OBSTRUKSI INTESTINAL
Disusun oleh :
Kelompok IV
1. Aisyah PO.62.20.1.16.004
2. Devy Silvia PO.62.20.1.16.012
3. Hawineyni Syoretta PO.62.20.1.16.020
4. Nadira Putri Afriyuni PO.62.20.1.16.028
5. Nora Islamia PO.62.20.1.16.029
6. Rika Devi Siringoringo PO.62.20.1.16.038
7. Pandu K T PO.62.20.1.14.033
2017
LAPORAN PENDAHULUAN OBSTRUKSI INTESTINAL
A. PENGERTIAN
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknyanormal (Reeves, 2001). Obstruksi usus
merupakan suatu blok saluran ususyang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan
dapat secara mekanisatau fungsional. (Tucker, 1998)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau
parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan.
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi
usus, yaitu:
1) Mekanis
Faktor mekanis yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksimunal dari tekanan
pada usus, diantaranya :
a. Intususepsib.
c. Stenosisd.
d. Strikture.
e. Perlekatan (adhesi)f.
f. Hernia
g. Abses
2) Fungsional
Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isisepanjang usus. (Brunner and
Suddarth, 2002)
C. TANDA DAN GEJALA
1) Nyeri abdomen
2) Muntah
3) Distensi
1) Lokasi obstruksi
2) Lamanya obstruksi
3) Penyebabnya
4) Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik,
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis.Terhadap setiap penyakit yang
dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa. (Winslet, 2002)
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudianmenjadi bersifat
kolik. Ia sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat padadinding usus melawan
obstruksi. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap 4
sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit pada ileus
obstruktif usus besar. Nyeri dariileus obstruktif usus halus demikian biasanya
terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari ileus obstruktif usus
besar biasanyatampil dengan nyeri intaumbilikus. Dengan berlalunya waktu, usus
berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang peristaltik menjadi jarang, sampai
akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti olehpegal generalisata menetap
di keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi terlokalisasi baik, parah, menetap
dan tanpa remisi, maka ileusobstruksi strangulata harus dicurigai. (Sabiston, 1995).
Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yangmemuntahkan
apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikutioleh cairan duodenum,
yang kebanyakan cairan empedu (Harrison’s, 2001).
Muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika ileus obstruktif usushalus, maka
muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning.
Usus didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi.Konstipasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut(dimana feses dan gas tidak bisa keluar)
dan relatif (dimana hanya gas yangbisa keluar) (Winslet, 2002). Kegagalan
mengerluarkan gas dan feses perrektum juga suatu gambaran khas ileus
obstruktif.Pireksia di dalam ileus obstruktif dapat digunakan sebagai petanda (Winslet,
2002) :
1) Mulainya terjadi iskemia
2) Perforasi usus
3) Inflamasi yang berhubungan denga penyakit obsruksi
Hipotermi menandakan terjadinya syok septikemia. Nyeri tekanabdomen yang
terlokalisir menandakan iskemia yang mengancam atau sudahterjadi. Perkembangan
peritonitis menandakan infark atau perforasi. (Winslet,2002)
D. PATOFISIOLOGI
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis,
sepsis dll, sedang ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing,
striktur dll.Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu
sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan dlm lumen usus. Adanya akumulasi isi usus
dapat menyebabkan gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang
mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume
cairan ekstraseluler sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik.
Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga timbul
nyeri, kram dan kolik.Distensi dinding usus juga dapat menekan kandung kemih sehingga
terjadi retensi urine.Distensi juga dapat menekan diafragma sehingga ventilasi paru
terganggu dan menyebabkan sulit bernafas.Selain itu juga distensi dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen.Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian
terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari
usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan
toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan terjadinya
obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik arah dan menyebabkan
isi usus terdorong kemulut,keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah yang akan
mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebabkan
kehilangan ion hidrogen & kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium
dalam darah, hal ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu :
PK : asidosis metabolik, nyeri akut, retensi urinarius, pola nafas tak
efektif,perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko kekurangan volume cairan,
PK : alkalosis metabolic
E. PATHWAY
F. Pemriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak
dengan intussuscepsi, pemeriksaan enemabarium tidak hanya sebagai diagnostik
tetapi juga mungkin sebagai terapi.
