Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN DISKUSI TENTANG MATERI MANUSIA DAN HUKUM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sosial budaya

Dosen : Tati Ruhmawati, skm, M.kes

Disusun Oleh:
1. Adjeng Afitalia Z (P17336120401)
2. Alfiyyah Nurul A (P17336120405)
3. Amanda Aretuza F (P17336120409)
4. Fatimah Azzahra Z N (P17336120421)
5. Larenthya kalya (P17336120426)
6. Raden Roro F S (P17336120446)
7. Salma Salsabila F (P17336120450)
8. Yohan Chemil (P17336120457)

D-IV PROMOSI KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Jl. Westhoff No. 31 Pasir Kaliki Kec. Cicendo Kota Bandung


Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi

Faktor penyebab korupsi dibagi menjadi dua. Yaitu diantaranya faktor internal dan
faktor eksternal, yang masing-masing faktor tersebut memiliki beberapa poin-
poin .

 faktor internal

Yang menjadi penyebab akibat terjadinya korupsi pada faktor internal adalah :

1. Sifat rakus atau tamak yang dimiliki oleh manusia.

Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang
dimilikinya saat ini. Mereka cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka
miliki dan hal tersebut akan mendorong manusia tersebut untuk melakukan
korupsi.

2. Gaya hidup yang konsumtif.

Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari-hari
berlebihan, atau dapat disebut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup
yang semacam ini akan mendorong mereka untuk melakukan korupsi karena
apabila dari penghasilan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi gaya hidup
mereka yang boros.

3. Moral yang kurang kuat.

Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu akibat moral
manusia yang kurang kuat. Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang dan
mereka lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri.

 Faktor eksternal
Penyebab korupsi dari faktor eksternal antara lain:

1) Politik

Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik


sendiri berhubungan dengan kekuasaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti akan
menggunakan berbagai cara, bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan
kekuasaan tersebut. Faktor politik terbagi menjadi dua yaitu kekuasaan dan
stabilitas politik.

2) Hukum

Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro
pada pihak-pihak tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri.
Faktor hukum juga dibagi menjadi dua yaitu konsistensi penegakan hukum dan
kepastian hukum.

3) Ekonomi

Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya korupsi. Hal
tersebut dapat dilihat dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Faktor ekonomi
juga terbagi menjdai dua yaitu gaji atau pendapatan dan sistem ekonomi.

4) Organisasi

Faktor organisasi memiliki beberapa aspek yang menyebabkan korupsi ,


diantaranya yaitu :

 Kultur atau budaya


 Pimpinan
 Akuntabilitas
 Manajemen atau sistem

FAKTOR PENYEBAB PEMBUNUHAN

Berbagai faktor penyebab seringkali menjadi daya penggerak bagi seseorang


merencanakan, memutuskan, dan membunuh orang lain. Ini bisa dipicu karena
adanya konflik sosio-emosional. Seorang yang merasa kecewa, sakit hati atau
dendam secara ekstrem akan melampiaskan rasa kecewa, sakit hati, dendam atau
amarah dengan cara membunuh.

Rendahnya toleransi dalam mengatasi kekecewaan dan kemarahan akibat konflik,


seringkali mendorong munculnya agresivitas yang tidak dapat dikendalikan
manusia. Kemudian menyerang lawannya walaupun mungkin pada awalnya tidak
berniat untuk membunuh. Sikap yang tidak mudah memaafkan orang lain
menyebabkan rendahnya toleransi manusia terhadap ke tidak nyamanan yang
dialami. Ini akan mendorong munculnya agresivitas. Semakin sulit dan tidak dapat
memaafkan maka semakin besar juga dorongan agresivitasnya kepada orang lain.

Faktor lainnya, pola asuh yang tidak baik dalam menyelesaikan konflik pada masa
kanak-kanak, bisa dilihat dari kebiasaan orangtua merespons anak yang berkelahi
dengan temannya dan pulang ke rumah dengan menangis. Banyak orangtua yang
justru memarahi anaknya atau mengejek anak dengan ungkapan bodoh dan lemah,
serta mendorongnya untuk kembali melawan.
Misalnya ayah yang ingin mengajarkan anaknya untuk menjadi kuat dengan
mengatakan, “Bodoh, kalau kamu di pukul jangan nangis, pukul lagi, kalau perlu
ambil kayu dan pukul kepalanya.” Nasihat ini direkam anak sehingga ketika ia
menghadapi peristiwa yang sama, perintah yang sudah terekam di memori secara
otomatis menggerakkan perilakunya untuk menyerang.

Imitasi perilaku akibat pemberitaan media yang menayangkan reka ulang kejahatan
dengan korban yang di tampilkan secara terang dan nyata, juga menjadi salah satu
faktornya. Terakhir, kemampuan komunikasi yang lemah sehingga membuat
konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik, menyebabkan perdebatan panjang
dan saling menyerang secara verbal dan berujung pada penyerangan secara fisik.

