Anda di halaman 1dari 18

A.

Perkembangan Tindak Pidana Korupsi

Tindak Pidana Korupsi yang meluas dan sistematis


merupakan pelanggaran atas Hak Asasi Manusia,
khususnya hak sosial dan hak ekonomi. Metode
pemberantasan dan “pertumbuhan/modus” tindak
pidana korupsi selalu berlomba-lomba muncul. Metode
Pemberantasan TIPIKOR selalu diperbarui, namun
modus dan polanya tidak berhenti pada satu titik.
Kata kunci yang harus diimplementasikan “kejahatan
luar biasa harus dilawan dengan cara yang luar biasa”
dengan cuma sekedar slogan dalam dokumen politik.

1
1. PERBUATAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Modus operandi tindak pidana korupsi dilakukan secara
terselubung, terorganisir dan berdasarkan suatu keahlian yang
dimiliki seseorang.

No. Profesi Tindakan Keterangan


1. Pegawai Menyuap/memberi hadiah, Pegawai Negeri
Negeri Menerima suap/hadiah, karena/
menggelapkan/membiarkan berhubungan
nya, memalsukan dengan jabatannya,
buku/merusak bukti/ untuk pemeriksaan
membiarkannya/ membantu administrasi,
orang lain, memeras, memeras PN lain,
menyerobot tanah negara, gratifikasi yang tidak
turut serta dalam pengadaan dilaporkan.
yang diurusnya, menerima
gratifikasi 2
2. Pemborong / Berbuat curang Mutu / Kualitas Proyek
Kontraktor
3. Pengawas Proyek/ Membiarkan Perbuatan curang
PKK
4. Rekanan/ TNI/POLRI/PNS Berbuat Curang/ membiarkan
Pengawas perbuatan curang
Rekanan/
Penerima Barang
5. Siapa Saja Menerima/memberi Hakim, Jaksa, Advokat, Polisi
suap
6. Hakim, Advokat, Menerima/memberi Secara bersama-sama
Jaksa, Polisi suap
7. Bank Tdk memberikan Rekening Tersangka
keterangan
8. Saksi/ Ahli / Tidak memberikan / Keterangan yang benar /
seseorang yang memberikan keterangan palsu
memegang rahasia
jabatan 3
7 JENIS
PERBUATAN KORUPSI

1. Merugikan Keuangan Negara


2. Penyuapan (memberi / menerima)
3. Pemerasan
4. Penggelapan dalam Jabatan
5. Perbuatan Curang
6. Gratifikasi
7. Benturan dalam Jabatan (Kepentingan
dalam pengadaan)

4
B. GRATIFIKASI
1. Pemberian hadiah/parsel kepada pejabat ;

2. Hadiah/sumbangan pada saat perkawinan anak;

3. Pemberian tiket perjalanan untuk keperluan pribadi;

4. Potongan harga khusus bagi pejabat barang dari


rekanan;
5. Pemberian biaya ongkos haji dari rekanan kepada
pejabat;
6. Pemberian hadiah ULTAH dari rekakan;

7. Pemberian hadiah /souvenir kepada pejabat pada saat


kunjungan kerja;
8. Pemberian hadiah/uang sebagai ucapan terimakasih
5
C. Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) (UU No. 08 Tahun
2010) .
Adalah rangkaian yang dilakukan seseorang / organisasi
terhadap uang haram (berasal dari kejahatan) dgn maksud
menyembunyikan/menyamarkan asal-usul uang tersebut
dari pemerintah/otoritas yang berwenang melakukan
penindakan.
Dengan modus :
1. Penyembunyian ke dalam struktur bisnis;
2. Penyalahgunaan bisnis yang sah;
3. Penggunaan Identias palsu, dokumen palsu atau
perantara;
4. Pengeksploitasian masalah yang menyangkut yurisdiksi
internasional dan
5. Penggunaan tipe harta kekayaan tanpa nama 6
D. OBSTRUCTION OF JUSTICE
Ooj adalah suatu tindakan yang bertujuan menghalang-
halangi proses hukum dan keadilan di pengadilan dari awal
hingga proses tersebut selesai.

Tindakan tersebut berupa :


Intervensi dengan segala bentuknya seperti: tidak mau
menjadi saksi, memberikan keterangan palsu,
menghilangkan /menyembunyikan/merusak barang bukti,
mengintimidasi saksi, penyidik atau penegak hukum atau
bahkan sampai mencelakai.

