Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

OBSTRUKSI INTESTINAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengajar: Ns. Reny Sulistyowati, S.Kep ,. M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok IV

1. Aisyah PO.62.20.1.16.004
2. Devy Silvia PO.62.20.1.16.012
3. Hawineyni Syoretta PO.62.20.1.16.020
4. Nadira Putri Afriyuni PO.62.20.1.16.028
5. Nora Islamia PO.62.20.1.16.029
6. Rika Devi Siringoringo PO.62.20.1.16.038
7. Pandu K T PO.62.20.1.14.033

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA

PRODI D III KEPERAWATAN REGULER XIX A

2017
LAPORAN PENDAHULUAN OBSTRUKSI INTESTINAL

A. PENGERTIAN

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknyanormal (Reeves, 2001). Obstruksi usus
merupakan suatu blok saluran ususyang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan
dapat secara mekanisatau fungsional. (Tucker, 1998)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau
parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan.

B. ETIOLOGI

Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi
usus, yaitu:
1) Mekanis

Faktor mekanis yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksimunal dari tekanan
pada usus, diantaranya :

a. Intususepsib.

b. Tumor dan neoplasmac.

c. Stenosisd.

d. Strikture.

e. Perlekatan (adhesi)f.

f. Hernia

g. Abses

2) Fungsional

Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isisepanjang usus. (Brunner and
Suddarth, 2002)
C. TANDA DAN GEJALA

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002) :

1) Nyeri abdomen

2) Muntah

3) Distensi

4) Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).

Gejala ileus obstruktif bervariasi tergantung kepada (Winslet, 2002)

1) Lokasi obstruksi
2) Lamanya obstruksi
3) Penyebabnya
4) Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik,
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis.Terhadap setiap penyakit yang
dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa. (Winslet, 2002)
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudianmenjadi bersifat
kolik. Ia sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat padadinding usus melawan
obstruksi. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap 4
sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit pada ileus
obstruktif usus besar. Nyeri dariileus obstruktif usus halus demikian biasanya
terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari ileus obstruktif usus
besar biasanyatampil dengan nyeri intaumbilikus. Dengan berlalunya waktu, usus
berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang peristaltik menjadi jarang, sampai
akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti olehpegal generalisata menetap
di keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi terlokalisasi baik, parah, menetap
dan tanpa remisi, maka ileusobstruksi strangulata harus dicurigai. (Sabiston, 1995).
Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yangmemuntahkan
apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikutioleh cairan duodenum,
yang kebanyakan cairan empedu (Harrison’s, 2001).
Muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika ileus obstruktif usushalus, maka
muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning.
Usus didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi.Konstipasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut(dimana feses dan gas tidak bisa keluar)
dan relatif (dimana hanya gas yangbisa keluar) (Winslet, 2002). Kegagalan
mengerluarkan gas dan feses perrektum juga suatu gambaran khas ileus
obstruktif.Pireksia di dalam ileus obstruktif dapat digunakan sebagai petanda (Winslet,
2002) :
1) Mulainya terjadi iskemia
2) Perforasi usus
3) Inflamasi yang berhubungan denga penyakit obsruksi
Hipotermi menandakan terjadinya syok septikemia. Nyeri tekanabdomen yang
terlokalisir menandakan iskemia yang mengancam atau sudahterjadi. Perkembangan
peritonitis menandakan infark atau perforasi. (Winslet,2002)

D. PATOFISIOLOGI

Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis,
sepsis dll, sedang ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing,
striktur dll.Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu
sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan dlm lumen usus. Adanya akumulasi isi usus
dapat menyebabkan gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang
mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume
cairan ekstraseluler sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik.
Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga timbul
nyeri, kram dan kolik.Distensi dinding usus juga dapat menekan kandung kemih sehingga
terjadi retensi urine.Distensi juga dapat menekan diafragma sehingga ventilasi paru
terganggu dan menyebabkan sulit bernafas.Selain itu juga distensi dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen.Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian
terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari
usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan
toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan terjadinya
obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik arah dan menyebabkan
isi usus terdorong kemulut,keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah yang akan
mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebabkan
kehilangan ion hidrogen & kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium
dalam darah, hal ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu :
PK : asidosis metabolik, nyeri akut, retensi urinarius, pola nafas tak
efektif,perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko kekurangan volume cairan,
PK : alkalosis metabolic

E. PATHWAY
F. Pemriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi

A. Foto polos abdomen

Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)memperlihatkan dilatasi


lengkung usus halus disertai adanya batas antaraair dan udara atau gas (air-fluid
level) yang membentuk pola bagaikantangga.

B. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema

Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak
dengan intussuscepsi, pemeriksaan enemabarium tidak hanya sebagai diagnostik
tetapi juga mungkin sebagai terapi.

C. CT – Scan

Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai
adanya strangulasi. CT– Scan akan mempertunjukkan secara lebihteliti adanya
kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, danperitoneum. CT– Scan harus
dilakukan dengan memasukkan zat kontras ke dalam pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.

D. USG

Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebabdari obstruksi.

2) Pemeriksaan laboratorium

Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa


mungkin menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat
mengindikasikanasidosis atau alkalosis metabolic. ( Brunner and Suddarth, 2002 )

G. Therapy / tindakan penanganan

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan
fungsi usus kembali normal.
A. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu di perhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti
ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda
vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT di gunakan untuk mengosongkan
lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi
abdomen.

B. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagaiprofilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mualmuntah.