C. CT – Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai
adanya strangulasi. CT– Scan akan mempertunjukkan secara lebihteliti adanya
kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, danperitoneum. CT– Scan harus
dilakukan dengan memasukkan zat kontras ke dalam pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
D. USG
2) Pemeriksaan laboratorium
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan
fungsi usus kembali normal.
A. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu di perhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti
ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda
vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT di gunakan untuk mengosongkan
lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi
abdomen.
B. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagaiprofilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mualmuntah.
C. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudiandisusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selamalaparotomi. Berikut ini
beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukanoperasi : Jika obstruksinya
berhubungan dengan suatu simple obstruksi atauadhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasimaka reseksi intestinal sangat diperlukan.
Pada umumnya dikenal 4 macamcara/tindakan bedah yang dilakukan pada obstruksi
ileus :
1.Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan
gaya hidup.
b.Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennyabiasanya terus
menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen tegang dan kaku.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan,
dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST:
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus-
Menerus (menetap)
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric1 s/d 10
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan
keluhan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem
pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem pencernaan
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien
secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap
dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien
2) Sistem pernafasan Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
3) Sistem kardiovaskuler Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
4) Sistem persarafan Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
5) Sistem perkemihan Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen,
anuria/oliguria, jika syok hipovolemik
6) Sistem pencernaan. Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah
atau tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus
7) Sistem muskuloskeletal Kelelahan, kesulitan ambulansi
8) Sistem integumen Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
9) Sistem endokrin Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
10) Sistem reproduksi Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus
obstruksi adalah sebagai berikut : (Doenges, M.E. 2001 dan Wong D.L)
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
4. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi
motilitasusus
5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidak efektifan penyerapan usus halus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhancairan
dan elektrolit terpenuhi Kriteria hasil :
Intervensi:
Intervensi Rasional
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
nutrisi teratasi Kriteria hasil :
1.Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
2.Berat badan stabil
3.Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yang 1. Mempengaruhi pilihan
mempengaruhi kemampuan untuk mencerna intervensi
makanan, mis : status puasa,mual, ileus paralitik 2. Menentukan kembalinya
setelah selang dilepas peristaltik ( biasanya
dalam 2-4 hari )
2. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen;catat 3. Meningkatkan kerjasama
pasase flatus pasien dengan aturan diet.
Protein/vitamin C adalah
3. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari kontributor utama
pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein untuk pemeliharaan
dan vitamin C jaringan dan perbaikan.
Malnutrisi adalah fator
4. Observasi terhadap terjadinya diare; dalam menurunkan
makanan bau busuk dan berminyak pertahanan terhadap
infeksi
5. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai 4. Sindrom malabsorbsi
indikasi: Antimetik, mis: proklorperazin dapat terjadi setelah
(Compazine). Antasida dan inhibitor histamin, pembedahan usus halus,
mis: simetidin (tagamet) memerlukan evaluasi
lanjut dan perubahan diet,
mis: diet rendah serat
5. Mencegah muntah.
Menetralkan atau
menurunkan pembentukan
asam untuk mencegah
erosi mukosa dan
kemungkinan ulserasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola
nafas menjadi efektif Kriteria hasil :
Pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler, frekuensi :18
-20x/menit
Intervensi :
Intervensi rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas akibat adanya
2. Kaji status pernafasan: pola, distensi abdomen dapat mempengaruhi
frekuensi,kedalaman peningkatan hasil TTV
3. Kaji bising usus pasien 2. Adanya distensi pada abdomen dapat
4. Tinggikan kepala tempat tidur menyebabkan perubahan pola nafas
40-60derajat
3. Berkurangnya/hilangnya bising usus
5. Observasi adanya tanda-tanda menyebabkan terjadi distensi abdomen
hipoksia jaringan perifer: cianosis sehingga mempengaruhi pola nafas
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan
pasien
. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.Muttaqin, Arif. 2009.
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Kardiovaskular dan Hematologi
. Jakarta : Salemba Medika.Brunner & Suddarth. 2002.
Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah
. Jakarta : EGC.Setiawan, Wawan. 2010.
Intervensi dan Rasional Ileus Obstruktif
.(http://wawanjokamblog.blogspot.com/. Diakses tanggal 11 Januari 2011).Zwani. 2007.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Obstruksi Usus
(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-usus.html. Diakses tanggal 11 Januari
2011).Harnawati. 2008. Obstruksi Usus.
(http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-usus/. Diakses tanggal 11 Januari
2011).Vanilow, Barry. 2010.
