Anda di halaman 1dari 10

LEARNING JOURNAL POKOK PIKIRAN DAN PENERAPAN

NILAI-NILAI DASAR PNS “ANTI KORUPSI”

SEBAGAI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP 2

RSUD KOTA PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH:

DEVY SILVIA, A.Md.Kep.

NIP. 199706272020122021

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

GELOMBANG III ANGKATAN III KELOMPOK II

PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TAHUN 2021
ANTI KORUPSI
I. POKOK PIKIRAN ANTI KORUPSI
A. Pengertian Korupsi
Secara harfiah korupsi berasal dari bahasa latin, yaitu
corruptio yang artinya busuk. Menurut Robert Klitgaard, korupsi
adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas
resmi jabatannya dalam negara, dimana untuk memperoleh
keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi atau
perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri, atau dengan
melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku
pribadi.
Secara yuridis, korupsi tertulis dalam UU No. 31 Tahun
1999 yang diperbarui menjadi UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bahwa korupsi adalah
setiap orang yang dengan sengaja dengan melawan hukum
untuk melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang mengakibatkan
kerugian keuangan negara atau perekonomian negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah
Tindakan yang dilakukan oleh pejabat publik, dimana mereka
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak
B. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Korupsi
Menurut UU No. 31 Tahun 1999 yang diperbarui menjadi
UU No. 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi (tipikor) dibagi
menjadi 7 bentuk, diantaranya:
1. Merugikan keuangan negara, penyalahgunaan
wewenang jabatan atau tindakan yang melanggar
kepentingan umum termasuk tindakan korupsi karena
merugikan keuangan negara. Misalnya, mobil dinas
yangyang disediakan untuk keperluan pekerjaan pejabat
negara justru digunakan untuk kepentingan pribadidan
keluarganya
2. Suap menyuap, biasanya dilakukan sebagai upaya
memuluskan kebutuhan penyuap dengan memberi
sejumlah uang. Misalnya, para pelanggar lalu lintas yang
memberi sejumlah uang kepada polisi agar lolos dari
hukuman.
3. Penggelapan dalam jabatan, mereka yang memiliki
jabatan tertentu dan melakukan tindakan penggelapan
uang atau dokumen berharga lain yang menguntungkan
dirinya. Misalnya, menggunakan kwitansi kosong agar
nominal didalamnya dapat direkayasa oleh pelaku
4. Pemerasan, perbuatan pihak yang menyalahgunakan
kekuasaannya untuk memaksa orang lain melakukan
sesuatu yang menguntungkan dirinya. Misalnya, pungutan
liar (pungli) yang dikenakan oleh aparat kepada
masyarakat sebagai tarif pengurusan dokumen tertentu
padahal seharusnya dokumen ini bebas biaya
5. Perbuatan curang, segala bentuk kecurungan termasuk
tindak korupsi. Misalnya, pemborong proyek bangunan
yang melibatkan kecurangan kontraktor, tukang ataupun
tok bahan bangunan
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dikenal
dengan “conflict of interest”, adalah seorang pejabat yang
dihadapkan pada peluang untuk menguntungkan dirinya
sendiri, keluarga, ataupun kroni-kroninya. Meskipun
dilakukan tender (lelang atau sistem jual beli yang
dilakukan suatu pihak dengan cara mengundang vendor
(penjual atau penyedia)) dalam proyek, pegawai negeri ikut
terlibat dalam proses dengan mengikutsertakan
perusahaan miliknya
7. Gratifikasi, merupakan pemberian hadiah dalam bentuk
apapun kepada pejabat public dengan harapan adanya
timbal balik dari si penerima. Hadiah yang diberikan bisa
berbentuk tiket perjalan gratis, paket liburan gratis, parsel
hari raya dan sebagainya.
C. Jenis-Jenis Tindak Pidana Korupsi
Ada 7 jenis korupsi menurut Syed Husein Alatas,
diantaranya:
1. Korupsi Transaktif, yaitu korupsi adanya kesepakatan
kedua belah pihak dengan sama-sama aktif menjalankan
perbuatan tersebut
2. Korupsi Ekstroaktif, yaitu korupsi dengan adanya suatu
tekanan (koersi), dimana pihak pemberi dipaksa menyuap
guna mencegah kerugian yang mengancam diri,
kepentingan, orangorangnya, atau hal-hal yang dihargai
3. Korupsi Investif, yaitu korupsi yang melibatkan suatu
penawaran barang/jasa tanpa adanya pertalian langsung
dengan keuntungan bagi pemberi, yang diharapkan
diperoleh di masa yang akan datang
4. Korupsi Nepotistik, yaitu korupsi berupa perlakukan
khusus (yang bertentangan dengan norma atau peraturan
yang berlaku) pada teman atau yang mempunyai
kedekatan hubungan dalam rangka menduduki jabatan
publik.
5. Korupsi Autogenik, yaitu korupsi yang dilakukan individu
karena memiliki kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya atas
sesuatu yang hanya diketahui dia sendiri)
6. Korupsi Suportif, yaitu korupsi yang mengacu pada