C. Operatif
 Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudiandisusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selamalaparotomi. Berikut ini
beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukanoperasi : Jika obstruksinya
berhubungan dengan suatu simple obstruksi atauadhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasimaka reseksi intestinal sangat diperlukan.
Pada umumnya dikenal 4 macamcara/tindakan bedah yang dilakukan pada obstruksi
ileus :

1) Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untuk


membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarceratanon-
strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru
yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor 
intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempatobstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosisujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,misalnya pada
carcinoma colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya.Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakanoperatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karenakeadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-muladilakukan kolostomi saja, kemudian
hari dilakukan reseksi usus dananastomosis. (Sabara, 2007)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan
gaya hidup.

b.Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennyabiasanya terus
menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen tegang dan kaku.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan,
dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST:

P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus-
Menerus (menetap)
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric1 s/d 10
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan
keluhan
 
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem
pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem pencernaan
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.

c. Pemeriksaan fisik 
1) Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien
secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap
dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien
2) Sistem pernafasan Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
3) Sistem kardiovaskuler Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
4) Sistem persarafan Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
5) Sistem perkemihan Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen,
anuria/oliguria, jika syok hipovolemik 
6) Sistem pencernaan. Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah
atau tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus
7) Sistem muskuloskeletal Kelelahan, kesulitan ambulansi
8) Sistem integumen Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
9) Sistem endokrin Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
10) Sistem reproduksi Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
 
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus
obstruksi adalah sebagai berikut : (Doenges, M.E. 2001 dan Wong D.L)
 
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
4. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi
motilitasusus
5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
 
3. Intervensi keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidak efektifan penyerapan usus halus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhancairan
dan elektrolit terpenuhi Kriteria hasil :

a. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD : 110/70


-120/80mmHg)
b. Intake dan output cairan seimbang
c. Turgor kulit elastic
d. Mukosa lembab
e. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5mmol/L, Cl:
94-111 mmol/L)

Intervensi:
Intervensi Rasional

1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan


2. Observasi tanda-tanda vital pasien
2. Perubahan yang drastis pada
3. Observasi tingkat kesadaran dan
tanda-tanda vital merupakan
tanda-tanda syok indikasi kekurangan cairan
4. Observasi bising usus pasien 3. kekurangan cairan dan elektrolit
dapat mempengaruhi tingkat
tiap 1-2 jam
kesadaran dan mengakibatkan
5. Monitor intake dan output secara ketat syok
6. Pantau hasil laboratorium 4. Menilai fungsi usus
5. Menilai keseimbangan cairan
Serum elektrolit, hematokrit
6. Menilai keseimbangan cairan dan
7. Beri penjelasan kepada pasien dan elektrolit
keluarga tentang tindakan yang 7. Meningkatkan pengetahuan pasien
dan keluarga serta kerjasama
dilakukan: pemasangan NGT dan puasa
antara perawat-pasien-keluarga
8. Memenuhi kebutuhan cairan
8. Kolaborasi dengan medik untuk
danelektrolit pasien.
pemberian terapi intravena

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan absorbsi nutrisi

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
nutrisi teratasi Kriteria hasil :
1.Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
2.Berat badan stabil
3.Pasien tidak mengalami mual muntah.

Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yang 1. Mempengaruhi pilihan
mempengaruhi kemampuan untuk mencerna intervensi
makanan, mis : status puasa,mual, ileus paralitik 2. Menentukan kembalinya
setelah selang dilepas peristaltik ( biasanya
dalam 2-4 hari )
2. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen;catat 3. Meningkatkan kerjasama
pasase flatus pasien dengan aturan diet.
Protein/vitamin C adalah
3. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari kontributor utama
pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein untuk pemeliharaan
dan vitamin C jaringan dan perbaikan.
Malnutrisi adalah fator
4. Observasi terhadap terjadinya diare; dalam menurunkan
makanan bau busuk dan berminyak pertahanan terhadap
infeksi
5. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai 4. Sindrom malabsorbsi
indikasi: Antimetik, mis: proklorperazin dapat terjadi setelah
(Compazine). Antasida dan inhibitor histamin, pembedahan usus halus,
mis: simetidin (tagamet) memerlukan evaluasi
lanjut dan perubahan diet,
mis: diet rendah serat
5. Mencegah muntah.
Menetralkan atau
menurunkan pembentukan
asam untuk mencegah
erosi mukosa dan
kemungkinan ulserasi.

3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola
nafas menjadi efektif  Kriteria hasil :
 
Pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler, frekuensi :18
-20x/menit

Intervensi :
Intervensi rasional

1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas akibat adanya
2. Kaji status pernafasan: pola, distensi abdomen dapat mempengaruhi
frekuensi,kedalaman peningkatan hasil TTV
3. Kaji bising usus pasien 2. Adanya distensi pada abdomen dapat
4. Tinggikan kepala tempat tidur menyebabkan perubahan pola nafas
40-60derajat
  3. Berkurangnya/hilangnya bising usus
5. Observasi adanya tanda-tanda menyebabkan terjadi distensi abdomen
hipoksia jaringan perifer: cianosis sehingga mempengaruhi pola nafas

6. Monitor hasil AGD 4. Mengurangi penekanan pada paruakibat


distensi abdomen
7. Berikan penjelasan kepada  
keluarga pasien tentang penyebab 5. Perubahan pola nafas akibat adanya
terjadinya distensi abdomen yang distensi abdomen dapat menyebabkan
dialami oleh pasien oksigenasi perifer terganggu yang
dimanifestasikan dengan adanya cianosis
6. Mendeteksi adanya asidosis respiratorik
 
