Anda di halaman 1dari 3

Korupsi

Pengertian korupsi
Menurut Robert O. Tilman, baik buruknya korupsi tergatung dari cara pandang setiap orang
seperti keindahan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, sangat banyak konotasi jelek tentang apa itu korupsi.
Dalam pandangan masyarakatpun juga demikian. Intinya Korupsi adalah tindakan yang menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan apa yang di inginkan. Contoh kasusnya adalah menyogok.
Dan menurut Elwi (2021), Definisi dari Korupsi sendiri adalah penyalahgunaan kekuasaan atau
kewenangan demi mendapatkan keuntungan pribadi yang bisa merugikan rakyat dalam suatu negara.
Tidak sedikit orang-orang yang menganggap perbuatan itu sangat mencela. (hlm 1)
Banyaknya kerugian yang dihasilkan membuat masyarakat sangat geram terhadap perilaku
korupsi. Karena itulah korupsi mendapatkan citra yang sangat buruk dalam masyarakat.

Penyebab korupsi

Dwiputrianti (2009) menyatakan Bersumber pada penelitian Singh (1974) di India, indikasi
terjadinya perilaku korup yaitu lemahnya kemoralan (41,3%), masalah ekonomi (23,8%), masalah
administrasi (17,2 %), dan kurangnya struktur sosial (7,08 %). Sedangkan menurut Merican (1971)
perilaku korup terjadi karena: (a) turunan pemerintah masa penjajahan; (b) kesulitan ekonomi; (c)
kurangnya pendapatan; (d) pandangan yang umum; (e) hukum yang tidak serius; dan (f) kurangnya ilmu.
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan korupsi merajalela. Misalnya, ketidak konsistenan
hukum dalam suatu negara. Ketidak konsistenan ini terjadi setiap adanya pergantian pemerintahan. Setiap
era pemerintahan baru, pasti ada saja peraturan yang diubah sesuai dengan program yang ingin dijalankan
oleh pemerintah. Hal ini bisa menjadi cela yang dimanfaatkan oleh pelaku korup. Kemudian ada
penyalahgunaan kekuasaan dan Gengsi untuk menunjukkan siapa yang paling berkuasa.
Keserakahan juga merupakan salah satu faktor besar yang memicu terjadinya tindak korupsi.
Kebanyakan orang-orang serakah yang melakukan tindak korup bukanlah orang yang kehidupan
ekonominya kurang, melainkan orang-orang kaya yang selalu merasa kurang dan ingin lebih dari
siapapun.
Tindak pidana yang didapatkan oleh pelaku korupsi terbilang ringan mengingat keuntungan yang
didapatkan oleh pelaku sangatlah besar. Karena kurangnya pendalaman agama dan etika karena terlalu
tergiur dengan kenikmatan dunia, para pelaku korup sudah tidak merasa melakukan hal yang salah saat
melancarkan aksinya. Ketika seseorang sudah mendalami ajaran agamanya secara benar, pasti akan ragu
Ketika ingin berbuat dosa apalagi korupsi, (hlm 263-264)
Oleh karena itu, Badan Pengawas Keuangan dan pembangunan Republik Indonesia mengidentifikasi
beberapa sebab terjadinya korupsi, yaitu:
a. Diri sendiri
Kemalasan bisa memicu seseorang untuk mendapatkan segalanya secara instan, salah satunya
ialah korupsi. Ditambah dengan gaya hidup yang sangat konsumtif dan tidak sesuai dengan
pendapatan, membuat kasus korupsi semakin meningkat.
b. Organisasi
Korupsi bisa terjadi karena tidak tegasnya pemimpin dalam suatu organisasi.
c. Lingkungan
Faktor lingkungan bisa menjadi penentu kebiasaan. Jika dalam suatu lingkungan menganggap
korupsi bukanlah hal yang besar, maka tidak heran jika seseorang atau sebuah organisasi tanpa
ragu melakukan tindak korupsi.
d. Sistem yang buruk bisa mengakibatkan korupsi berjalan dengan lancar.

Pemberantasan Korupsi
Menurut Waluyo (2014), Sudah sepatutnya kalau pemberantasan korupsi menjadi prioritas utama
agar kesejahteraan rakyat dan negara lebih terjamin. Para pemberantas korupsi berupaya untuk melakukan
pemberantasan sebisa mungkin dan berusaha agar hasil yang diraih bisa maksimal. Beberapa strategi
yang diterapkan agar bisa menghambat lajunya kasus korupsi di Indonesia. Tidak hanya itu, lembaga
antikorup juga dibentuk agar tingkat keberhasilan lebih tinggi.
Strategi yang diterapkan meliputi:

 Peningkatan Integritas dan etika Penyelenggara Negara


 Pemantapan dan Percepatan Reformasi Birokrasi
 Penguatan Budaya Anti Korupsi Masyarakat
 Penegakan Hukum yang Tegas, Konsisten, dan Terpadu

Pencegahan Korupsi
Peribahasa “Mencegah lebih baik daripada mengobati” rasanya sangat cocok untuk menggambarkan
situasi dimana penindakan hukum sudah menjadi kurang efektif untuk memberikan efek jera kepada para
koruptor. Bahkan strategi yang diterapkan dan Lembaga yang dibentuk masih belum cukup untuk
memberikan efek jera kepada para pelaku korupsi. Pencegahan korupsi adalah Langkah awal untuk
memberantas korupsi. Jahja, J. S. (2012)

Pemberantasan korupsi harus dimulai dari masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat terbiasa hidup
didalam lingkungan yang tidak jujur, kecurangan akan menjadi kebiasaan yang dapat menimbulkan
tindakan korupsi. Oleh karena itu, kita harus mencegah tindak kecurangan dalam lingkungan kita
sehingga kecurangan tidak menjadi hal yang biasa dalam masyarakat.
Daftar Pustaka

Daniri, A., & Roseline, E. (2021). Cegah korupsi dengan pendekatan (R. Indra, V. Praba, OfryJ,

& S. Cynthia, Eds.). Penerbit Andi.

Dwiputrianti, S. (2009). Memahami strategi pemberantasan korupsi di Indonesia. Sintesis, 6(3),

256–281. https://doi.org/10.31113/jia.v6i3.364

Elwi Danil, H. (2016). Korupsi: konsep, tindak pidana, dan pemberantasannya. PT.

RajaGrafindo Persada.

Jahja, J. S. (2012). Say no to korupsi (Z. Simatur & E. M. Giri, Eds.). Transmedia Pustaka.

Waluyo, B. (2014). Optimalisasi pemberantasan korupsi di Indonesia. Sintesis, 1(2), 169–182.

https://doi.org/10.35586/.v1i2.149

Anda mungkin juga menyukai