Askep Ileus Obstruksi
. (http://barryvanilow.blogspot.com/. Diaksestanggal 11 Januari 2011).
LAPORAN KASUS TN.D DENGAN ILEUS OBSTRUKSI RUANG 1202
LANTAI 12 BLOK D RUMAH SAKIT RSUD KOJA JAKARTA
A. Pengkajian
2. Resume
Tn D (37 th), datang ke IGD RSUD Koja pada tanggal 21 Januari 2016 jam 12.55 WIB dengan
keluhan nyeri perut kiri bawah, belum BAB ± 14 hari, tidak bisa flatus demam, nyeri seperti
ditusuk-tusuk. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter didapatkan diagnosa Ileus Paralitik.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data, klien mengatakan nyeri perut bagian kiri bawah,
klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien tampak meringis kesakitan , skala nyeri klien
7, kesadaran compos metis, TD: 110/80mmHg, N: 80x/menit, RR: 22x/menit, S: 38,5ºC. Dari
data yang diatas didapatkan diagnosa keperawatan yaitu: peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses penyakit, gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan gangguan eliminasi fekal (konstipasi) berhubungan dengan
menurunnya mobilitas intestinal. Untuk masalah tersebut diatas dilakukan tindakan keperawatan
adalah mengkaji tanda-tanda vital klien, tehnik relaksasi, tehnik distraksi, kolaborasi diberikan
infus RL 20 tetesx/menit.
Hasil Lab: tanggal 21 Januari 2016 Hb 12,4 gr/dl, leukosit 23,0 u/l, trombosit 546.000 ribu,
hematokrit 36,0 %. Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan evaluasi yaitu, klien
mengatakan belum bisa BAB selama ± 14 hari, belum bisa flatus dan klien mengatakan masih
terasa nyeri diperut bagian kiri bawah, klien tampak lebih tenang. TTV klien TD: 110/80mmHg,
N: 80x/menit, S: 38,5ºC, RR: 22x/menit.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama: Klien mengatakan tidak bisa BAB selama ±14 hari, nyeri perut kiri bawah
seperti ditusuk-tusuk. Faktor pencetus yaitu makan pedas timbulnya bertahap, lamanya keluhan 3
minggu, upaya klien untuk mengatasi berobat ke Klinik.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien tidak mempunyai riwayat alergi dan klien tidak pernah mengalami kecelakaan,klien tidak
pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya, dan di dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan
dan klien pernah memakai obat-obatan yaitu promag.
c. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor risiko
Klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menjadi faktor risiko
d. Riwayat Psikososial dan Spritual
Orang yang terdekat dengan klien adalah istri dan anaknya, pola komunikasi baik dan terarah,
pembuat keputusan dalam keluarga adalah istri, klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Dampak penyakit terhadap keluarga yaitu cemas dan sedih, masalah yang
mempengaruhi klien saat ini adalah kondisi kesehatannya klien tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya. Mekanisme koping terhadap masalah yang digunakan adalah klien diem,
persepsi klien terhadap penyakitnya saat ini klien memikirkan kelanjutan pengobatan, harapan
setelah menjalani pengobatan adalah sembuh, dan perubahan yang di rasakan setelah sakit adalah
klien merasa takut penyakitnya tidak bisa sembuh . Tidak ada sistem nilai kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan, aktivitas agama atau kepercayaan yang di lakukan klien adalah
shalat dan berdoa. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan tidak ada.
e. Pola kebiasaan sehari-hari di rumah
1) Pola Nutrisi
Frekuensi makan sebelum sakit 3 kali sehari, nafsu makan klien kurang karena mual, porsi
makan yang dihabiskan 1 porsi, semua makanan disukai oleh klien, klien tidak ada alergi, klien
minum obat diet dan tidak menggunakan alat bantu makan. Selama di rumah sakit frekuensi
makan klien 3 kali sehari nafsu makan klien kurang karena mual, klien hanya minum susu dan
makan roti, semua makanan klien suka, klien tidak ada alergi makanan dan tidak ada makanan
pantangan tidak ada makanan pantangan, klien mendapatkan diet susu cair, dan klien tidak
menggunakan alat bantu makan.