8. Laksanakan program medic 7. Meningkatkan pengetahuan dan
pemberian terapi oksigen kerjasama dengan keluarga pasien

8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan
pasien
. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.Muttaqin, Arif. 2009.
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Kardiovaskular dan Hematologi
. Jakarta : Salemba Medika.Brunner & Suddarth. 2002.
Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah
. Jakarta : EGC.Setiawan, Wawan. 2010.
Intervensi dan Rasional Ileus Obstruktif
.(http://wawanjokamblog.blogspot.com/. Diakses tanggal 11 Januari 2011).Zwani. 2007.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Obstruksi Usus
(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-usus.html. Diakses tanggal 11 Januari
2011).Harnawati. 2008. Obstruksi Usus.
(http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-usus/. Diakses tanggal 11 Januari
2011).Vanilow, Barry. 2010.
Askep Ileus Obstruksi
. (http://barryvanilow.blogspot.com/. Diaksestanggal 11 Januari 2011).
LAPORAN KASUS TN.D DENGAN ILEUS OBSTRUKSI RUANG 1202
LANTAI 12 BLOK D RUMAH SAKIT RSUD KOJA JAKARTA

A.    Pengkajian

1.      Identitas klien


Nama klien Tn.D tanggal masuk 21 Januari 2016, jenis kelamin Laki-laki umur 37 tahun status
sudah menikah agama islam suku bangsa Betawi dan bahasa yang digunakan bahasa indonesia
klien sudah bekerja, alamat klien Jln Bendungan Melayu, sumber biaya BPJS, sumber informasi
di dapat dari klien dan keluarga.

2.      Resume
Tn D (37 th), datang ke IGD RSUD Koja pada tanggal 21 Januari 2016 jam 12.55 WIB dengan
keluhan nyeri perut kiri bawah, belum BAB ± 14 hari, tidak bisa flatus demam, nyeri seperti
ditusuk-tusuk. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter didapatkan diagnosa Ileus Paralitik.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data, klien mengatakan nyeri perut bagian kiri bawah,
klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien tampak meringis kesakitan , skala nyeri klien
7, kesadaran compos metis, TD: 110/80mmHg, N: 80x/menit, RR: 22x/menit, S: 38,5ºC. Dari
data yang diatas didapatkan diagnosa keperawatan yaitu: peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses penyakit, gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan gangguan eliminasi fekal (konstipasi) berhubungan dengan
menurunnya mobilitas intestinal. Untuk masalah tersebut diatas dilakukan tindakan keperawatan
adalah mengkaji tanda-tanda vital klien, tehnik relaksasi, tehnik distraksi, kolaborasi diberikan
infus RL 20 tetesx/menit.
Hasil Lab: tanggal 21 Januari 2016 Hb 12,4 gr/dl, leukosit 23,0 u/l, trombosit 546.000 ribu,
hematokrit 36,0 %. Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan evaluasi yaitu, klien
mengatakan belum bisa BAB selama ± 14 hari, belum bisa flatus dan klien mengatakan masih
terasa nyeri diperut bagian kiri bawah, klien tampak lebih tenang. TTV klien TD: 110/80mmHg,
N: 80x/menit, S: 38,5ºC, RR: 22x/menit.
3.      Riwayat Keperawatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama: Klien mengatakan tidak bisa BAB selama ±14 hari, nyeri perut kiri bawah
seperti ditusuk-tusuk. Faktor pencetus yaitu makan pedas timbulnya bertahap, lamanya keluhan 3
minggu, upaya klien untuk mengatasi berobat ke Klinik.
b.      Riwayat kesehatan masa lalu
Klien tidak mempunyai riwayat alergi dan klien tidak pernah mengalami kecelakaan,klien tidak
pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya, dan di dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan
dan klien pernah memakai obat-obatan yaitu promag.
c.    Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor risiko
Klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menjadi faktor risiko
d.     Riwayat Psikososial dan Spritual
Orang yang terdekat dengan klien adalah istri dan anaknya, pola komunikasi baik dan terarah,
pembuat keputusan dalam keluarga adalah istri, klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Dampak penyakit terhadap keluarga yaitu cemas dan sedih, masalah yang
mempengaruhi klien saat ini adalah kondisi kesehatannya klien tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya. Mekanisme koping terhadap masalah yang digunakan adalah klien diem,
persepsi klien terhadap penyakitnya saat ini klien memikirkan kelanjutan pengobatan, harapan
setelah menjalani pengobatan adalah sembuh, dan perubahan yang di rasakan setelah sakit adalah
klien merasa takut penyakitnya tidak bisa sembuh . Tidak ada sistem nilai kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan, aktivitas agama atau kepercayaan yang di lakukan klien adalah
shalat dan berdoa. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan tidak ada.
e.      Pola kebiasaan sehari-hari di rumah
1)     Pola Nutrisi
Frekuensi makan sebelum sakit 3 kali sehari, nafsu makan klien kurang karena mual, porsi
makan yang dihabiskan 1 porsi, semua makanan disukai oleh klien, klien tidak ada alergi, klien
minum obat diet dan tidak menggunakan alat bantu makan. Selama di rumah sakit frekuensi
makan klien 3 kali sehari nafsu makan klien kurang karena mual, klien hanya minum susu dan
makan roti, semua makanan klien suka, klien tidak ada alergi makanan dan tidak ada makanan
pantangan tidak ada makanan pantangan, klien mendapatkan diet susu cair, dan klien tidak
menggunakan alat bantu makan.

2)      Pola Eliminasi


a)     BAK
Pola eliminasi BAK sebelum klien masuk Rumah Sakit frekuensi 5 kali sehari warna kuning
jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan klien tidak menggunakan alat bantu BAK. Pola
eliminasi BAK klien klien setelah masuk Rumah Sakit frekuensi BAK 5 kali warna kuning
jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak menggunakan alat bantu BAK (kateter, dll).
b)    BAB
Pola eliminasi BAB klien sebelum klien masuk Rumah Sakit klien tidak BAB selama ±14 hari,
dan selama di Rumah Sakit 1 kali BAB , klien mengeluh nyeri perut kiri bawah.
c)    Pola Personal Hygiene
Kebiasaan klien sebelum masuk Rumah Sakit mandi 2 kali sehari waktunya pagi dan sore hari
menggunakan sabun mandi, oral hygiene 2 kali sehari pada waktu pagi setelah makan klien
mencuci rambut 2 kali dalam seminggu menggunakan sampho. Sedangkan selama di Rumah
Sakit
Klien mandi satu kali pada waktu pagi hari, oral hygiene 2 kali pada waktu pagi dan waktu yang
tidak ditentukan (sebelum tidur/sore), dan selama di rumah sakit klien belum pernah mencuci
rambut.
d)    Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum klien masuk rumah sakit klien jarang tidur siang, lama tidur malam adalah 6 jam dan
kebiasaan belum tidur adalah berdoa. Selama di Rumah Sakit klien tidur siang selama kurang
lebih 2 jam, tidur malem 5 sampai 6 jam dan kebiasaan sebelum tidur adalah berdoa.
e)    Pola Aktivitas dan Latihan
Kegiatan klien dalam sehari-hari adalah bekerja, klien tidak berolahraga, klien tidak ada keluhan
saat beraktifitas, tetapi setelah di rumah sakit klien mengatakan mengalami kesulitan dalam
beraktifitas karena pemasangan infusan pada tangan kirinya.
f)     Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Pola kebiasaan klien, klien merokok sebanyak 1 bungkus dan tidak minum-minuman
keras/Nabza.
4.      Pengkajian Fisik
a.   Pemeriksaan Fisik Umum
Berat badan klien 58 kg, berat badan sebelum sakit 62 kg,. Tinggi badan 170 cm, tekanan darah
110/70mmHg, nadi: 80x/menit, frekuensi nafas: 22x/menit, suhu: 38,5ºC, keadaan umum klien
ringan, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
b.  Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva merah
muda, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan pada otot-otot mata,
fungsi pengihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, klien tidak memakai kaca mata maupun
lensa mata kontak, reaksi terhadap cahaya baik.
c.   Sistem Pendengaran
Daun telinga klien normal, tidak ada serumen dalam telinganya, kondisi telinga tengah normal,
tidak ada cairan dalam telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus, dan fungsi
pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan di telinga, dan klien tidak menggunakan
alat bantu dengar.
d.   Sistem Wicara
Klien tidak mengalami gangguan bicara.
e.   Sistem Pernafasan
Jalan nafas klien bersih, klien tidak sesak nafas, klien tidak menggunakan otot bantu pernafasan,
frekuensi nafas 22x/menit, irama teratur, kedalaman dangkal, klien batuk tidak produktif,
pernafsan spontan, tidak ada sputum, saat dilakukan palpasi dada simitris, pergerakan normal
dan tidak ada benjolan, saat diperkusi tidak ada ronchi, suara nafas vasikuler, klien mengtakan
tidak merasakan nyeri saat bernafas, dan tidak menggunakan otot bantu nafas.
f.      Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer nadi 80x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat, tekanan darah 110/70mmHg,
tidak ada distensi vena jugularis pada sisi kanan dan kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit
pucat, pengisian kapiler 3 dtk, tidak ada edema. Pada sirkulasi jantung kecepatan denyut apical
85x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, dan tidak ada sakit dada.
g.     Sistem Hematologi
Klien terdapat gangguan hematologi, klien tampak pucat, tetapi tidak ada perdarahan

h.     Sistem Saraf Pusat


Klien mengatakan tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS
E: 4, M: 6, V: 5, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, klien merasakan
kesemutan pada kali, pada pemeriksaan refleks fisiologis normal, dan refleks patologis tidak ada.
i.      Sistem Pencernaan
Keadaan mulut: gigi tidak ada caries, klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis,
lidah kotor, silifa normal, klien tidak muntah, klien mengatakan nyeri pada daerah perut, skla
nyeri klien 7, lokasi nyeri di perut kiri bawah , karakteristik nyeri seperti ditusuk-tusuk, bising
usus 3, klien tidak diare, klien konstipasi ±14 hari, hepar tidak teraba dan abdomen mengalami
kembung.
j.      Sistem Endokrin
Saat di lakukan pemeriksaan fisik tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton,
tidak ada luka gangren.
k.    Sistem Urogenital
Balance cairan: intake 1000 cc (Infus 500cc, Minum 500cc) output 1036 cc (Urine 700cc,
keringat 100cc, BAB 200cc IWL 36 cc), intake 1000ml/24 jam- 1036ml/24 jam. Balance cairan
(1000cc - 1036cc = -36cc), pola berkemih tidak ada distensi, warna kuning jernih.
l.      Sistem Integumen
Turgor kulit tidak elastis, temperatur hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada
kelainan kulit, kondisi kulit pemasangan infus baik tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan
rambut tekstur baik, rambut bersih.
m.  Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena pemasangan infus disebelah di tangan
sebelah kiri, tidak ada nyeri sendi maupun nyeri kulit, klien tidak mengalami fraktur, tidak ada
kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelaianan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot
hipotoni, kekuatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan 5, kaki kiri 5.
n.     Data Penunjang
Pada tanggal 21 Januari 2016 di dapatkan hasil laboratorium hematologi hemoglobin: 12,4gr/dl
(p:13-16, w: 12-14), leukosit 23.0u/l (5000-10.000), trombosit 546.000/mm (150.000-
400.000/mm), hematokrit 36% (p: 45-55%, w: 40-50). Kimia klinik elektrolit natrium 130
mEq/L (135 - 147), kalium 3,81 mEq/L (3,5 - 5,0), klorida 94 (96 - 108) mEq/L. Hematologi
ureum 27,0 mg/dL (16,6 – 48,5), kreatinin 0,63 mg/dL (0,67 – 1,17), glukosa sewaktu 120
mg/dL.
o.      Penatalaksanaan
Therapy infus: RL 20 tetes x/menit
Therapy injeksi: Ranitidin 1x25 gram
Cetorolak L/P
OMZ 2x1 amp
Ondansentron 1x1 amp
Clybotik 3x250 gram
Mesopanem 3x1 amp
Yal/pagi 1x1

