PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
https://www.kejaksaan.go.id/profil_kejaksaan.php?id=1 diakses pada tanggal 06 Juli 2019 pukul
21.30 WIB
2
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI
3
Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI
4
Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI
5
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b8ac09e79dbb/tugas-dan-wewenang-jaksa-
dalam-perkara-perdata-dan-tun diakses pada tanggal 06 Juli 2019 pukul 21.40 WIB
1
Penyebutan JPN dapat dilihat secara rinci dalam huruf C Lampiran Peraturan
Jaksa Agung Nomor PER-018/A/J.A/07/2014 tentang Standar Operasional Prosedur
Pada Jaksa Agung Muda Bidang Perdata Dan Tata Usaha Negara yang menjelaskan
mengenai 5 tugas tentang apa yang dilakukan oleh JPN, yaitu:
1. Bantuan Hukum adalah tugas JPN dalam perkara perdata maupun tata usaha
negara untuk mewakili lembaga negara, instansi pemerintah di pusat/daerah,
BUMN/BUMD berdasarkan Surat Kuasa Khusus, baik sebagai penggugat
maupun sebagai tergugat yang dilakukan secara litigasi maupun non litigasi.
2. Pertimbangan Hukum adalah tugas JPN untuk memberikan pendapat hukum
(Legal Opinion/LO) dan/atau pendampingan (Legal Assistance) di bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara atas dasar permintaan dari lembaga negara,
instansi pemerintah di pusat/daerah, BUMN/BUMD, yang pelaksanaannya
berdasarkan Surat Perintah JAM DATUN, KAJATI, KAJARI.
3. Pelayanan Hukum adalah tugas JPN untuk memberikan penjelasan tentang
masalah hukum perdata dan tata usaha negara kepada anggota masyarakat
yang meminta.
4. Penegakan Hukum adalah tugas JPN untuk mengajukan gugatan atau
permohonan kepada pengadilan di bidang perdata sebagaimana ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan dalam rangka memelihara ketertiban hukum,
kepastian hukum dan melindungi kepentingan negara dan pemerintah serta hak
hak keperdataan masyarakat, antara lain: pembatalan perkawinan, pembubaran
Perseroan Terbatas (PT) dan pernyataan pailit.
5. Tindakan Hukum Lain adalah tugas Jaksa JPN untuk bertindak sebagai
mediator atau fasilitator dalam hal terjadi sengketa atau perselisihan antar
lembaga negara, instansi pemerintah di pusat/daerah, BUMN/BUMD di
bidang Perdata dan Tata Usaha Negara.
6
Ibid
2
Terdapat kasus di mana PT DWI MANUNGGAL (BUMN) berencana untuk
menghapuskan aset/aktiva tetap persero berupa kapal kargo yang dianggap sudah
tidak produktif lagi. Namun mana PT DWI MANUNGGAL (BUMN) mengalami
kesulitan dalam melakukan penghapusan aset tersebut karena dikhawatirkan
penghapusan aset/aktiva tetap tersebut akan berpotensi pada kerugian negara.
Berdasarkan kasus ini, penulis berniat untuk menganalisis tugas, fungsi, dan
wewenang DATUN dikaitkan dengan kasus dengan judul makalah “TINJAUAN
YURIDIS TUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG JAKSA PENGACARA
NEGARA SEBAGAI BAGIAN DARI BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DIKAITKAN DENGAN
PERENCANAAN PENGHAPUSAN ASET/AKTIVA TETAP OLEH PT DWI
MANUNGGAL (BUMN)”.
3
BAB II
TUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG KEJAKSAAN
DI BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
2.1 Tugas, fungsi, dan wewenang kejaksaan di bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara
1. Penegakan Hukum;
2. Bantuan Hukum;
3. Pelayanan Hukum;
4. Pertumbang Hukum;
5. Tindakan Hukum Lain.
4
2.2.2. Kegiatan Penegakan Hukum
Kegiatan Penegakan Hukum di bidang perdata dan tata usaha negara
antara lain meliputi :
1) Mengajukan gugatan pembatalan perkawinan (Pasal 26 ayat (1) UU Nomor
1 Tahun 1974);
2) Mengajukan permohonan pembubaran PT (Pasal 146 ayat (1) huruf a UU
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas);
3) Mengajukan permohonan pailit (Pasal 2 ayat (2) UU Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang);
4) Mengajukan gugatan pembatalan pendaftaran Merk (Pasal 68 ayat (1)
beserta penjelasan pasal 68 ayat (1`) UU Nomor 15 tahun 2001 tentang
Merk);
5) Mengajukan gugatan pembatalan Paten (Pasal 91 ayat (4) UU Nomor 14
tahun 2001 tentang Paten);
6) Mengajukan gugatan pembayaran uang pengganti dalam tindak pidana
korupsi (Pasal 34 c UU Nomor 3 Tahun 1971);
7) Mengajukan gugatan ganti rugi terkait dengan tindak pidana korupsi;
a) Perkara Tindak Pidana Korupsi yang dihentikan penyidikannya, karena
tidak cukup bukti sedangkan secra nyata telah ada Kerugian Keuangan
Negara (Pasal 32 ayat (1) dan (2) UU Nomor 31 Tahun 1999);
b) Perkara Tindak Pidana Korupsi yang putus bebas, tidak menghapuskan
hak untuk menuntut Kerugian Keuangan Negara (Pasal 32 ayat (2) UU
Nomor 31 Tahun 1999);
c) Perkara Tindak Pidana Korupsi yang dihentikan penyidikannya, karena
tersangka meninggal dunia sedangkan secara nyata telah ada Kerugian
Keuangan Negara (Pasal 33 UU Nomor 31 Tahun 1999);
d) Perkara Tindak Pidana Korupsi yang dihentikan penyidikannya karena
terdakwa meninggal dunia sedangkan secara nyata telah ada kerugian
Keuangan Negara (Pasal 34 UU Nomor 31 Tahun 1999).
