Anda di halaman 1dari 26

Tindak Pidana Korupsi dalam

Perundang-Undangan di
Indonesia

Anggi Noviyanti (AKX.16.019)


Kintan Reizani (AKX.16.062)
Niken Levia Rosa (AKX.16.079)
Rakhmat Aldy Akbar (AKX.16.100)
Selly Rizka Dewi (AKX.16.119)
Pengertian Korupsi

Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin


corruptus, yakni berubah dari kondisi yang adil, benar
dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya .

Sedangkan kata corruptio berasal dari kata kerja


corrumpere, yang berarti busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang
yang dirusak, dipikat, atau disuap.
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi (Anwar, 2006:10).
Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada
serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka mendapatkan
keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi
bagi masyarakat umum adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan
publik untuk keuntungan pribadi.
Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged
Dictionary) korupsi didefinisikan sebagai penyimpangan atau
perusakan integritas dalam pelaksanaan tugas-tugas publik
dengan penyuapan atau balas jasa.

Sedangkan pengertian ringkas yang dipergunakan World Bank,


korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan
pribadi (the abuse of public office for private gain).
Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
korupsi secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan
jabatan atau amanah, melawan hukum untuk memperoleh keuntungan
atau manfaat pribadi atau kelompok tertentu yang dapat merugikan
kepentingan umum.
Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah
korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan
swasta, dimana mereka dengan tidak pantas dan melawan hukum
memperkaya diri mereka sendiri dan atau orang-orang yang dekat dengan
mereka, atau membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut,
dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka ditempatkan.
Jenis-Jenis korupsi
Memperhatikan Undang-undang nomor 31
tahun 1999 Undang-undang Nomor 20 tahun
2001, maka tindak pidana korupsi itu dapat
dilihat dari dua segi yaitu korupsi aktif dan
korupsi pasif.
Adapun yang dimaksud dengan korupsi aktif
adalah sebagai berikut:

Melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999).
Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan keuangan
Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999).
Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal
4 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999).
Jenis-Jenis korupsi

Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak pidana


Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001).
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara
Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001).
Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena
atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya
dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b
Undang-undang Nomor 20 Tagun 2001).
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal
6 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001).
Jenis-Jenis korupsi

Pemborong,ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau


penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan
bangunan,melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan
perang (Pasal 7 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 tahun 2001).
Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan
bahan bangunan,sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a (Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor
20 tahun 2001).
Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara
nasional Indonesia atau Kepolisian negara Reublik Indonesia melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang (Pasal 7 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 20 tahun
2001).
Jenis-Jenis korupsi

Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan


Tentara nasional indpnesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
dengan sengaja mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud
dalam huruf c (pasal 7 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 20 Tahun
2001).
Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang di tugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu,
dengan sengaja menggelapkan uang atau mebiarkan uang atau surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu
dalam melakukan perbuatan tersebut (Pasal 8 Undang-undang Nomor 20
tahun 2001).
Pegawai negeri atau selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu,dengan
sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar khusus pemeriksaan
administrasi (Pasal 9 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001).
Jenis-Jenis korupsi

Adapun yang dimaksud dengan korupsi aktif


adalah sebagai berikut:

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji
karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya (pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 tahun 2001).

Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau untuk
mepengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan berhubung dengan perkara
yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili (Pasal 6 ayat (2) Undang-
undang nomor 20 Tahun 2001).
Jenis-Jenis korupsi

Orang yang menerima penyerahan bahan atau keparluan tentara nasional


indonesia, atau kepolisisan negara republik indonesia yang mebiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau c
Undang-undang nomor 20 tahun 2001 (Pasal 7 ayat (2) Undang-undang nomor
20 tahun 2001).
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan utnuk mengerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,atau
sebaga akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (pasal 12
huruf a dan huruf b Undang-undang nomor 20 tahun 2001).
Jenis-Jenis korupsi

Hakim yang enerima hadiah atau janji,padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (pasal 12 huruf c Undang-
undang nomor 20 tahun 2001).
Advokat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga,bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat uang diberikan berhubungan dengan perkara yang diserahkan
kepada pengadilan untuk diadili (pasal 12 huruf d Undang-undang nomor 20
tahun 2001).
Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi
yang diberikan berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya (pasal 12 Undang-undang nomor 20 tahun 2001).
Menurut UU. No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, secara ringkas
tindakan-tindakan korupsi itu bisa
dikelompokkan menjadi:

1. Kerugian keuntungan Negara


2. Suap-menyuap (istilah lain :
sogokan atau pelicin)
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam
pengadaan
7. Gratifikasi (istilah lain : pemberian
hadiah)
Jenis-Jenis korupsi

Adminstrative Against The Rule


Coruption Corruption

Yaitu dimana segala sesuatu yang dijalankan Artinya korupsi yang dilakukan
adalah sesuai dengan hukum/peraturan
yang berlaku.Akan tetapi individu-individu
adalah sepenuhnya bertentangan
tetentu memperkaya dirinya sendiri. dengan hukum.