DATA FOKUS
Data Subjektif
Pre Operasi: Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah, klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk,klien mengatakan tidak bisa BAB selama ± 14 hari, klien mengatakan tidak
bisa flatus, klien mengatakan badannya demam, klien mengatakan kepalanya pusing, klien
mengatakan lemas, mengatakan sulit untuk BAB, klien mengatakan demam sudah 2 hari, klien
mengatkan setelah diberikan obat yal BAB 1x dan feses klien cair (berwarna hitam), klien
mengatkan perutnya keras (kembung).
Data Objektif
Pre Operasi: wajah klien menahan sakit, skala nyeri 7, nyeri tekan pada area kiri bawah, klien
gelisah, klien lemas, klien pucat, klien meringis kesakitan, klien memegangi perutnya, suhu
tubuh klien teraba demam (38,5), turgor kulit klien tidak elastis, mukosa bibir klien kering, skala
nyeri klien 7, klien susah untuk BAB, feses klien berwarna hitam dan cair, perut klien teraba
kembung.. Tekanan darah 110/70mmHg, nadi 80x/menit, suhu 38,5ºC, pernafasan 22x/menit.
Hasil LAB tanggal 21 Januari 2016 Hb 12,4 gr/dl, leukosit 23,0 u/l, trombosit 546.000 ribu,
hematokrit 36,0 vol%.
B. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. Pre operasi Peningkatan suhu Proses penyakit
Ds: tubuh
1. klien mengatakan badannya
demam sudah 2 hari
2. klien mengatakan badannya
lemas
4. klien mengatakan kepalanya
pusing
Do:
1. suhu tubuh klien teraba demam
(38,5ºC)
2. klien lemas
3. klien pucat
4. TTV klien TD: 110/80 mmHg,
S: 38,5ºC, N: 80 x/menit, RR: 22
x/menit
5. hasil laboratorium
L: 23,0 uL ( )
T: 546/uL ( )
2. Pre operasi Nyeri Distensi
Ds: Abdomen
1. klien mengatakan nyeri dibagian
perut kiri bawah
2. klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
Do:
1. klien meringis kesakitan
2. klien lemas
3. klien terlihat memegangi
perutnya
4. skala nyeri klien 7
5. TTV klien TD: 110/80 mmHg,
S: 38,5ºC, N: 80 x/menit, RR: 22
x/menit
3. Pre operasi Gangguan Intake tidak
Ds: keseimbangan adekuat
1. klien mengatakan lemas cairan dan
2. klien mengatakan kepalanya elektrolit kurang
pusing dari kebutuhan
3. klien mengatakan BAB baru 1x, tubuh
konsistensi cair
Do:
1. klien lemas
2. turgor kulit klien tidak elastis
3. mukosa bibir klien tidak
lembab/kering
4. TTV klien TD: 110/80 mmHg,
S: 38,5ºC, N: 80 x/menit, RR: 22
x/menit
6. Hasil Laboralatorium
klorida 94 mEq/dl ( )
7. intake:
Infus 500
Minum 500
+
1000
Output:
Urine 700
Keringat 100
BAB 200
+
1000
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output
36 + 1000 = 1036
Balance Cairan:
Intake – output
1000 – 1036 = -36 cc
Data Objektif:
Suhu tubuh klien teraba demam (38,5ºC)
Klien lemas, pucat
TTV klien:
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi: 80 x/menit
Pernafasan: 22x/menit
Suhu: 38,5ºC
Hasil laboratorium
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 1x24 jam diharapkan masalah
gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1) Suhu tubuh klien dalam batas normal suhu dewasa 36,5 - 37ºC
2) Klien terlihat lebih tenang
3) Tidak ada perubahan warna pada kulit
4) Hasil Lab dalam batas norma (Hb: 13,5 – 18,0 g/dl, Ht: 42,0 – 52,0 vol%, T: 163 – 337/ul, L:
4,00 – 10,50/ul)
Rencana Tindakan
Mandiri
1) Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan)
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
2) Lakukan kompres hangat
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh klien
3) Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2500 ml/hari
Rasional: untuk mencegah dehidrasi
4) Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut dan pakaian tebal
Rasional: untuk mengurangi adanya peningkatan suhu tubuh
Implementasi
Selasa, 26 Januari 2016
a. 09.00 WIB Mengkaji tanda-tanda vital
Respon:Tekanan Darah 96/80 mmHg
Nadi: 88 x/menit
Suhu: 37ºC
Pernafasan: 23 x/menit
b. 09.30 WIB Melakukan kompres hangat di dahi
Respon: Klien sudah diberikan kompres hangat di dahi
c. 09.50 WIB Menganjurkan klien untuk banyak minum 1500-2500 ml/hari
Respon: Klien mau minum air sebanyak 800 ml.
d. 10.00 WIB Menganjurkan klien untuk tidak menggunakan selimut dan pakaian tebal
Respon: Klien terlihat tidak menggunakan pakaian tebal.
