Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009).
Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi akan mengakibatkan kemampuan
menilai terganggu, sedangkan gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial akan
mengakibatkan terganggunya kemampuan berespon yakni  perilaku non verbal
(Ekspresi,gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan ingkungan. Ini
diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakuka
sesuatu hal diluar kesadarannya.( Prabowo, 2014)

Rentang respon  :

Respon  Adaptif                                                                    Respon  Maladptif


Pikiran logis                            Distorsi pikiran                        gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat                        ilusi                                          Halusinasi
Emosi konsisten dengan         Reaksi emosi berlebihan          Sulit berespon emosi
Pengalaman                             atau kurang                             perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai             Perilaku aneh/tidak biasa    isolasi sosial
Berhubungan sosial                 Menarik diri
B. JENIS –JENIS HALUSINASI

JENIS KARAKTERISTIK
HALUSINASI
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
70 % Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa
klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
Penglihatan 20% Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
Kinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
C. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart (2014), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah – masalah pada system receptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).
Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2014), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D. PATOFISIOLOGI

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan sensori perseptual : Halusinasi

Interaksi sosial menarik diri

Harga diri rendah

E. PROSES TERJADINYA MASALAH


Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase memiliki karakteristik
yang berdeda yaitu:
a. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah
tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali dan
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumberdipersepsikan. Disini terjadi
peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-
tanda vital ( denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah), asyik dengna pengalaman
sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan reaita.
c. Fase III
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan dengan orang ain, berkeringat,
tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang ain dan berada dalam kondisi yang
sangat menegangkan terutamajika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah halusinasi.
Di sni terjadi perikalu kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap
perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi pasien
sangan membahayakan. (Prabowo, 2014)

F. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala seseorang yang mengalami halusinasi adalah :
1. Tahap 1 (Comforting)
a. Tertawa tidak sesuai dengan situasi
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Bicara lambat
d. Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan.
2. Tahap 2 (Condeming)
a. Cemas
b. Kosentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan realita
3. Tahap 3
a. Pasien cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian dan konsentrasi menurun
d. Efek labil
e. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
4. Tahap 4 (Controlling)
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Pasien tidak mampu mengendalikan diri
c. Berisiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat
penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang
menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.Neuroleptika dengan dosis efek tiftinggi bermanfaat pada penderita
psikomotorik yang meningkat.
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada
satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
c. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien kembali
kemasyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul
dengan orang lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan
diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama
e. Terapi aktivitas
1) Terapi music : Focus, mendengar, memainkan alat musik dan bernyanyi
yaitu menikmati dengan relaksasi music yang disukai pasien.
2) Terapi seni Focus: Untuk mengekspresikan perasaan melalui beberapa
pekerjaan seni.
3) Terapi menari Focus pada: Ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
4) Terapi relaksasi Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok Rasional :
Untuk koping/perilaku mal adaptif/deskriptif meningkatkan partisipasi
dan kesenangan pasien dalam kehidupan.
5) Terapi social Pasien belajar bersosialisai dengan pasien lain
6) Terapi kelompok
i. Terapi group (kelompok terapeutik)
ii. Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
iii. TAK Stimulus Persepsi: Halusinasi
Sesi 1 : Mengenal halusinasi
Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

f. Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana d idalam keluarga (Home Like
Atmosphere).(Prabowo,2014)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Alasan masuk RS
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang
dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan.
b. Faktor prediposisi
1) Faktor perkembangan
a) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
b) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
a) Komunikasi peran ganda
b) Tidak ada komunikasi
c) Tidak ada kehangatan
d) Komunikasi dengan emosi berlebihan
e) Komunikasi tertutup
f) Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan
konflik dalam keluarga
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang
terlalu tinggi.
4) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi,
harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan
koping destruktif.
5) Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel,
perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6) Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu.
Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia
adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5
dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia
sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
c. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan
abnormal).
3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2014), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah
kesehatan, lingkungan dan perilaku.
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan
infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan
kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dala,
berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm
tekanan kerja, dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

3) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan
pengobatan dan penanganan gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa
tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi
sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi
adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus
dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi
informasi tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :
a) Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
b) Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.
c) Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
munculnya halusinasi untuk memvalidasi pertanyaan klien.
d) Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa
yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi. Apakah
klien bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.
d. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat
badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
1) Status mental
a) Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
b) Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
c) Aktivitas motorik : meningkat/menurun
d) Afek : sesuai/maladaprif
e) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai
dengan nformasi
f) Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik
dan dapat mempengaruhi proses pikir
g) Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis
h) Tingkat kesadaran
i) Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2) Mekanisme koping
a) Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
b) Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggungjawab kepada oranglain.
c) Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan stimulus internal
3) Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi,
pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.
B. ANALISA DATA