Faktor terjadinya pencurian :

~ Kesenjangan sosial

~ Kurangnya kesadaran sendiri

~ Kemiskinan

~ Tidak adanya lowongan pekerjaan


~ Pendidikan yang biasanya rendah

~ Kebutuhan yang sangat urgent

Solusi untuk mengatasi korupsi

Pertama, memperkuat keimanan dan budaya malu. Bagaimanapun juga,


keimanan adalah benteng terbaik untuk mencegah perbuatan menipu. Karena orang
yang imannya kuat takut terhadap adzab Allah dan merasa senantiasa diawasi oleh
Allah meski tidak ada manusia yang melihatnya. Adapun rasa malu adalah bagian
dari iman, yang tidak boleh hilang dari diri seorang mukmin. Jika orang-orang
Jepang yang notabene nonmuslim saja memiliki budaya malu yang kuat,
bagaimana mungkin kita di negeri ini yanbg mayoritas muslim justru ’rai gedheg’,
’muka badak’, dan tidak punya rasa malu?

Kedua, sistem penggajian yang layak. Sebagai manusia biasa, para


pejabat/birokrat tentu memerlukan uang untuk mencukupi kebutuhan diri dan
keluarganya. Untuk itu, agar bisa bekerja dengan tenang dan tak tergoda untuk
berbuat curang, mereka harus diberi gaji dan fasilitas yang layak. Rasulullah saw.
Bersabda, ”Siapa yang bekerja untukku dalam keadaan tidak beristri, hendaklah
menikah; atau tidak memiliki pelayan, hendaklah mengambil pelayan; atau tidak
mempunyai rumah, hendaklah mengambil rumah; atau tidak mempunyai
tunggangan (kendaraan), hendaknya mengambil kendaraan. Siapa saja yang
mengambil selain itu, dia curang atau pencuri!” (HR Abu Dawud). Namun ini juga
bukan satu-satunya solusi, karena manusia itu cenderung untuk tidak pernah puas
hingga tanah menyumpal mulutnya (yakni mati). Kita lihat sendiri, betapa banyak
para pejabat yang gajinya sudah banyak tapi tetap saja melakukan korupsi.

Ketiga, pembuatan sistem, birokrasi, dan hukum yang antikorupsi dan


antikolusi, misalnya hukum yang melarang segala bentuk pemberian suap ataupun
hadiah (gratifikasi) kepada pejabat atau hakim. Rasulullah saw bersabda, “Hadiah
yang diberikan kepada para pejabat adalah suht (haram) dan suap yang diterima
hakim adalah kufur” (HR Imam Ahmad).

Keempat, penghitungan kekayaan pejabat dan pembuktian terbalik. Orang


yang melakukan korupsi, tentu jumlah kekayaannya akan bertambah dengan cepat.
Meski tidak selalu orang yang cepat kaya pasti karena telah melakukan korupsi.
Bisa saja ia mendapatkan semua kekayaannya itu dari warisan, keberhasilan bisnis
atau cara lain yang halal. Tapi perhitungan kekayaan dan pembuktian terbalik
sebagaimana telah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab menjadi cara yang
bagus untuk mencegah korupsi. Semasa menjadi khalifah, Umar menghitung
kekayaan para pejabat di awal dan di akhir jabatannya. Bila terdapat kenaikan yang
tidak wajar, yang bersangkutan, diminta membuktikan bahwa kekayaan yang
dimilikinya itu didapat dengan cara yang halal. (Thabaqât Ibn Sa’ad, Târîkh al-
Khulafâ’ as-Suyuthi).

Kelima, hukuman yang berat. Tindak pidana korupsi termasuk dalam


kelompok tindak pidana takzir. Oleh sebab itu, penentuan hukuman, baik jenis,
bentuk dan jumlahnya diserahkan kepada pemerintah, dalam hal ini lembaga
hukum dan peradilan. Penentuan hukuman terhadap koruptor harus mengacu
kepada tujuan syarak (maqashid asy-syari’ah), kemaslahatan masyarakat, situasi
dan kondisi lingkungan, dan situasi serta kondisi sang koruptor, sehingga koruptor
akan jera melakukan korupsi, dan hukuman itu juga bisa menjadi tindakan
preventif bagi orang lain. Menurut Abdul Qodir Audah, Abdul Aziz Amir, dan
Ahmad Fathi Bahnasi, ketiganya pakar Hukum Pidana Islam, hukuman takzir bisa
berbentuk hukuman paling ringan, seperti menegur pelaku pidana, mencela atau
mempermalukan pelaku, dan bisa juga hukuman yang terberat, seperti hukuman
mati. Nah, kalau kita melihat praktek korupsi yang sudah begitu membudaya dan
mengakar di negeri kita ini, sudah selayaknya diberlakukan hukuman yang paling
berat agar bisa memberikan efek jera, dan bisa memutus budaya korupsi yang
sudah seperti lingkaran setan ini.

Keenam, penegakan hukum secara tegas dan tanpa pandang bulu. Percuma
saja hukum dibuat jika hanya untuk dilanggar. Hukum baru bisa berfungsi sebagai
hukum jika diterapkan secara tegas dan tanpa pandang bulu.