Evaluasi
Selasa, 26 Januari 2016 (13.00 WIB)
S: Klien mengatakan demamnya sudah turun, klien mengatakan tidak demam lagi
O: Badan klien teraba tidak demam, suhu tubuh klien 37ºC.
A: Tujuan tercapai, masalah peningkatan suhu tubuh teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-4
Data Subjektif:
Klien mengatakan nyeri dibagian perut kiri bawah
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan perutnya kembung
Data Objektif:
Klien meringis kesakitan
Klien lemas
Klien memegangi perutnya
Skala nyeri klien 7
TTV klien
Tekanan darah 110/80 mmHg
Suhu 38,5ºC
Nadi 80 x/menit
Pernafasan 22 x/menit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 3x24 jam diharapkan masalah
nyeri berhubungan dengan distensi abdonmen dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa nyeri lagi
2) Klien terlihat lebih rileks
3) Klien dapat melakukan teknik relaksasi
4) Skala nyeri klien (0-3)\
Rencana Tindakan
Mandiri
1) Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
Rasional: agar klien menjadi lebih rileks
2) Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional: mengalihkan rasa nyeri klien dan mengurangi ketegangan
3) Kaji TTV klien (Tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan)
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
4) Kaji karakteristik nyeri misalnya: tajam konstan, ditusuk-tusuk atau seperti di cubit
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan
Kolaborasi
5) Berikan terapi obat ranitidine
Rasional: untuk menghilangkan rasa nyeri klien.
Implementasi
Selasa, 26 januari 2016
a. 10.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD: 96/80 mmHg, S: 37ºc, N: 88x/menit, RR: 23x/menit
b. 10.15 WIB Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman
Respon: Klien sudah diberikan posisi semi fowler
c. 10.30 WIB Mengajarkan klien tehnik napas dalam
Respon: Klien sudah diajrkan tehnik napas dalam
d. 10.45 WIB Mengkaji karakteristik nyeri klien
Respon: Skala nyeri klien 7 seperti ditusuk-tusuk
e. 11.00 WIB Memberikan terapi obat ranitidine
Respon: Klien sudah diberikan obat ranitidine
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
Data Subjektif:
Klien mengatakan lemas
Klien mengatakan kepalanya pusing
Klien mengatakan bab baru 1 kali, konsistensi cair
Data Objektif:
Klien lemas
Klien pucat
Turgor kulit klien tidak elastis
Mukosa bibir klien tidak lembab/kering
TTV klien
Tekanan darah 110/80 mmHg
Suhu 38,5ºC
Nadi 80 x/menit
Pernafasan 22 x/menit
Intake
Infus 500
Minum 500 +
1000
Output:
Urine 700
Keringat 100
BAB 200 +
1000
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 1000 = 1036
Balance Cairan:
Intake – output = 1000 – 1036 = -36 cc
Hasil Lab
Natrium: 130 mEq/dl, ( )
Kalium: 3,81 mEq/dl ( N )
Klorida 94 mEq/dl ( )
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 3x24 jam diharapkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebihan dapat teratarasi
Kriteria Hasil:
1) Mukosa bibir klien lembab
2) Turgor kulit klien kembali elastis
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Rencana Tindakan
Mandiri
1) Observasi tanda-tanda dehidrasi (mukosa bibir dan turgor kulit)
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi
2) Ukur tanda-tanda vital klien (tanda-tanda vital, sushu, nadi, pernapasan)
Rasional : untuk mengetahui keadaan dehidrasi dapat menyebabkan hipotensi,
edema dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
3) Monitor intake dan output cairan
Rasional: mengidentifikasi keseimbangan cairan
4) Anjurkan klien untuk minum air mineral 1500-2500 ml/hari
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
Kolaborasi
5) Pemberian cairan intravena
Rasional: untuk mempertahankan cairan
Implementasi
Selasa, 26 januari 2016
a. 11.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 96/80 mmhg, N: 88x/menit, S: 37ºC RR: 23x/menit
