Anda di halaman 1dari 39

MATERI SOSIALISASI

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA APIP


DAN APH TENTANG PENGADUAN
MASYARAKAT

DI WILAYAH HUKUM
KEJARI SUBULUSSALAM
Disampaikan Oleh :
KEJAKSAAN NEGERI SUBULUSSALAM
14 November 2018
Dasar Hukum

Undang-undang No. 16 Tahun 2004


tentang Kejaksaan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4401.

Keputusan Jaksa Agung RI Nomor : KEP-


115/JA/10/1999 tanggal 20 Oktober 1999
yang sudah dirubah dengan perubahan
terakhir Keputusan Jaksa Agung RI
Nomor: KEP-558/A/JA/12/2003 tanggal 17
Desember 2003 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan R.I.
Tugas dan
Wewenang
Kejaksaan
RI
Tugas dan Wewenang

Kejaksaan mempunyai
tugas melaksanakan
kekuasaan negara di bidang
penuntutan, dan tugas-
tugas lain berdasarkan
peraturan perundang-
undangan serta turut
menyelanggarakan sebagian
tugas umum pemerintahan
dan pembangunan
di bidang hukum.
Tugas dan Wewenang

Di Bidang
“Perdata
Di Bidang
dan Tata
“Pidana”
Pasal 30 Ayat (1) Usaha
UU No. 16 Negara”
Tahun 2004

Di Bidang Tugas dan


“Ketertiban wewenang
Umum dan lain
Ketentraman berdasarkan
Umum” Undang-undang
Penyelenggara Negara
Pasal 1 UU No 28 Tahun 1999
(Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN)

Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang


menjalankan fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif dan
pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggara Negara :
1. Pejabat Negara pada Lembaga Negara,
2. Menteri,
3. Gubernur sebagai Wkl Pem Pusat di Daerah,
4. Hakim, disemua tk Pengadilan,
5. Pejabat Negara yg lain : Dubes, Wk Gub, dan Bupati/
Walikota, dan
6. Pejabat lain yg memiliki fungsi strategis (rawan praktek
KKN) : Dir/Kom, dan Pjb Struktural lainnya BUMN/BUMD,
Pimp BI, Pimp Perguruan Tinggi Negeri, Pjbt Es I, Jaksa,
Penyelidik, Panitera Pengadilan, dan Pimpinan dan
Bendaharawan Proyek.
 Bhs Latin “Coruptio” , “corruptus” , “corumpere”
 (bhs Latin tua),“Coruptore”
 Bhs Inggris “Corruption”, “Corrupt”
 Bhs Perancis “Corruption”,
 Bhs Belanda “ Corruptie”
 Bhs Indonesia “Korupsi”
 Bhs Malaysia “ Resuah” – Riswah (Arab)

 Kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat


disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-
kata atau ucapan menghina, atau memfitnah.
(The Lexicon Webster Dictionary 1978)
 Tindak Pidana Korupsi, Evi Hartanti hal 9
Penyelewengan atau penggelapan
(uang negara atau perusahaan dan
sebagainya), untuk kepentingan
pribadi dan orang lain.

Busuk, rusak, suka memakai barang


atau uang yang dipercayakan
kepadanya, dapat disogok (melalui
kekuasaannya untuk kepentingan
pribadi).

Perbuatan curang, tindak pidana


yang merugikan keuangan negara.
(Kamus Hukum, Subekti dan Tjitrosudibio)
 Secara gamblang telah dimuat dalam 13 pasal
dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun
2001 Tentang Pemberantasan Korupsi.

 Dari pasal-pasal tersebut korupsi dirumuskan dalam


30 (tiga puluh) bentuk/jenis tindak pidana korupsi,
pasal ini menerangkan secara rinci mengenai
perbuatan yang bisa dikenakan pidana mati, pidana
penjara, dan pidana denda karena korupsi.
• Senantiasa melibatkan lebih dari satu orang;
• Pada umumnya dilakukan secara rahasia;
• Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal
balik dan tidak selalu dalam bentuk uang;
• Biasanya berusaha menyelubungi perbuatannya
dengan berlindung di balik pembenaran hukum;
• Yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang
tegas dan mampu mempengaruhi keputusan-2 itu;
• Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan,
biasanya dilakukan oleh badan publik atau umum
masyarakat;
• Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan.