DATA FOKUS
Data Subjektif
Pre Operasi: Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah, klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk,klien mengatakan tidak bisa BAB selama ± 14 hari, klien mengatakan tidak
bisa flatus, klien mengatakan badannya demam, klien mengatakan kepalanya pusing, klien
mengatakan lemas, mengatakan sulit untuk BAB, klien mengatakan demam sudah 2 hari, klien
mengatkan setelah diberikan obat yal BAB 1x dan feses klien cair (berwarna hitam), klien
mengatkan perutnya keras (kembung).

Data Objektif
Pre Operasi: wajah klien menahan sakit, skala nyeri 7, nyeri tekan pada area kiri bawah, klien
gelisah, klien lemas, klien pucat, klien meringis kesakitan, klien memegangi perutnya, suhu
tubuh klien teraba demam (38,5), turgor kulit klien tidak elastis, mukosa bibir klien kering, skala
nyeri klien 7, klien susah untuk BAB, feses klien berwarna hitam dan cair, perut klien teraba
kembung.. Tekanan darah 110/70mmHg, nadi 80x/menit, suhu 38,5ºC, pernafasan 22x/menit.
Hasil LAB tanggal 21 Januari 2016 Hb 12,4 gr/dl, leukosit 23,0 u/l, trombosit 546.000 ribu,
hematokrit 36,0 vol%.
B.     Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. Pre operasi Peningkatan suhu Proses penyakit
Ds: tubuh
1. klien mengatakan badannya
demam sudah 2 hari
2. klien mengatakan badannya
lemas
4. klien mengatakan kepalanya
pusing
Do:
1. suhu tubuh klien teraba demam
(38,5ºC)
2. klien lemas
3. klien pucat
4. TTV klien TD: 110/80 mmHg,
S: 38,5ºC, N: 80 x/menit, RR: 22
x/menit
5. hasil laboratorium

Hb: 12,4 g/dL ( )

Ht: 36.0 vol% ( )

L: 23,0 uL ( )

T: 546/uL ( )
2. Pre operasi Nyeri Distensi
Ds: Abdomen
1. klien mengatakan nyeri dibagian
perut kiri bawah
2. klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
Do:
1. klien meringis kesakitan
2. klien lemas
3. klien terlihat memegangi
perutnya
4. skala nyeri klien 7
5. TTV klien TD: 110/80 mmHg,
S: 38,5ºC, N: 80 x/menit, RR: 22
x/menit
3. Pre operasi Gangguan Intake tidak
Ds: keseimbangan adekuat
1. klien mengatakan lemas cairan dan
2. klien mengatakan kepalanya elektrolit kurang
pusing dari kebutuhan
3. klien mengatakan BAB baru 1x, tubuh
konsistensi cair
Do:
1. klien lemas
2. turgor kulit klien tidak elastis
3. mukosa bibir klien tidak
lembab/kering
4. TTV klien TD: 110/80 mmHg,
S: 38,5ºC, N: 80 x/menit, RR: 22
x/menit
6. Hasil Laboralatorium

Natrium: 130 mEq/dl ( )


Kalium: 3,81 mEq/dl ( N )

klorida 94 mEq/dl ( )
7. intake:
Infus 500
Minum 500
+
1000
Output:
Urine 700
Keringat 100
BAB 200
+
1000
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output
36 + 1000 = 1036
Balance Cairan:
Intake – output
1000 – 1036 = -36 cc

4. Pre operasi Gangguan Menurunnya


Ds: eliminasi fekal mobilitas
1. klien mengatakan belum BAB ± (konstipasi) intestinal
14 hari
2. klien mengatakan sukit untuk
BAB
3. Klien mengatakan setelah
diberikan obat yal BAB 1x dan
feses klien cair (berwarna hitam)
4. klien mengatakan perutnya keras
(kembung)
Do:
1. klien sulit untuk BAB
2. feses klien berwarna hitam dan
cair
3. perut klien teraba keras
4. bising usus klien 3

C.    Diagnosa Keperawatan


Pre Operasi
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
2.      Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
3.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
4.      Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan menurunnya mobilitas intestinal

D.    Perencanaan,Pelaksanaan, Evaluasi


Pre operasi
1.   Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Data Subjektif:
Klien mengatakan badannya demam sudah 2 hari
Klien mengatakan badannya lemas
Klien mengatakan kepalanya pusing

Data Objektif:
Suhu tubuh klien teraba demam (38,5ºC)
Klien lemas, pucat
TTV klien:
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi: 80 x/menit
Pernafasan: 22x/menit
Suhu: 38,5ºC
Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,4 g/dL ( )


Hematokrit 36.0 vol% ( )
Leukosit 23,0 uL ( )
Trombosit 546/uL.( )

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 1x24 jam diharapkan masalah
gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1)   Suhu tubuh klien dalam batas normal suhu dewasa 36,5 - 37ºC
2)   Klien terlihat lebih tenang
3)   Tidak ada perubahan warna pada kulit
4)   Hasil Lab dalam batas norma (Hb: 13,5 – 18,0 g/dl, Ht: 42,0 – 52,0 vol%, T: 163 – 337/ul, L:
4,00 – 10,50/ul)

