Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS

Angkatan : 100

Nama Mata Pelatihan : Anti Korupsi

Nama Peserta : dr. Puspita Dewi Kusuma

Nomor Daftar Hadir : 30

Lembaga Penyelenggara Pelatihan : LPMP Sumatera Utara

A. Pokok pikiran
Corruptio berasal dari Bahasa latin yang berarti kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan.
Korupsi adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dapat merugikan sehingga perlu dilakukan
pencegahan dan harus ditindak secara tegas. Menurut UU 31 tahun 1999 yang diperbaharui
menjadi UU nomo 20 tahun 2001, korupsi adalah perbuatan untuk memperkaya diri sendiri atau
korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekoonimian negara. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa korupsi adalah kegiatan yang secara melawan hukum merugikan negara
untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi sehingga dapat dikatakan
perbuatan tindak pidana. Sedangkan tindak pidana adalah suatu perbuatan yg diancam dengan
pidana oleh undang-undangm bertentangan dengan hukum, dilakukan dengan kesalahan oleh
seseorang yang mampu bertanggung-jawab. Korupsi menyebabkan kerusakan baik dalam ruang
lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, & kehidupan yg lebih luas, berlangsung dalamkurun waktu
yang panjang.

Terdapat 30 delik tindak pidana korupsi menurut UU no. 31 tahun 1999 jo no. 20/2001yang
kemudian dikelompokkan menjadi 7 antara lain: 1) Kerugian keuangan Negara, (2) Suap-
Menyuap, (3) Pemerasan, (4) Perbuatan Curang, (5) Penggelapan dalam Jabatan, (6) Benturan
Kepentingan dalam Pengadaan, (7) Grafitikasi.  Kesadaran anti korupsi memuncak pada spiritual
accountability (sadar nilai-nilai keTuhanan & memahami hakikat kehidupannya – primordial
covenant); Tuhan yg menciptakan kehidupan, memberikan amanah pada manusia, & akan
meminta pertanggung-jawaban kelak.

Konsep Tunas Integritas memastikan tersedianya manusia yang senantiasa melakukan upaya
peningkatan integritas diri & lingkungannya dengan membangun sistem yangg kondusif; mampu
menyelaraskan rohani & jasmani; selaras dalam semua elemen (jiwa, pikiran, perasaan, ucapan,
& tindakan); sesuai nurani (kebaikan universal); terbentuk perilaku integritas yg selaras dgn
berbagai situasi & lingkungan (sistem & budaya). Peran Tunas Integritas 1) menjadi jembatan
masa depan kesuksesan organisasi 2) berpartisipasi aktif membangun sistem integritas; peluang
korupsi ditutup 3) mempengaruhi orang lain untuk berintegritas tinggi. Tunas integritas
diharapkan memiliki kemmapuan re-framing kultur/budaya yaitu mengembalikan budaya dengan
cara memutuskan generasi yang tidak sesuai untuk dikembalikan seperti semula tau menjadi
lebih baik. Utilisasi fenomena perilaku otomatis dimulai dari perubahan diri, keluarga, organisasi
dan bangsa dengan menciptakan peradaban yang lebih baik.

Nilai Dasar Anti Korupsi: (1) Jujur (2) Peduli (3) Mandiri (4) Disiplin (5) Tanggung Jawab (6)
Kerja Keras (7) Sederhana (8) Berani (9) Adil. 3 Proses sosial yg berperan dalam proses
perubahan sikap & perilaku:
> Kesediaan (compliance) > identifikasi (identification) > internalisasi (internalization) integritas
sebagai suatu proses sosial yg ditujukan untuk mengatasi korupsi. Tujuh semangat dasar yang
diharapkan dapat ditumbuhkan kembali di bumi pertiwi antara lain ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Keikhlasan dan Ketulusan, Pengabdian dan Tanggung Jawab, Menghasilkan
yang terbaik, kekeluargaan, keadilan dan kemanusiaan, dan perjuangan.

Profil Tokoh
Jaksa Agung R Soeprapto
Soeprapto adalah seorang jaksa/hakim karier. Sejak 31 Mei 1917 menjadi staf Ketua
Pengadilan Negeri Tulungagung dengan gaji 100 gulden per bulan. Setelah ia bertugas di
Surabaya, Semarang, Demak, Purworejo, Bandung, Banyuwangi, Singaraja, Denpasar, Mataram
(Lombok), Cirebon dan Salatiga. Ketika Jepang datang Maret 1942, Soeprapto menjabat Kepala
Pengadilan Pekalongan hingga masa clash pertama tahun 1947. Karena memilih sikap non-
kooperatif, ia mengungsi ke wilayah Republik di Yogyakarta. Sebelum dilantik sebagai Jaksa
Agung, 28 Desember 1950, ia menjadi hakim anggota Mahkamah Agung. Soeprapto wafat 2
Desember 1964 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Beliau cukup berani untuk menjatuhkan hukuman kepada Menteri Luar Negeri Roeslan Abdul
Gani karena dianggap telah menerima uang dari China senilai Rp 1,5 juta untuk mencetak kertas
pemilu. Kasus itu begitu ramai hingga membuat istri Abdul Gani menelepon Nasution agar bisa
menggunakan pengaruhnya sampai Soekarno. Soekarno datang kepada Jaksa Soeprato, namun
akhirnya presiden pertama Indonesia itu menyerahkan keputusan yang terbaik kepada
Soeprapto. Tanpa basa-basi, Suprapto memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kepada Abdul
Gani, karena jelas apa yang dilakukan olehnya adalah tindakan korupsi. Dalam lingkungan
keluarga pun, Jaksa Agung Soeprapto cukup tegas untuk memberikan pendidikan karakter bagi
anaknya. Dia pernah meminta anaknya untuk mengembalikan sogokan berupa cincin bermata
giok dari China yang diberikan kepada keluarganya. Tak hanya meminta, jaksa yang menjabat
pada tahun 1951 – 1959 ini juga memberi tahu dan menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan
anaknya adalah salah secara hukum.

B. Penerapan
Penerapan konsep anti korupsi pada Kedokteran
1. Sebagai seorang dokter saya tidak pernah membawa alat-alat kesehatan atau alat
kesehatan habis pakai yang ada dipuskesmas untuk keuntungan saya sendiri.
2. Tidak pernah memberikan pernyataan palsu. Contohnya seperti surat keterangan sehat
jasmani, surat sakit maupun surat bebas covid19
3. Saya menjadi ASN dengan hasil yang saya peroleh sendiri tanpa ada unsur korupsi.
Jadi saya akan berupaya tidak akan pernah melakukan penyalahgunaan wewenang,
penyuapan, penerimaan sesuatu yang ilegal dan pemerasan secara ekonomi.
Dalu-dalu, 24 Oktober 2020

dr. Puspita Dewi Kusuma


NIP.198908252019032011

Anda mungkin juga menyukai