Sosiologi Korupsi, Shed Husein Alatas,1983


JENIS-JENIS TP. KORUPSI
Menurut UU no. 31 th. 1999 jo. UU no. 20 th. 2001 perbuatan-perbuatan
yang dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :

1. Korupsi yang berkaitan dengan kerugian keuangan negara atau


perekonomian negara, ( pasal 2 dan pasal 3 );
2. Korupsi yang berkaitan dengan suap menyuap ( pasal 5, 6, 11,12 dan 13 )
3. Korupsi yang berkaitan dengan penggelapan dalam jabatan (pasal 8, 9,
10)
4. Korupsi yang berkaitan dengan perbuatan curang dalam pemborongan
atau penyerahan barang (pasal 7)
5. Korupsi yang berkaitan dengan penguasaan tanah negara oleh pegawai
negeri/penyelenggara negara (pasal 12 huruf h)
6. Korupsi yang berkaitan dengan pemalsuan buku atau daftar khusus
pemeriksaan administrasi (Pasal 9)
7. Korupsi yang berkaitan dengan pegawai negeri yang kepentingan dalam
pengadaan barang (psal 12 huruf i)
8. Korupsi yang berkaitan dengan gratifikasi ( pasal 12 B, 12 C ).
17
1. Pasal 2

2. Pasal 3

3. Pasal 5 ayat (1) huruf a


4. Pasal 5 ayat (1) huruf b
5. Pasal 13
6. Pasal 5 ayat (2)
7. Pasal 12 huruf a
8. Pasal 12 huruf b
9. Pasal 11
10. Pasal 6 ayat (1) huruf a
11. Pasal 6 ayat (1) huruf b
12. Pasal 6 ayat (2)
13. Pasal 12 huruf c
14. Pasal 12 huruf d
15. Pasal 8
16. Pasal 9
17. Pasal 10 huruf a
18. Pasal 10 Huruf b
19. Pasal 10 huruf c
23. Pasal 7 ayat (1) huruf a
24. Pasal 7 ayat (1) huruf b
25. Pasal 7 ayat (1) huruf c
26. Pasal 7 ayat (1) huruf a
27. Pasal 7 ayat (2)
28. Pasal 7 ayat (1) huruf a

29. Pasal 12 huruf 1

30. Pasal 12 B jo Pasal 12 C


Secara lahiriah bermotif Secara sepintas kelihatannya


mendapatkan uang , tetapi bermotif politik, tetapi
sesungguhnya bermotif secara tersembunyi
lain, yaitu kepentingan sesungguhnya bermotif
politik. mendapatkan uang semata
1. Berkurangnya kepercayaan kepada pemerintah
2. Berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam
masyarakat
3. Menyusutnya pendapatan negara
4. Rapuhnya keamanan dan ketahanan masyarakat
5. Perusakan mental pribadi
6. Hukum tidak lagi dihormati
KEWENANGAN KEJAKSAAN berdasarkan UU No.16
tahun 2014 ttg Kejaksaan RI , al :

• Melakukan penuntutan dlm perkara PIDANA;


• Melaksanakan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap;
• Melakukan pengawasan pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan
keputusan lepas bersyarat;
• Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana
tertentu berdasarkan Undang-Undang (TINDAK
PIDANA KORUPSI);
• Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu
dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum
dilimpahkan ke Pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Penyidik.
 Dan Kewenangan Lain Yg Ditentukan dlm UU.
PENGERTIAN (KEUANGAN NEGARA, DAERAH dan
DESA

Keuangan Negara pada prinsipnya adalah semua hak dan


kewajiban Negara yang dapt dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Negara dalam melaksanakan fungsi (pemerintahan)
Negara.

Sesuai konsep teoritis, tidak terdapat perbedaan antara


Keuangan Negara dengan Keuangan Daerah. Dalam konsep
Keuangan Negara, Pemerintah Daerah dianalogikan sebagai
miniatur Negara. Artinya, berbagai fungsi Negara dilaksanakan
dalam suatu wilayah yang lebih sempit. Dalam kaitan ini termasuk
hubungan Eksekutif dan Legislatif. Terkait dengan itu, Undang-
undang Keuangan Negara tidak membedakan antara keduanya
PERUNDANG- UNDANGAN YG MENGATUR TIPIKOR

 UU No 28 th.1999 tentang Penyelenggaraan Negara


yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN);

 UU No. 31 th 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi sebagaimana diubah dg UU No 20
tahun 2001;

 UU NO. 30 TAHUN 2002 TTG KPK;

 UU No. 46 tahun 2009 ttg PENGADILAN TIPIKOR.


KORUPSI – KOLUSI – NEPOTISME (KKN)
Pengertiannya :

 KORUPSI : Perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang


lain atau kelompok, yg dilakukan dengan cara-cara yang
melanggar hukum, atau menyalah gunakan wewenang yang
merugikan Keuangan Negara atau perekonomian Negara.

 KOLUSI : Pemufakatan atau kerjasama secara melawan


hukum antar penyelenggara Negara atau antara
penyelenggara Negara dan pihak lain yang merugikan orang
lain, masyarakat dan atau Negara.