Rencana Tindakan
Mandiri
1)      Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan)
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
2)      Lakukan kompres hangat
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh klien
3)      Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2500 ml/hari
Rasional: untuk mencegah dehidrasi
4)      Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut dan pakaian tebal
Rasional: untuk mengurangi adanya peningkatan suhu tubuh

Implementasi
Selasa, 26 Januari 2016
a.       09.00 WIB Mengkaji tanda-tanda vital
Respon:Tekanan Darah 96/80 mmHg
Nadi: 88 x/menit
Suhu: 37ºC
Pernafasan: 23 x/menit
b.      09.30 WIB Melakukan kompres hangat di dahi
Respon: Klien sudah diberikan kompres hangat di dahi
c.       09.50 WIB Menganjurkan klien untuk banyak minum 1500-2500 ml/hari
Respon: Klien mau minum air sebanyak 800 ml.
d.      10.00 WIB Menganjurkan klien untuk tidak menggunakan selimut dan pakaian tebal
Respon: Klien terlihat tidak menggunakan pakaian tebal.

Evaluasi
Selasa, 26 Januari 2016 (13.00 WIB)
S: Klien mengatakan demamnya sudah turun, klien mengatakan tidak demam lagi
O: Badan klien teraba tidak demam, suhu tubuh klien 37ºC.
A: Tujuan tercapai, masalah peningkatan suhu tubuh teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-4

2.      Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

Data Subjektif:
Klien mengatakan nyeri dibagian perut kiri bawah
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan perutnya kembung

Data Objektif:
Klien meringis kesakitan
Klien lemas
Klien memegangi perutnya
Skala nyeri klien 7
TTV klien
Tekanan darah 110/80 mmHg
Suhu 38,5ºC
Nadi 80 x/menit
Pernafasan 22 x/menit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 3x24 jam diharapkan masalah
nyeri berhubungan dengan distensi abdonmen dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1)   Klien tidak merasa nyeri lagi
2)   Klien terlihat lebih rileks
3)   Klien dapat melakukan teknik relaksasi
4)   Skala nyeri klien (0-3)\

Rencana Tindakan
Mandiri
1)      Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
Rasional: agar klien menjadi lebih rileks
2)      Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional: mengalihkan rasa nyeri klien dan mengurangi ketegangan
3)      Kaji TTV klien (Tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan)
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
4)      Kaji karakteristik nyeri misalnya: tajam konstan, ditusuk-tusuk atau seperti di cubit
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan

Kolaborasi
5)      Berikan terapi obat ranitidine
Rasional: untuk menghilangkan rasa nyeri klien.

Implementasi
Selasa, 26 januari 2016
a.       10.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD: 96/80 mmHg, S: 37ºc, N: 88x/menit, RR: 23x/menit
b.      10.15 WIB Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman
Respon: Klien sudah diberikan posisi semi fowler
c.       10.30 WIB Mengajarkan klien tehnik napas dalam
Respon: Klien sudah diajrkan tehnik napas dalam
d.      10.45 WIB Mengkaji karakteristik nyeri klien
Respon: Skala nyeri klien 7 seperti ditusuk-tusuk
e.       11.00 WIB Memberikan terapi obat ranitidine
Respon: Klien sudah diberikan obat ranitidine

Rabu, 27 Januari 2016


a.       09.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD: 90/40mmHg, N: 83x/menit, RR: 20x/menit, S: 36ºC
b.      09.10 WIB Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman
Respon: Klien sudah diberikan posisi semi fowler
c.       09.20 WIB Mengajarkan klien tehnik napas dalam
Respon: Klien mau melakukan tehnik napas dalam
d.      09.30 WIB Mengkaji karakteristik nyeri klien
Respon: Skala nyeri klien 5 kadang hilang timbul

Kamis, 28 Januari 2016


a.       09.00 WIB Mengkaji TTV klien
Respon: TD: 100/90 mmHg, S: 36,3ºC, N: 81 x/menit, RR: 19 x/menit.
b.      09.15 WIB Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman
Respon: Posisi klien nyaman dengan semi fowler
c.       09.30 WIB Mengajarkan klien teknik nafas dalam
Respon: Klien masih mau untuk di ajarkan teknik nafas dalam
d.      09.45 WIB Mengkaji karakteristik nyeri klien
Respon: Skala nyeri klien 2
e.       10.00 Memberikan terapi obat ranitidine
Respon: Klien sudah diberikan obat ranitidine.
Evaluasi
Selasa, 26 Januari 2016 (13.15 WIB)
S: Klien mengatakan perutnya nyeri dibagian bawah, klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-
tusuk.
O: Klien terlihat meringis kesakitan, klien terlihat memegangi perutnya dengan skala nyeri klien 6.
A: Tujuan belum tercapai, masalah nyeri berhubungan dengan distensi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5

Rabu, 27 Januari 2016 (12.15 WIB)


S: Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang, klien mengatakan sudah mulai nyaman
O: Klien terlihat mulai nyaman, skala nyeri klien 4
A: Tujuan belum tercapai, masalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5

Kamis, 28 Januari 2016 (12.30 WIB)


S: Klien mengatakan nyerinya sudah sangat berkurang, klien mengatakan tidak cemas/gelisah lagi,
klien mengatakan sudah nyaman karna nyerinya sudah berkurang/hilang.
O: Klien terlihat lebih relaks, posisi klien semi fowler, skala nyeri klien 2.
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi
belum teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-4

3.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat

Data Subjektif:
Klien mengatakan lemas
Klien mengatakan kepalanya pusing
Klien mengatakan bab baru 1 kali, konsistensi cair

Data Objektif:
Klien lemas
Klien pucat
Turgor kulit klien tidak elastis
Mukosa bibir klien tidak lembab/kering
TTV klien
Tekanan darah 110/80 mmHg
Suhu 38,5ºC
Nadi 80 x/menit
Pernafasan 22 x/menit
Intake
Infus 500
Minum 500 +
1000
Output:
Urine 700
Keringat 100
BAB 200 +
1000
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 1000 = 1036
Balance Cairan:
Intake – output = 1000 – 1036 = -36 cc