b. 11.10 WIB Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi klien
Respon: Mukosa bibir klien masih kering, turgor kulit klien kurang elastis
c. 11.15 WIB Memonitor intake dan ouput klien
Respon:Intake Infus 500
Minum 600 +
1100
Output: Urine 700
Keringat 100
BAB 200 +
1000
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 1000 = 1036
Balance Cairan: Intake – output = 1000 – 1036 = -36 cc
d. 11.30 WIB Menganjurkan klien untuk minum air mineral 1500-2500ml/hari
Respon: Klien mampu minum air 600ml/hari
e. 11.45 WIB Memberikan cairan intravena
Respon: Klien sudah diberikan cairan intravena (asering 500ml/hari, 20tts/menit)
1500
Output: Urine 600
Keringat 150
BAB 200 +
950
IWL 15 x 58 = 36
24
IWL + output = 36 + 950 = 986
Balance Cairan: Intake – output = 1500 – 986 = 514cc
d. 10.40 WIB Menganjurkan klien untuk minum air mineral 1500 - 2500ml/hari
Respon: Klien mengatakan minum air mineral 1000ml/hari
e. 11.00 WIB Memberikan cairan intravena
Respon: Klien sudah diberikan cairan intravena (RL 500ml/hari, 18tts/menit)
Evaluasi
Tanggal 26 Januari 2016 (13.30 WIB)
S: Klien mengatakan lemas, klien mengatakan kepalanya pusing, klien mengatakan BAB cair.
O: Klien terlihat lemas, klien terlihat pucat, turgor kulit klien tidak elastis, mukosa bibir klien terlihat
kering.
A: Tujuan belum tercapai, masalah gangguan cairan dan elektrolit belum teratasi
P: Lanjutkan inervensi 1-5
Data Objektif:
Klien terlihat sulit untuk BAB
Feses klien berwarna hitam dan konsistensinya cair
Perut klien teraba keras
Bising usus klien 3x/menit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 3x24 jam diharapkan masalah
gangguan eliminasi fekal (konstipasi) berhubungan dengan mobilitas intestinal dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1) BAB klien kembali normal (3x.hari)
2) Perut klien tidak keras/kembung lagi
3) Feses klien setengah padat, berwarna kuning, berbau khas feses
4) TTV klien kembali normal
5) Bising usus klien dalam batas normal (9-12x/menit)
Rencana Tindakan
Mandiri
1) Kaji TTV klien (TD,S,N,RR)
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
2) Anjurkan klien untuk minum air hangat atau jus buah
Rasional: untuk merangsang paristaltik sebelum defekasi
3) Anjurkan klien untuk makan makanan yang berserat (brokoli, kismis, buah apel, pir, pisang, oat
dan gandum)
Rasional: membantu klien mengatasi masalah susah BAB
4) Auskultasi bising usus klien
Rasional: untuk mengetahui bising usus biasanya meningkat pada saat konstipasi
5) Monitor intake dan output klien
Rasional: membantu mengidentifikasi dehisrasi dan kekurangan nutrisi
Kolaborasi
6) Pemberian therapy obat Yall (Dulcolax) setiap pagi
Rasional: membantu mencahar feses atau mengeluarkan feses
7) Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
Rasional: agar klien menjadi lebih rileks
Implementasi
Selasa, 26 januari 2016
a. 12.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 96/80 mmhg, N: 88x/menit, S: 37ºC RR: 23x/menit
b. 12.10 WIB Menganjurkan klien untuk minum air hangat atau jus buah
Respon: Klien mengatakan belum minum jus tetapi sudah minum air hangat
c. 12.25 WIB Menganjurkan klien untuk makan makanan yang berserat (brokoli, kismis, pir,
pisang pepaya)
Respon: Klien mau makan buah pisang
d. 12.30 WIB Mengauskultasi bising usus klien
Respons: Bising usus klien 3x/menit
Evaluasi
Selasa, 26 Januari 2016 (13.45 WIB)
S: Klien mengatakan tadi pagi diberikan obat dulcolax, klien mengatakan sudah BAB 1x/hari, klien
mengatakan fesesnya cair dan berwarna hitam.
O: Bising usus klien 5x/menit, klien terlihat minum air hangat sebanyak 1 gelas
A: Tujuan belum tercapai, masalah gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan menurunnya
mobilitas intestinal
P: Lanjutkan inervensi 1-6