Misalnya proses rekruitmen pegawai Misalnya penyuapan,


negeri,dimana dilakukan dalam negeri,
dimana dilakukan ujian seleksi mulai dari
penyalahgunaan jabatan untuk
seleksi administratif sampai ujian memperkaya diri sendiri atau orang
pengetahuan atau kemampuan,akan tetapi lain atau korporasi.
yang harus diluluskan sudah tertentu
orangnya.
Jenis-Jenis korupsi

Korupsi yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan dua pihak


dalam bentuk suap, dimana yang memberi dan yang
transaktif diberi sama-sama mendapatkan keuntungan.

Korupsi yaitu korupsi yang dilakukan dengan pemaksaan oleh


pejabat, sebagai pembayaran jasa yang diberikan
ekstortif kepada pihak luar, si pemberi tidak ada alternatif lain

yaitu korupsi yang dilakukan seorang pejabat karena


Korupsi adanya iming-iming tentang sesuatu yang akan
menghasilkan dimasa mendatang.
investif
Jenis-Jenis korupsi

Korupsi yaitu korupsi yang terjadi karena adanya perlakuan


khusus bagi keluarganya atau teman dekat atas sesuatu
nepotistik kesempatan mendapatkan fasilitas.

yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat


Korupsi mendapat keuntungan, dengan jalan memberikan
informasi kepada pihak luar yang sebenarnya harus
otogenik dirahasiakan.

Korupsi yaitu korupsi yang dilakukan secara berkelompok dalam


satu bagian atau divisi dengan tujuan untuk melindungi
suportif tindak korupsi yang mereka lakukan secara kolektif.
GAMBARAN UMUM KORUPSI DI INDONESIA

Korupsi di Indonesia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun


1960-an bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya.
Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang
diikuti dengan dilaksanakannya Operasi Budhi dan Pembentukan
Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung,
belum membuahkan hasil nyata.

Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dengan
Operasi Tertib yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek modus operasi korupsi
semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal
dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999.
a ng-
r u nd rupsi
n Pe it Ko
a
tur Terka
ra
Pe gan
nd an
U
Undang-Undang mengenai tindak pindana korupsi, yaitu:
UU nomor 20 tahun 2001 Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi
UU 30/2002 Komisi Anti Korupsi
UU 31/1999 Pemberantasan Korupsi. Telah diperbaharui menjadi UU
No 20 Tahun 2001
UU 11/1980 tentang Antisuap
UU 15/2002 tentang tindak pidana anti pencucian uang. UU ini telah
dirubah menjadi UU No 25 tahun 2003
UU 25/2003 tentang perubahan UU No 15/2002 tentang tindak pidana
anti pencucian uang
UU No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih
Bebas dari KKN
UU No 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003
UU No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Masalah pidana
UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban
(termasuk versi bahasa Inggrisnya)
Contoh Kasus Korupsi yang
terjadi di Indonesia
Malinda Dee Divonis 8 Tahun
Penjara
JAKARTA, KOMPAS.com Majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
menjatuhkan vonis delapan tahun penjara kepada Inong Malinda Dee binti Siswo
Wiratmo (49). Majelis hakim yang diketuai Gusrizal dalam sidang di ruang sidang utama
PN Jaksel menilai terdakwa Malinda terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
tindak pidana perbankan dan pencucian uang yang didakwakan kepadanya.
"Menjatuhkan hukuman pidana kepada terdakwa Inong Malinda Dee binti Siswo Wiratmo
hukuman penjara selama delapan tahun dan denda sebesar 10 miliar rupiah," kata
Ketua Majelis Hakim Gusrizal membacakan putusan di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan, Rabu (7/3/2012).
Hakim menilai seluruh dakwaan yang dikenakan kepada mantan Relationship Manager
Citibank itu terbukti secara sah dan meyakinkan. Empat dakwaan yang dikenakan
kepada Malinda terdiri atas dua dakwaan terkait tindak pidana perbankan, yaitu dakwaan
primer Pasal 49 Ayat (1) huruf a UU Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo
Pasal 65 Ayat (1) KUHP serta dakwaan subsider pertama, Pasal 49 Ayat (2) huruf b UU
No 7/1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No 10/1998 tentang Perbankan juncto
Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 65 Ayat (1) KUHP.
Malinda juga dianggap terbukti bersalah melakukan tindak pidana pencucian
sebagaimana disebutkan dalam dakwaan subsider kedua Pasal 3 Ayat (1)
Huruf b UU No 15/2002 sebagaimana telah diubah dengan UU No 25/2003
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 65 Ayat (1) KUHP dan
dakwaan subsider ketiga Pasal 3 UU No 8/2010 tentang Pencegahan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 65 Ayat (1) KUHP.
Putusan majelis hakim berselisih lima tahun dengan tuntutan jaksa. Hal yang
meringankan terdakwa dalam pertimbangan hakim adalah terdakwa masih
memiliki anak-anak yang membutuhkan asuhan orangtua. Sementara itu, hal
yang memberatkan, antara lain, adalah Malinda dianggap berbelit-belit
dalam menyampaikan keterangan di persidangan.
Dampak Tindak Pidana Korupsi
Hukum Politik
Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara
prinsip-prinsip keadailan hukum tertentu (pemeritah pusat)
Besarnya peluang eksekutif mencampuri Daerah dan pemerintah daerah sangat
badan peradilan. bergantung pada pemerintah pusat.
Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan Lemahnya sikap dan moralitas para
masyarakat. penyelenggara negara.
Sistem hukum dan peradilan dapat Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan
dikendalikan dengan uang. sumber daya manusia Indonesia.
Hilangnya perlindungan hukum terhadap Terjadinya ketidakstabilan politik karenarakyat
rakyat terutama rakyat miskin. tidak percaya terhadap pemerintah.
Ekonomi Sosial Budaya
Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai
orang yang berada di lingkaran kekuasaan. Hilangnya nilai-nilai moral sosial.
Munculnya para pengusaha yang mengandalkan Hilangnya figur pemimpin dan contoh
kebijakan pemerintah bukan berdasarkan kemandirian.
Rapuhnya dasa ekonomi nasional karena pertumbuhan teladan dalam kehidupan berbangsa
ekonomi bukan didasarkan pada kondisi sebenarnya. dan bernegara.
Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis
ekonomi kerakyatan.
Berkurangnya tindakan menjunjung
Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan tinggi hukum, berkurangnya
ekonomi secara keseluruhan.
kepedulian dan kesetiakawanan.
TERIMAKASIH
NO NPM NAMA SKOR