Hasil Lab
Natrium: 130 mEq/dl, ( )
Kalium: 3,81 mEq/dl ( N )
Klorida 94 mEq/dl ( )

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 3x24 jam diharapkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebihan dapat teratarasi

Kriteria Hasil:
1)      Mukosa bibir klien lembab
2)      Turgor kulit klien kembali elastis
3)      Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Rencana Tindakan
Mandiri
1)      Observasi tanda-tanda dehidrasi (mukosa bibir dan turgor kulit)
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi
2)      Ukur tanda-tanda vital klien (tanda-tanda vital, sushu, nadi, pernapasan)
Rasional : untuk mengetahui keadaan dehidrasi dapat menyebabkan hipotensi,
edema dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
3)      Monitor intake dan output cairan
Rasional: mengidentifikasi keseimbangan cairan
4)      Anjurkan klien untuk minum air mineral 1500-2500 ml/hari
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
Kolaborasi
5)      Pemberian cairan intravena
Rasional: untuk mempertahankan cairan
Implementasi
Selasa, 26 januari 2016
a.       11.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 96/80 mmhg, N: 88x/menit, S: 37ºC RR: 23x/menit
b.      11.10 WIB Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi klien
Respon: Mukosa bibir klien masih kering, turgor kulit klien kurang elastis
c.       11.15 WIB Memonitor intake dan ouput klien
Respon:Intake Infus 500
Minum 600 +
1100
Output: Urine 700
Keringat 100
BAB 200 +
1000
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 1000 = 1036
Balance Cairan: Intake – output = 1000 – 1036 = -36 cc
d.      11.30 WIB Menganjurkan klien untuk minum air mineral 1500-2500ml/hari
Respon: Klien mampu minum air 600ml/hari
e.       11.45 WIB Memberikan cairan intravena
Respon: Klien sudah diberikan cairan intravena (asering 500ml/hari, 20tts/menit)

Rabu, 27 januari 2016


a.       10.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 90/40 mmhg, N: 83x/menit S: 36ºC RR: 20x/menit
b.      10.15 WIB Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi klien
Respon: Mukosa bibir klien masih kering, turgor kulit klien kurang elastis
c.       10.30 WIB Memonitor intake dan output klien
Respon: Intake: Infus 500
Minum 850 +
1350
Output: Urine 600
Keringat 150
BAB 200 +
950
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 950= 986
Balance Cairan: Intake – output = 1350 – 986 = 364 cc
d.      10.45 WIB Menganjurkan klien untuk minum air mineral 1500-2500ml/hari
Respon: Klien mau minum 850ml/hari
e.       11.00 WIB Memberikan cairan intravena
Respon: Klien sudah diberikan cairan intravena (asering 500ml/hari, 20tts/menit)

Kamis, 28 januari 2016


a.       10.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 100/90 mmhg, N: 81x/menit, S: 36,3ºC RR: 19x/menit
b.      10.10 WIB Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi klien
Respon: Mukosa bibir klien mulai terlihat lembab, turgor kulit klien sudah elastis
c.       10.30 WIB Memonitor intake dan ouput klien
Respon:Intake: Infus 500
Minum 1000 +

1500
Output: Urine 600
Keringat 150
BAB 200 +
950
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 950 = 986
Balance Cairan: Intake – output = 1500 – 986 = 514cc
d.      10.40 WIB Menganjurkan klien untuk minum air mineral 1500 - 2500ml/hari
Respon: Klien mengatakan minum air mineral 1000ml/hari
e.       11.00 WIB Memberikan cairan intravena
Respon: Klien sudah diberikan cairan intravena (RL 500ml/hari, 18tts/menit)

Evaluasi
Tanggal 26 Januari 2016 (13.30 WIB)
S: Klien mengatakan lemas, klien mengatakan kepalanya pusing, klien mengatakan BAB cair.
O: Klien terlihat lemas, klien terlihat pucat, turgor kulit klien tidak elastis, mukosa bibir klien terlihat
kering.
A: Tujuan belum tercapai, masalah gangguan cairan dan elektrolit belum teratasi
P: Lanjutkan inervensi 1-5

Rabu, 27 januari 2016 (12.30 WIB)


S: Klien mengatakan masih lemas, klien mengatakan kepalanya masih pusing.
O: Klien terlihat masih pucat, mukosa bibir klien masih terlihat lembab.
A: Tujuan belum tercapai, masalah gangguan cairan dan elektrolit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5

Kamis, 28 januari 2016 (12.45)


S: Klien mengatakan minumnya sudah mulai banyak, klien mengatakan minumnya 500ml/hari,
klien mengatakan lemasnya sudah hilang.
O: Klien terlihat lebih segar, intake klien (minum 1000ml/hari), intake dan output klien balance.
A: Tujuan tercapai, masalah gangguan cairan dan elektrolit teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-5

4.      Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan menurunnya mobilitas intestinal


Data Subjektif:
Klien mengatakan belum BAB ± 14 hari
Klien mengatakan sulit untuk BAB
Klien mengatakan setelah diberikan obat Yall BAB 1x dan fesesnya cair (berwarna hitam)
Klien mengatakan perutnya keras (kembung)

Data Objektif:
Klien terlihat sulit untuk BAB
Feses klien berwarna hitam dan konsistensinya cair
Perut klien teraba keras
Bising usus klien 3x/menit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 3x24 jam diharapkan masalah
gangguan eliminasi fekal (konstipasi) berhubungan dengan mobilitas intestinal dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1)      BAB klien kembali normal (3x.hari)
2)      Perut klien tidak keras/kembung lagi
3)      Feses klien setengah padat, berwarna kuning, berbau khas feses
4)      TTV klien kembali normal
5)      Bising usus klien dalam batas normal (9-12x/menit)

Rencana Tindakan
Mandiri
1)      Kaji TTV klien (TD,S,N,RR)
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
2)      Anjurkan klien untuk minum air hangat atau jus buah
Rasional: untuk merangsang paristaltik sebelum defekasi
3)      Anjurkan klien untuk makan makanan yang berserat (brokoli, kismis, buah apel, pir, pisang, oat
dan gandum)
Rasional: membantu klien mengatasi masalah susah BAB
4)      Auskultasi bising usus klien
Rasional: untuk mengetahui bising usus biasanya meningkat pada saat konstipasi
5)      Monitor intake dan output klien
Rasional: membantu mengidentifikasi dehisrasi dan kekurangan nutrisi

Kolaborasi
6)      Pemberian therapy obat Yall (Dulcolax) setiap pagi
Rasional: membantu mencahar feses atau mengeluarkan feses
7)      Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
Rasional: agar klien menjadi lebih rileks

Implementasi
Selasa, 26 januari 2016
a.       12.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 96/80 mmhg, N: 88x/menit, S: 37ºC RR: 23x/menit
b.      12.10 WIB Menganjurkan klien untuk minum air hangat atau jus buah
Respon: Klien mengatakan belum minum jus tetapi sudah minum air hangat
c.       12.25 WIB Menganjurkan klien untuk makan makanan yang berserat (brokoli, kismis, pir,
pisang pepaya)
Respon: Klien mau makan buah pisang
d.      12.30 WIB Mengauskultasi bising usus klien
Respons: Bising usus klien 3x/menit

e.       12.45 WIB Memonitor intake dan output klien


Respon: Intake : Infus 500
Minum 600 +
1100
Output: Urine 700
Keringat 100
BAB 200 +
1000
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 1000 = 1036
Balance Cairan:
Intake – output = 1000 – 1036 = -36 cc
f.       12.50 WIB Memberikan terapi obat Yall (Dulcolax)
Respon: Klien sudah diberikan obat sesuai instruksi dokter setiap pagi (Dulcolax)
Rabu, 27 januari 2016
a.       11.10 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 90/40 mmhg, N: 83x/menit, S: 36ºC RR: 20x/menit
b.      11.20 WIB Menganjurkan klien untuk minum air hangat atau jus buah
Respon: Klien minum jus pir
c.       11.30 WIB Menganjurkan klien untuk makan makanan yang berserat (brokoli, kismis, buah pir,
pisang dan pepaya)
Respon: Klien mengatakan sudah diberikan papaya dari rumah sakit
d.      11.40 WIB Mengauskultasi bising usus klien
Respon: Bising usus klien 7x/menit
e.       12.00 WIB Memonitor intake dan output klien
Respon: Intake: Infus 500
Minum 850 +
1350
Output: Urine 600
Keringat 150
BAB 200 +
950
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 950= 986
Balance Cairan: Intake – output = 1350 – 986 = 364 cc
f.       12.05 WIB Memberikan therapy obat Yall (Dulcolax)
Respon: Klien sudah diberikan obat sesuai instruksi dokter dan sudah BAB 1x/hari
Kamis, 28 januari 2016
a.       11.05 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 100/90 mmhg, N: 81x/menit, S: 36,3ºC RR: 19x/menit
b.      11.15 WIB Menganjurkan klien untuk minum air hangat atau jus buah
Respon: Klien mengatakan minum air hangat sebanyak 1 gelas
c.       11.20 WIB Menganjurkan klien untuk makan makanan yang berserat
Respon: Klien mengatakan sudah makan buah papaya tetapi tidak habis
d.      11.30 WIB Mengauskultasi bising usus klien
Respon: Bising usus klien 9x/menit
e.       11.40 WIB Memonitor intake dan output
Respon: Intake: Infus 500
Minum 1000 +
1500
Output: Urine 600
Keringat 150
BAB 200 +
950
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 950 = 986
Balance Cairan: Intake – output = 1500 – 986 = 514cc
f.       12.00 WIB Memberikan therapy obat Yall (Dulcolax)
Respon: Klien sudah diberikan dulcolax dan sudah BAB juga 1x/hari

Evaluasi
Selasa, 26 Januari 2016 (13.45 WIB)
S: Klien mengatakan tadi pagi diberikan obat dulcolax, klien mengatakan sudah BAB 1x/hari, klien
mengatakan fesesnya cair dan berwarna hitam.
O: Bising usus klien 5x/menit, klien terlihat minum air hangat sebanyak 1 gelas
A: Tujuan belum tercapai, masalah gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan menurunnya
mobilitas intestinal
P: Lanjutkan inervensi 1-6

Rabu, 27 januari 2016 (12.45 WIB)


S: Klien mengatakan setiap pagi diberikan obat dulcolax, klein mengatakan setiap diberikan
dulcolax bisa BAB.
O: Klien terlihat minum jus pir, bising usus klien meningkat 7x/menit.
A: Tujuan belum tercapai, masalah gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan menurunnya
mobilitas intestinal belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-6

Kamis, 28 januari 2016 (13.00 WIB)


S: Klien mengatakan perutnya masih terasa kembung, klien mengatakan masih diberikan obat
dulcolax.
O: Perut klien teraba keras, bising usus klien 9x/menit, klien terlihat dalam posisi semi fowler.
A: Tujuan tercapai sebagaian, masalah gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan menurunnya
mobilitas intestinal teratasi sebagaian
P: Pertahankan intervensi 1-5, lanjutkan intervensi 6

Anda mungkin juga menyukai