Ooj termasuk delik formil yaitu perbuatan yang telah


dianggap terjadi dipenuhi unsur-unsur perbuatan tanpa
perlu adanya akibat dari perbuatan tersebut. 7
E. WHISTLEBLOWER (WB) DAN JUSTICE
COLLABORATOR (JC)

WB (Peniup Pluit) adalah seseorang yang tidak terlibat


namun bersedia mengungkapkan fakta sebenarnya
kepada penegak hukum atas sebuah skandal di
lingkungan dia berada/bekerja, sedangkan JC
( Kerjasama Keadilan) seseorang yang menjadi pelaku
tindak pidana, mengakui perbuatannya, bukan pelaku
utama, memberikan keterangan sebagai saksi utk
mengungkap pelaku lainnya yang memiliki peran yang
lebih besar dan mengembalikan aset-aset hasil kejahatan
korupsi. JC akan mendapatkan keringanan hukuman.
8
F. SABER PUNGLI

Berdasarkan Perpres No. 87 Tahun 2016 di bentuk


Satuan Tugas Pungutan Liar. Satgas ini bertugas
memberantas praktik pungli secara efektif dan efisien,
dengan mengoptimalkan personel dan sarana satuan
kerja yang bersangkutan. Satgas ini memiliki 4 fungsi
yaitu: Intelejen, pencegahan dan sosialisasi serta
penindakan dan yustisi.
Keberadaan satgas diharapkan mampu mempercepat
upaya pemberantasan tipikor di Indonesia sehingga
masy akan memperoleh hak-hak sebagai warga negara.

9
F. Korupsi dan Pelayanan Publik
Pelayanan publik merupakan salah satu bidang yang
menjadi tolok ukur penilaian keberhasilan prilaku anti
korupsi. Korupsi menjadi satu rangkaian dengan tindakan
kolusi dan nepotisme (KKN).
Secara definisi korupsi dikatakan sebagai penyalahguna an
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada pegawai
pemerintah, Kolusi merupakan persekongkolan (kesepakatan
jahat, yang dilakukan secara tersembunyi) sedangkan
nepotisme pemilihan berdasarkan hubungan/ kedekatan
pribadi dalam urusan publik, bukan dasar pada kompetensi.

10
1. Pengertian Pelayanan Publik

Tuntutan akan pelayanan publik yang prima menjadi suatu


hal yang sangat mendesak dilaksanakan disemua sektor
kehidupan mulai dari kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan
sebagainya. Pelayanan publik tidak hanya dituntut supaya
mudah tetapi juga cepat, cermat, transparan dan murah.
Pelayanan Publik didefinisikan dengan kepercayaan publik,
oleh karenanya warga negara berharap pelayanan publik
dapat melayani dengan kejujuran, keadilan, pengayoman dan
dapat dipertanggung jawabkan. Membangun kepercayaan
masyarakat atas pelayanan publik dengan memperhatikan
harapan dan tuntutan masyarakat sebagaimana amanah UU
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

11
Unsur-unsur pelayanan publik (pasal 1 angka (1) yaitu
terdiri dari :
Kegiatan atau rangkaian kegiatan
Dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan per-UU an
Untuk setiap warga negara dan penduduk
Berupa barang, jasa dan/atau pelayanan administrasi
Disediakan oleh penyelenggera pelayanan publik (negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
peraturan)

12
a. Kategori Pelayanan Publik
UU Nomor 25 Tahun 2009 menyebutkan kategori tersebut adalah :
1). Pelayanan barang publik :
a)Pengadaan dan penyaluran barang publik oleh instansi pemerintah
(bersumber dari APBN/APBD)
b)Pengadaan dan penyaluran barang publik oleh suatu Badan Usaha
(bersumber dari kekayaan negara/ daerah yang dipisahkan)
c)Pengadaan dan penyaluran barang publik selain dari (a) dan (b),
tetapi ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam
peraturan.

13
b. Pelayanan jasa publik meliputi:
1)Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah (bersumber
dari APBN/ APBD)
2)Penyediaan jasa publik oleh suatu Badan Usaha (bersumber
dari kekayaan negara/ daerah yang dipisahkan)
3)Penyediaan jasa publik selain dari (a) dan (b), tetapi
ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam
peraturan.

14
c. Pelayanan adminsitratif meliputi

1) Tindakan administratif pemerintah yang


diwajibkan oleh negara dan diatur dalam
peraturan perundang-undangan dalam rangka
mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat dan harta benda warga
negara
2) Tindakan administratif oleh instansi non
pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan
diatur dalam peraturan perundang-undangan
dan diterapkan berdasarkan perjanjian dengan
penerima layanan.

15
d. Etika Pelayanan Publik

Etika publik adalah refleksi tentang ukuran/


norma yang menentukan baik buruk, benar
salah suatu perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan amanah/tanggung
jawab. Pelayanan Publik haruslah berkualitas
dan relevan, etika publik berfungsi sebagai
alat bantu menimbang alternative dan alat
evaluasi
16
Terdapat beberapa asas dalam penyelenggaraan pelayanan
pemerintahan dan perizinan yang harus diperhatikan, yaitu :
1)Empati dengan Customer ;
2)Pembatasan Prosedur (one stop shop);
3)Kejelasan tatacara pelayanan (sederhana dan fleksibel;
4)Minimalisasi persyaratan pelayanan;
5)Kejelasan kewenangan (pembagian tugas)
6)Transparansi Biaya;
7)Kepastian waktu (jadwal dan durasi);
8)Maksimalisasi masa berlakunya ijin;
9)Efektivitas pelayanan penanganan keluhan/ klaim.
Selanjutnya disusun pengawasan terhadap penyelenggara pelayanan
publik dengan metode Pengawasan Melekat, Pengawasan Fungsional
dan Pengawasan Masyarakat.

17
18

Anda mungkin juga menyukai