1 AKX.16.019 Anggi Noviyanti


2 AKX.16.062 Kintan Reizani
3 AKX.16.079 Niken Levia Rosa
4 AKX.16.100 Rakhmat Aldy Akbar
5 AKX.16.119 Selly Rizka Dewi
KRITERIA PENILAIAN
1. Ketepatan penjelasan
2. Daya Tarik Komunikasi
a. komunikasi tertulis
b. Komunikasi lisan
GRADING SCHEME

KETEPATAN PENJELASAN
DIMEN Sangat Memua Batas Kurang Di SKOR
SI Memuaskan skan Memuaskan baw
ah
stan
dard
KELE Lengkap dan Lengka Masih Hanya Tida
NGKA integratif p kurang menunjukkan k
PAN aspek sebagian ada
KONS yang konsep saja kons
EP belum ep
terungka
p
KEBE Diungkapkan Diungk Sebagian Kurang dapat Tida
NARA dengan tepat, ap besar mengungkapka k
N aspek penting dengan konsep n aspek ada
KONS tidak dilewatkan, tepat, sudah penting, kons
EP bahkan analisis namun terungka melebihi ep
dan sintetis nya deskript p, namun halaman, tidak yang
membantu if masih ada proses disaji
memahami ada yang merangkum kan
konsep terlewatk hanya
an mencontoh
KOMUNIKASI TERTULIS

DIME Sangat Memuaskan Batas Kurang Di SK


NSI Memuaskan Memuaskan bawah OR
standar
d

BAH Bahasa Bahasa Bahasa Informasi dan Tidak


ASA menggugah menambah deskriptif, data yang ada
PAP pembaca untuk informasi tidak terlalu disampaikan hasil
ER mencari tahu pembaca menambah tidak menarik
konsep lebih pengetahuan dan
dalam membingung
kan

KER Paper dibuat Paper cukup Dijilid biasa Dijilid namun Tidak
APIA dengan sangat menarik, kurang rapi ada
N menarik dan walau tidak hasil
PAP menggugah terlalu
ER semangat mengundang
membaca
KOMUNIKASI LISAN
DIMENSI Sangat Memuaskan Batas Kurang Di bawah S
Memuaskan Memuaskan standard K
O
R

ISI Memberi inspirasi Menambah Pembaca Informasi yang Informasi


pendengar untuk wawasan masih harus disampaikan yang
mencari lebih menambah tidak disampaika
dalam lagi informasi menambah n
dari wawasan bagi menyesatka
beberapa pendengarnya n atau salah
sumber

ORGANI Sangat runtut dan Cukup runtut Tidak Informasi yang Tidak mau
SASI integratif sehingga dan memberi didukung disampaikan presentasi
pendengar dapat data data, namun tidak ada
mengkompilasi isi pendukung menyampaik dasarnya
dengan baik fakta yang an informasi
disampaikan yang benar

GAYA Menggugah Membuat Lebih banyak Selalu Tidak


PRESEN semangat pendengar membaca membaca berbunyi
TASI pendengar paham, catatan catatan
hanya (tergantung
sesekali saja pada catatan)
memandang
catatan

Anda mungkin juga menyukai