penciptaan suasana yang kondusif untuk melindungi atau
mempertahankan keberadaan tindak korupsi
7. Korupsi Defensif, yaitu korupsi terpaksa dilakukan dalam
rangka mempertahankan diri dari pemerasan).
D. Penyebab Tindak Pidana Korupsi
Menurut Gone Theory, faktor-faktor penyebab korupsi,
meliputi:
1. Greeds (Keserakahan)
2. Opportunities (Kesempatan)
3. Needs (Kebutuhan)
4. Exposure (Pengungkapan), yang berarti konsekuensi uang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku terbukti
bersalah
Pendapat lain menyebutkan bahwa korupsi dapat terjadi
karena terpaksa (by needs), memaksa (by greeds) dan dipaksa
(by system).
E. Dampak Korupsi
1. Memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi
2. Pendapat Per Kapita (PDB) rendah
3. Tingkat pengangguran tinggi
4. Tingkat Pendidikan rendah
5. Angka putus sekolah tinggi
6. Angka kematian bayi tinggi
7. Tingkat kemiskinan tinggi
8. Angka kriminalitas tinggi
9. Daya beli masyarakat di daerah rendah
F. Strategi Pemberantasan Korupsi
1. Strategi Represif, KPK menyeret ke meja hijau,
membacakan tuntutan serta menghadirkan saksi dan alat
bukti yang menguatkan
Tahapan Strategi Represi, yaitu:
a. Penanganan laporan pengaduan masyarakat
b. Penyelidikan
c. Penyidikan
d. Penuntutan
e. Pelaksanaan putusan pengadilan
2. Strategi Perbaikan Sistem, di Indonesia masih banyak
sistem yang justru membuka celah untuk terjadinya tindak
pidana korupsi. Pelayanan publik yang belum transparan
memicu terjadinya penyuapan. Tentu saja sistem yang
rumit harus diperbaiki kerena sistem yang baik bisa
meminimalisasi terjadinya tindak pidana korupsi. Misalnya,
melalui pelayanan publik yang serba online dan sistem
pengawasan terintegrasi
3. Edukasi dan Kampanye, salah satu hal dalam
pemberantasan korupsi adalah kesamaan pemahaman
mengenai tindak pidana korupsi itu sendiri. Misalnya,
pandangan tentang pemberian uang terima kasihkepada
aparat pelayanan publik yang dianggap sebagai hal yang
wajar oleh masyarakat. Maka dari itu, edukasi dan
kampanye merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan sebagai bagian dari pencegahan. Edukasi dan
kampanye memiliki peran strategis dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi. Dengan demikian seluruh
masyarakat Indonesia dapat dapat ikut turut serta beraksi
dalam memberantas korupsi.
G. Rencana Aksi Berantas Korupsi
1. Strategi Represif, aksi yang dapat dilakukan masyarakat
yaitu dengan cara DUMAS (Pengaduan Masyarakat)
dengan cara melaporkan perbuatan yang terindikasi tindak
pidana korupsi kepada KPK
2. Strategi Pemberantas Sistem, aksi yang dapat dilakukan
masyarakat yaitu dengan cara:
a. Memantau pelayanan publik
b. Melakukan kajian dan penelitian terkait layanan public
c. Menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah
d. Membangun manajemen antikorupsi di lingkungan
masing-masing
Bukannya masyarakat saja, Aparatur Sipil
Negara/Penyelenggara Negara dapat berperan dengan
cara:
a. melaporkan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara) kepada KPK secara
langsung maupun melalui pos
b. melaporkan grativikasi yang dianggap suap kepada
KPK melalui UPG (Unit Pengendali Gratifikasi)
3. Strategi Edukasi dan Kampanye, aksi yang didapat
dilakukan masyarakat yaitu dengan menyesuaikan
bakat/kemampuan yang dimiliki, diantaranya:
a. Menulis lagu-lagu korupsi
b. Menulis cerpen atau puisi tentang korupsi
c. Membuat vlog anti korupsi
H. Nilai-Nilai Dasar Anti Korupsi (Nilai-Nilai Integritas)
1. Inti Integritas
a. Jujur, adalah lurus hati, tidak curang, dan tidak
berbohong. Seseorang yang jujur akan konsisten
dengan apa yang dikatakan dan yang dilakukan
b. Tanggung jawab, adalah menyelesaikan pekerjaan
sesuai amanah yang diberikan dengan baik, tidak
mengelak, berani menghadapi dan memikul segala
akibat atas pekerjaan yang dilakukan
c. Disiplin, adalah sikap mental untuk melakukan hal-
hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-
benar menghargai waktu
2. Etos Kerja, adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau kelompok
a. Mandiri, adalah keadaan yang dapat berdiri sendiri
tanpa bergantung pada orang lain
b. Kerja keras, adalah kegiatan yang dikerjakan
sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti
sebelum target kerja tercapai
c. Sederhana, adalah tidak berlebih-lebihan,
menyesuaikan dengan kebutuhan
3. Sikap Integritas
a. Berani, adalah tidak takut menghadapi bahaya atau
kesulitan, mempunyai hati yang mantap dan rasa
percaya diri yang besar
b. Peduli, adalah mengindahkan, memperhatikan, dan
menghiraukan serta melibatkan diri dalam suatu
persoalan, keadaan atau kondisi di sekitar kita
c. Adil, adalah tidak berat sebelah dan tidak memihak
siapapun, dapat juga dikatakan berpegang pada
kebenaran

