menabung.
8. Berani menolak gratifikasi. Sebagai pemberi layanan kesehatan, bidan sangat dekat
dengan praktik gratifikasi karena berhadapan langsung dengan pasien dan keluarganya,
kerap kali terdapat keluarga pasien yang ingin memberikan ucapan terima kasih karena
telah merawat keluarganya dengan baik. Berani menolak gratifikasi merupakan bentuk
dukungan anti korupsi.
9. Adil terhadap semua pasien dengan tidak membeda-bedakan pasien dalam memberikan
pelayanan, semua pasien memiliki hak yang sama untuk medapatkan pelayanan terbaik
untuk kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai