Anda di halaman 1dari 4

Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Ditulis oleh Faisal Batennie pada Selasa, 11 September 2012 12:07:38


PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PERGURUAN TINGGI
Oleh: Drs. H. Faisal Batennie, M.Pd
Pengampu Mata Kuliah Anti Korupsi

Pemikiran perlunya pendidikan anti korupsi di Perguruan Tinggi di Indonesia adalah


sebagai bentuk kepedulian Perguruan Tinggi untuk menghasilkan mahasiswa yang
berintegritas. Mahasiswa perlu dibekali pengetahuan mengenai korupsi yang
bertujuan untuk meningkatkan kepedulian mereka akan bahaya korupsi yang
mengancam keberlangsungan peri kehidupan suatu bangsa dan negara.
Sebagaimana ketahui bahwa di negara kita RI tercinta adalah negara kaya akan
potensi SDA sudah sepantasnyalah bangsa ini hidup dalam kesejahteraan dan
kemakmuran dalam bingakai negara kesatuan RI. Namun sungguh mengherankan
sudah 67 tahun merdeka negara RI masih dalam tahap negara berkembang yang
sebagian besar rakyatnya hidup dalam batas garis kemiskinan. Sesunguhnya apa
yang terjadi dalam negara ini yang belum mampu mengantar cita-cita luhur rakyat
untuk mewujudkan negara yang adil dan makmur.

A. Pendahuluan
Salah satu penyebab negara RI belum bisa mewujudkan tujuan pembangunan
nasional adalalah semakin maraknya prilaku korupsi dalam kehidupan berbangsa
bernegara. Oleh karena itu prilaku korupsi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara harus diberantas, sebab jika tidak akan menghancurkan sendi-sendi
kehidupan yang seharunya sejahtera mana kala mampu mengelola dan memfataat
SDA yang berlimpah ruah sebagai nikmat Tuhan yang diberikan kepada bangsa dan
negara RI. Nanang T (2011: V) “Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi
kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem demorasi,
sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahaan, dan tatanan sosial
kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah
dilakukan selama ini belum menunjukan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai
tingkatan tetap saja merajalela terjadi seolah-oleh telah menjadi bagian dari
kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini
tetap kita dibiarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan
menghancurkan negeri.”
Pertanyaannya sekarang apakah kita membiarkan negeri ini hancur, kemudian
kehancuranb itu akan diwariskan kepada anak cucu kita yang akan hidup dihari akan
datang, apabila pertanyaan ini dijawab dalam bahasa hati nurani yang dalam
tentunya kita sepakat tidak akan memwariskan negeri yang hancur kepada anak
cucu kita. Lantas apa yang dapat kita lakukan untuk melawan korupsi yang merajala,
kembali pada diri kita sendiri yang akan berupaya keras menolak nilai-nilai korupsi
yang sudah membudaya dalam sendi kehidupan kita. Berawal dalam diri kita harus
berjuang menjauhkan kebiasaan korupsi, kemudian berlanjut pada keluarga, dan
lingkungan pekerjaan kita harus dibebaskan prilaku korupsi.
B. Pengertian Korupsi
%6%.
Agus MK (2011: 25) “Korupsi sesungguhnya sudah lama ada terutama sejak
manusia pertama kali mengenal tata kelola administrasi. Pada kebanyakan kasus
korupsi yang dipublikasikan media, seringkali perbuatan korupsi tidak lepas dari
kekuasaan, birokrasi, ataupun pemerintahan. Korupsi sering dikaitkan dengan
pemaknaannya dengan politik. Sekalipun sudah dikatagorikan sebagai tindak yang
melawan hukum, pengertian korupsi dipisaahkan dari bentuk pelenggaraan hukum
lainnya. Selain mengkaitkan korupsi dengan politik, korupsi juga dikaitkan dengan
perekonomian, kebijakan pablik, kebijakan internasional, kesejahteraan sosial, dan
pembangunan nasional. Begitu luasnya asfek-asfek yang terkait dengan korupsi
hingga organisasi internasional seperti PBB memilikibadan hukum khusus memantau
korupsi di dunia. Dasar ataulandasan untuk memberantas dan menanggulangi
korupsi adalah memahami pengertian korupsi itu sendiri”.
Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidak jujuran, dapat disuap, , tidak bermoral, dan menyimpang dari kesucian.
%6%. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan
untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan. Dan sebagainya.
%6%. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti pengelapan uang, penerimaan uang
sogok dan sebagainya.
%6%. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Bentuk-bentuk korupsi
%6%. Kerugian negara: Melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri,
menyalagunakan wewenang, kesempatan.
%6%. Suap menyuap
%6%. Pengelapan dalam jabatan
%6%. Pemerasaan
%6%. Perbuatan curang.
%6%. Benturan kepentingan dalam pengedaan.
%6%. Gratifikasi

C. Faktor Penyebab Korupsi


%6%.
Indah SU (2011:41) “Korupsi di tanah negeri, ibarat ‘warisan haram” tampa surat
wasiat. Ia tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam
tiap orde yang datang silih berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit
korupsi. Apabila disederhanakan penyebabnya meliputi dua faktor, yaitu faktor
internal dan faftor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korusi yang datang
dari diri pribadi, sedangkan faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korusi
karena sebab-sebab dari luar.
Faktor internal terdiri dari dari asfek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran,
rasa malu, asfek sikap atau prilaku misalnya pola hidup konsumtif dan asfek sosial
seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk dapat berprilaku korup.
Faktor ekstrernal bisa dilacak dari asfek ekonomi misalnya mendapatkan atau gaji
tidak mencukupi kebutuhan, asfek politik misalnya instabilitas politik, kepentingan
politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, asfek manajemen dan organisasi
yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, asfek hukum terlihat dari buruknya
wujud perundang-undangan dan lemahnya penegagkan hukum, serta asfek sosial
yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung prilaku korupsi”.

D. Dampak Masif Korusi


%6%.
Yusuf K (2011: 55) “Meluasnya praktek korusi di negara kita akan memperburuk
kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas
buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan
suatu negara akan terancam, terjadinya kerusakan lingkungan hidup, dan citra
pemerintahan yang buru dimata internasional sehinggga mengoyahkan sendi-sendi
kepercayaan investasi dan dunia usaha pihak lain, krisis ekonomi yang
berkepanjangan, dan negarapun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan”.
Dengan demikian korupsi tidak hanyaberdampak terhadap satu asfek kehidupan
saja, akan tetapi korusi dapat menimbulkan efek domino yang meluas terhadap
eksistensi bangsa dan negara.

E. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi


Romi Dkk (2011:74) “ Pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya faktor internal
(niat) dan faktor eksternal (kesempatan). Niat lebih terkait dengan faktor individu
yang meliputi prilaku dan nilai-nilai yang dianut, sedangkan kesempatan terkait
dengan sistem yang berlaku. Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada semua individu.” Setidaknya ada 9
(Sembilan) nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk ditanamkan pada semua
orang, yaitu :
%6%. Kejujuran
%6%. Kepedulian
%6%. Kemandirian
%6%. Kedisiplinan
%6%. Tanggung jawab
%6%. Kerja Keras,
%6%. Sederhana,
%6%. Keberanian, dan
%6%. Keadilan.

F. Upaya Pemberantasan Korupsi


Marcella ES (2011:87) “Banyak sekali hambatan dalam pemberantasan korupsi,
terlebih bila korupsi sudah secara sistemik mengakar dalam segala asfek kehidupan
masyarakat dalam sebuah negara. Beragam cara sudah dicoba, namun praktek
korupsi tetap subur dan berkembang baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Kegagalan pemberantas korupsi dimasa lalu tidak boleh menyurutkan keinginan
semua pihak untuk memberantas korupsi. Perlu dipahami bahwa tidak ada suatu
konsep tunggal yang dapat menjawab bagaimana korupsi harus dicegah dan
diberantas. Semua cara, strategi dan upaya harus dilakukan dalam rangka
memberantas korupsi”.

Anda mungkin juga menyukai