II. PENERAPAN NILAI-NILAI DASAR PNS “ANTI KORUPSI”


SEBAGAI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP 2 RSUD KOTA
PALANGKA RAYA
1. Jujur, dapat kita tunjukkan dengan cara memberikan informasi
yang sebenar-benarnya terkait kondisi pasien kepada keluarga
pada saat menanyakan tentang kondisi pasien, tidak
menggunakan obat-obat pasien untuk kepentingan pribadi, tidak
menerima hadiah atau tip dari pasien dan keluarga pasien, tidak
menggunakan alat kesehatan untuk kepentingan pribadi, tidak
mengambil atau menggunakan sarana dan prasarana di rumah
sakit untuk kepentingan pribadi, tidak berbisnis dengan pasien
dan keluarga pasien, seperti menjual obat-obatan dan alat
kesehatan lainnya di ruangan rawat inap 2, jujur dalam
melaporkan pengadaan barang di ruangan dan merincikan tarif
pelayanan yang telah diberikan kepada pasien di ruangan rawat
inap 2 dengan detail, teliti dan jujur
2. Tanggung jawab, dapat kita tunjukkan dengan cara
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan kepada pasien
dengan profesional sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur) yang berlaku, dan selalu mencatat atau
mendokumentasikan perkembangan kondisi pasien dan setiap
tindakan yang dilakukan kepada pasien dengan menuliskan di
catatan perkembangan pasien terintegrasi, catatan
perkembangan asuhan keperawatan di rekam medik pasien
maupun di buku laporan pasien sebagai wujud pertanggung
jawaban
3. Disiplin, dapat kita tunjukkan dengan cara selalu hadir ke tempat
kerja sesuai jadwal shift dinas dengan tepat pada waktunya,
pulang sesuai dengan jamnya dan melakukan absen datang dan
absen pulang
4. Mandiri, dapat kita tunjukkan dengan cara dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan dengan mandiri tanpa bergantung pada
orang lain
5. Kerja keras, dapat kita tunjukkan dengan cara tepat waktu
dalam memulai pekerjaan dan tidak memanfaatkan waktu jam
kerja untuk hal-hal di luar dari pekerjaan dan memberikan
pelayanan/asuhan keperawatan kepada pasien dengan
sungguh-sungguh dan profesional
6. Sederhana, dapat kita tunjukkan dengan cara berpakaian atau
berpenampilan tidak berlebih-lebihan dengan tidak
menggunakan perhiasan, bersih dan rapi sesuai dengan hari
kerja
7. Berani, dapat kita tunjukkan dengan cara berani mengambil
resiko tetap bekerja dengan sepenuh hati dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan tulus, ikhlas dan profesional di
masa pandemi saat ini
8. Peduli, dapat kita tunjukkan dengan cara selalu melaksanakan
prokes seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga
jarak, sesuai dengan himbauan pemerintah. Rasa kepedulian ini
dilakukan untuk menjaga lingkungan atau keselamatan orang-
orang disekeliling kita
9. Adil, dapat kita tunjukkan dengan cara memberikan pelayanan
secara adil dan merata kepada pasien tanpa membeda-bedakan
baik dari status sosial, ras, suku dan agama dan tanpa
membeda-bedakan kelas perawatan, baik itu membayar umum
ataupun BPJS, semua memperoleh pelayanan yang sama

Anda mungkin juga menyukai