 NEPOTISME : Kegiatan Penyelenggara Negara secara


melawan hukum yang menguntungkan keluarganya dan atau
kroninya diatas kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
TIPIKOR, terkait KEUANGAN NEGARA :
Pasal Utama Tipikor sbg penyelamatan Kerugian Negara :
PASAL 2 DAN PASAL 3 (UU 31/ 1999 JO 20 /2001)

MENGANDUNG UNSUR :
1. MELAWAN HUKUM TERHADAP KETENTUAN PERUNDANG- UNDANGAN
ATAU
1. MENYALAHGUNAKAN KEKUASAAN, KEWENANGAN DAN KESEMPATAN
2. MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI ATAU ORANG LAIN ATAU KORPORASI
3. MENYEBABKAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

ANCAMAN :
Pasal 2
PENJARA SEUMUR HIDUP ATAU PENJARA PALING SINGKAT 4 TAHUN DAN PALING LAMA 20 TAHUN
DENDA PALING SEDIKIT RP. 200.000.000.00 DAN PALING BANYAK RP. 1.000.000.000,-
PASAL 3
PENJARA SEUMUR HIDUP ATAU PENJARA PALING SINGKAT 1 TAHUN DAN PALING LAMA 20 TAHUN
DENDA PALING SEDIKIT RP. 50.000.000,- DAN PALING BANYAK RP. 1.000.000.000,-

DAN PIDANA MEMBAYAR KERUGIAN NEGARA SEBESAR KERUGIAN NEGARA YG DITIMBULKAN


Identifikasi TIPIKOR

POTENSI TP. Korupsi dapat dipetakan secara garis besar, yaitu pada :

Sektor/lembaga yang menghasilkan penerimaan negara.


(PAJAK / RETRIBUSI, DAN PENDAPATAN LAIN YG SAH).
Sektor/lembaga yang memberikan pelayanan publik.
Sektor/lembaga yang mengelola Keuangan Negara.
Sektor/lembaga yang mengelola asset negara.
Sektor/lembaga yang melakukan pengadaan barang dan jasa.

29
PROSES PENANGANAN DUGAAN TP. KORUPSI

Indikasi awal adanya fraud /


Diperlukan TELAAHAN :
PENYIMPANGAN
- ATAS Kecurigaan (suspicion) yg muncul/ naik

kepermukaan melalui:
tindak pidana korupsi?
- Laporan / pengaduan

- Keluhan (complaint)
Analysis
- Temuan (discovery)
Tidak ditemukan indikasi
Ditemukan indikasi Korupsi ↓
Bukan Tindak Pidana
PROSES Korupsi
PENINDAKAN
BANTUAN
AUDIT INVESTIGASI LID LHAI

BANTUAN
PENG KER K. NEGARA PKKN
DIK
BANTUAN
ASSET TRACING TAP SITA PN

BANTUAN TUT
ALAT BUKTI
PEMBERIAN KET AHLI
AHLI
PUTUSAN
EKSEKU
SI ASSET
PENGADILAN
RECOVERY 17
(INCRAHT)
MEKANISME PENANGANAN TAHAP PENYELIDIKAN

Sumber data awal dari : Kejagung / Kejati /


- Laporan/pengaduan masyarakat; Kejari
- BPK
- BPKP
- Irjen Departemen; - Study kasus;
- SPI BUMN;
- Diteliti;
- Informasi Intelijen Kejaksaan;
- Dipelajari; Bila perlu
bersama
- Didiskusi; sumber
Dalam bentuk - Analisis;
- Kesimpulan;
Lap. hasil temuan, laporan /
pengaduan / informasi.

31
Contoh Rencana Penyelidikan (REN LID)
No. Laporan / Kasus Dugaan pasal Baket & Sumber Pelak Tindakan Waktu & Koor. & Ket.
informasi bahan posisi yang dilang- alat bukti sanaa hukum yg tempat Dal.
keterang-an gar yang n akan
diperlu-kan dilaku-kan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

32
Pemberantasan TIPIKOR dapat dilakukan melalui
strategi, yaitu :

 Strategi Preventif : sosialisasi, dsb.

 Strategi Detektif : monitoring dan


perbaikan selama kegiatan.

 Strategi Represif : penindakan dg


penegakan hukum pidana.
Identifikasi PENYEBAB PENYIMPANGAN (tipikor) :

INTERNAL EKSTERNAL

Moral dan gaya hidup


Kurangnya sosialisasi
aparatur
dan Lemahnya
Faktor penyebab pengawasan
Aparatur mencari TIPIKOR di DESA
celah keuntungan Tidak tegasnya
SANKSI utk oknum
Tidak transparan dan yg menyimpang
akuntable
Penyebab Budaya masyarakat
Aparatur tdk menguasai INTI yg acuh pd indikasi
aturan / ketentuan yg terus penyimpangan
diperbaharui
Perencanaan, pencairan, pelaksanaan dan
PertanggungJawaban keuangan desa tdk
dilaksanakan ssi ketentuan DAN
PENYALAHGUNAAN WEWENANG
OLEH PEJABAT NEGARA.
 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat
Dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan
Pemberantasan Korupsi

Anda mungkin juga menyukai