No Data Fokus Diagnosa


1. DS : Gangguan persepsi sensori
- Klien mengatakan sering berbicara sendiri : halusinasi dengar
- Klien mengatakan sering mendengar suara
menyuruhnya
- Klien mengatakan mendengar suara-suara
kadang-kadang 3 kali sehari, pada saat
klien sedang sendirian
DO :
- Klien tampak diam dan bingung
- klien kadang-kadang terlihat berbicara
sendri
- Klien kadang terlihat mondar-mandir
2. DS : Isolasi sosial : menarik diri
- Klien mengatakan malas berbicara dengan
orang lain.
DO :
- Klien tampak lebih banyak menyendiri
- Klien tampak berbincang-bicang bila ada
yang mengajak klien berbicara
- Klien hanya menjawab iya, tidak atau lupa
saat ditanya
3. DS. Resiko perilaku kekerasan
- klien mengatakan kadang masih
mendengar suara.
- Klien mengatakan saat mendengar suara-
suara klien diam dan kadang-kadang kesal
DO.
- klien tampak bingung
- klien kadang terlihat kesal
- klien tampak marah bila merasa tidak
nyaman
POHON MASALAH
Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan sensori perseptual : Halusinasi

Regiment terapeutik tidak efektif Isolasi sosial menarik diri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi pendengaran

2. Isolasi sosial berhubungan dengan menarik diri

3. Resiko perilaku kekerasan


D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal Tindakan keperawatan Evaluasi


Dx. S.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi - Klien mengatakan nama
pendengaran klien
Setelah klien diberikan perawatan dan - klien mengatakan kadang-
dilakukan tindakan SP 1 – SP4: kadang masih mendengar
- Mengenal halusinasi suara-suara bila klien
- Mengontrol halusinasi dengan sendirian, kadang 2x
menghardik sehari
- Mengajarkan klien cara - klien mengatakan bila
mengontrol halusinasi dengan suara-suara datang,
berbincang-bincang dengan kadang-kadang klien
orang lain menghardik kadang hanya
- Menjelaskan tentang manfaat diam saja
minum obat,kerugian tidak - klien mengatakan klien
minum obat, mengenalkan obat berbincang-bincang
oral yang sedang dikonsumsi dengan orang lain bila
pasien ,nama ,warna ,dosis dan ada yang mengajak.
efek terapi . - Klien mengatakan minum
- mengajarkan klien mengontrol obat bila diingatkan oleh
halusinasi dengan membuat perawat.
jadwal kegiatan sehari-hari
O.
- Klien tampak masih
bingung
- Pasien tampak jarang
melakukan kontak mata
- Pasien tampak menjawab
pertanyaan dengan singkat
- Pasien mampu
mengungkapkan
halusinasinya
- Klien kadang-kadang
tampak berbincang-
bincang dengan teman
sekamar.
- Klien mampu menghardik
tapi hanya sekali saja
dalam sehari
- Klien tampak minum obat
bila diingatkan oleh
perawat
- Klien tampak belum
mampu mengingat jadwal
minum obat
A.
- Gangguan persepsi sensori
: Halusinasi
- Isolasi sosia : menarik diri
- Resiko perilaku kekerasan
P.
- Ajarkan kembali cara
mengontrol halusinasi
- Motivasi klien untuk
berbincang-bincang
dengan teman atau
perawat saat halusinasi
muncul
- Ajarkan klien untuk
membuat jadwal harian
atau melakukan kesibukan
saat halusinasi muncul
- Jelaskan kepada klien
tentang obat-obatan yang
sedang dikonsumsi,
fungsi, frekuensi dan
akibat bila tidak minum
obat secara rutin sesuai
dosis .
- Beri pujian kepada klien
bila klien mampu
melakukan kegiatan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kosmita Wira. 2017. Lp Halusinasi Pendengaran.
http://www.scribd.com/document/342136493/Lp-Halusinasi-Pendengaran. Diakses 23
oktober 2018

Yusalia Refiaka. LP dan SP Halusinasi.


http://www.academia.edu/12005326/LP_dan_SP_Halusinasi. Diakses 23 oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai