Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (UU Tipikor) dan perubahannya, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019, adalah dasar hukum untuk menangani kasus korupsi. Beberapa perbuatan yang bisa dianggap sebagai tindak pidana korupsi menurut UU Tipikor Indonesia meliputi: 1. Suap (Pasal 5 UU Tipikor): Memberi atau menerima hadiah atau janji kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya. 2. Gratifikasi (Pasal 12B UU Tipikor): Memberikan hadiah atau pemberian kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena jabatannya atau perbuatannya yang berhubungan dengan jabatannya. 3. Mark up atau Mark down (Pasal 2 UU Tipikor): Memanipulasi harga atau nilai sesuatu yang menjadi kewajiban negara atau penerimaan negara. 4. Penyalahgunaan wewenang (Pasal 3 UU Tipikor): Pegawai negeri yang dengan sengaja menggunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi atau golongan. 5. Penggelapan (Pasal 2 UU Tipikor): Menggelapkan atau menguras keuangan atau harta kekayaan negara atau pihak lain yang dikuasai. 6. Pemalsuan dokumen (Pasal 4 UU Tipikor): Membuat, menggunakan, atau mengeluarkan dokumen palsu dengan maksud menjerat seseorang atau merugikan orang lain. 7. Kolusi (Pasal 3 UU Tipikor): Kesepakatan antara dua pihak atau lebih untuk melakukan tindakan yang merugikan keuangan negara. 8. Nepotisme (Pasal 4 UU Tipikor): Memberikan hak atau keuntungan kepada keluarga atau kerabat dalam jabatan atau pekerjaan tertentu.