Ketujuh, teladan dari para pemimpin. Kalau pemimpinnya memiliki


keberanian dan kesungguhan untuk itu, saya yakin, korupsi dapat ditekan atau
dikurangi, bahkan dihilangkan. Ini juga sejalan dengan pepatah bijak yang artinya
“manusia itu mengikuti agama pemimpin mereka”. Jika pemimpinnya bersih, yang
dipimpin juga akan bersih atau setidaknya dapat diharapkan untuk menjadi bersih.
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz pernah memberikan teladan yang sangat baik
sekali ketika beliau pernah mematikan fasilitas lampu di ruang kerjanya pada saat
menerima anaknya. Hal ini dilakukan karena pertemuan itu tidak ada sangkut
pautnya dengan urusan negara.

Kedelapan, kesadaran kolektif dan kontrol publik. Bagaimanapun juga,


harus ada kesadaran kolektif seluruh rakyat negeri ini mengenai pemberantasan
korupsi, karena penyakit ini sudah mewabah dengan hebat. Tidak cukup kesadaran
ini hanya dimiliki oleh segelintir orang saja. Demikian pula, masyarakat harus
secara aktif dan terus-menerus mengontrol para pejabat agar tidak melakukan
korupsi. Dalam hal ini, peran media sangat penting, tanpa harus terkotori oleh
berbagai manipulasi dan akrobat politik.

Solusi untuk mengatasi pembunuhan

1. Menjunjung Tinggi Norma dan Agama Di Masyarakat

Salah satu cara mencegah tindakan pembunuhan adalah dengan menjunjung


tinggi norma di masyarakat. Tentunya dengan adanya upaya menjunjung kembali
norma dan nilai dimasyarakat. Maka tentu upaya tindakan pembunuhan dapat
dicegah. Selain itu, masyarakat indonesia juga harus menyadari bahwa nilai agama
dan norma yang berlaku dimasyarakat merupakan bagian dari tradisi dan budaya.
Tentunya hal ini merupakan alarm bagi kita untuk bisa membedakan antara
perbuatan baik dan tidak.

2. Jangan Mudah Terpancing Emosi

Banyak tindakan kriminalitas yang dipicu karena emosi yang berlebihan. Oleh
sebab itu, salah satu cara mencegah pembunuhan adalah dengan cara jangan
mudah terpancing emosi atau kemarahan. Sebab emosi dan marah dapat membuat
orang menjadi kalap dan gelap mata. Dalam keadaan aman emosi tidak terkendali
maka seseorang dapat melakukan tindak pembunuhan secara spontan. Oleh sebab
itu, jangan mudah marah dan terpancing emosi, sebab keadaan akan meburuk
ketika anda hanya mengedepankan kemarahan dan emosi.

3. Tindakan Tegas Dari Aparat Hukum


Salah satu upaya untuk menekan tidakan pembunuhan adalah dengan cara
membuat pelaku menjadi jera. Formula yang tepat adalah dengan cara memberikan
hukum yang tegas, bagi pelaku. Oleh sebab itu, diperlukan ketegasan hukum dari
aparat hukum. Tentunya Indonesia adalah negara hukum sehingga segala
sesuatunya sudah berlandaskan dan didasarkan pada hukum. Namun, dalam
beberapa kasus masih terlihat adanya ketidaktegasan dari aparat..

Solusi untuk mencegah pencurian

Menciptakan Lapangan Kerja Sebanyak-Banyaknya

Cukup miris memang saat kita mendengar seorang mencuri makanan karena tidak
memiliki kemampuan untuk membeli makan. Padahal makan merupakan salah satu
kebutuhan primer manusia. Hal ini menunjukkan bawa faktor ekonomi sangat
memberikan pengaruh seseorang untuk dapat melakukan tindakan kriminal. Oleh
sebab itu, salah satu cara untuk dapat mencegah tindakan pencurian adalah dengan
memberikan lapangan pekerjaan. Dengan adanya pekerjaan maka setiap orang
akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka yang memiliki penghasilan tetap
pasti tidak akan memiliki pemikiran untuk melakukan tindak kejahatan demi uang.

Menggerakkan Roda Perekmonomian Terutama Ekonomi Kerakyatan

Salah satu fungsi pemerintahan dalam upaya mencegah pencurian adalah dengan
menggerakkan roda perekonomian kerakyatan. Dengan demikian, semua orang
akan memiliki kesempatan yang sama untuk bisa berusaha. Mendapatkan
penghasilan dan memperbaiki kondisi ekonomi. Tentu saja hal ini harus bersinergi
dengan kemauan dari individunya sendiri. Jika mereka ingin memperbaiki keadaan
dan menjauhkan diri dari potensi tindakan kriminal maka tentu mereka wajib
bersungguh-sungguh
Daftar Pustaka

https://hukamnas.com/cara-mengatasi-kriminalitas

https://makalahnih.blogspot.com/2018/02/kiat-dan-solusi-untuk-mengurangi-
kasus-pembunuhan.html

https://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=28950

Anda mungkin juga menyukai