8) Permohonan Pembubaran Yayasan;
9) Permohonan agar Balai Harta Peninggalan diperintahkan pengusut harta
kekayaan serta kepentingan seseorang yang meninggalkan tempat
tinggalnya, tanpa menunjuk seorang wakil;
10) Permohonan agar seorang ayah/ibu dibebaskan dari kekuasaan sebagai orang
tua.
5
2.3. Fungsi bantuan hukum
2.3.1. Pengertian bantuan hukum
Berdasarkan Lampiran Bab III Peraturan Jaksa Agung R.I Nomor : PER-
025/A/J.A/11/2015 tanggal 17 November 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penegakan Hukum, Bantuan Hukum, Pertimbangan Hukum, Tindakan Hukum
Lain dan Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara mencabut
dan dinyatakan tidak berlaku INSJA Nomor : INSA-002/G/9/1994 tanggal 1
September 1994 tentang Tata Laksana Bantuan Hukum.
Bantuan Hukum adalah pemberian Jasa Hukum di Bidang Perdata oleh
Jaksa Pengacara Negara kepada Negara atau pemerintah untuk bertindak
sewbagai kuasa hokum berdasarkan Surat Kuasa Khusus baik secara Non
Litigasi maupun Litigasi di Peradilan Perdata serta Arbitrase sebagai
Penggugat/Penggugat Intervensi/Pemohon/Pelawan/Pembantah atau
Tergugat/Tergugat Intervensi/Termohon/Terlawan/Terbantah, serta pemberian
Jasa Hukum di Bidang Tata Usaha Negara oleh Jaksa Pengacara Negara kepada
Negara dan Pemerintah sebagai Tergugat/Termohon di Peradilan Tata Usaha
dan sebagai wakil Pemerintah atau menjadi Pihak yang berkepentingan dalam
Perkara Uji Materiil Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi dan sebagai
Termohon dalam Perkara Uji Materiil terhadap Peraturan di Bawah Undang-
Undang di Mahkamah Agung.
6
Memeriksa Peraturan Perundang-undangan dibawah Undang-
undang yang bertentangan dengan Undang-Undang atau peraturan
diatasnya.
Kejaksaan (JPN) bertindak sebagai kuasa dari Termohon (Pembuat
Peraturan).
d) Perkara Uji Materiil Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi.
Memeriksa Undang-undang yang bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945.
Kejaksaan (JPN) bertindak sebagai Kuasa dari Pemerintah.
e) Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah
Konstitusi.
Memeriksa sengketa hasil Pemilihan Umum dan Pemilihan
Umum Kepala Daerah.
Kejaksaan (JPN) bertindak sebagai kuasa dari Termohon
(KPU/KPUD/KIP)
7
Pendapat Hukum Tata Usaha Negara adalah kegiatan memberikan advis
hukum terhadap permasalahan Tata Usaha Negara atas dasar permintaan dari
Lembaga Negera, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, terkait dengan
penerbitan/pencabutan Surat Keputusan Tata Usaha Negara, atau
penerbitan/pencabutan Peraturan Perundang-undangan.
8
Pendapat hukum dibuat dan disusun berdasarkan pada dokumen-dokumen
yang telah diserahkan oleh Pemohon kepada Tim Jaksa Pengacara Negara
dengan asumsi bahwa tanda tangan atas semua dokumen yang diberikan atau
diperlihatkan oleh Pemohon kepada Tim Jaksa Pengacara Negara adalah asli dan
dokumen-dokumen asli yang diberikan atau diperlihatkan kepada Tim Jaksa
Pengacara Negara adalah otentik serta dokumen-dokumen yang diberikan kepada
Tim Jaksa Pengacara Negara dalam bentuk fotokopi atau salinan lain adalah
sesuai dengan aslinya serta berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait
Pendapat Hukum ditujukan terhadap permasalahan yang dimohonkan oleh
Pemohon dan sama sekali tidak ditujukan bagi masalah lain yang tidak
dinyatakan secara tertulis dalam Pendapat Hukum.
Jaksa Pengacara Negara tidak bertanggungjawab apabila terdapat
kesalahan/Kekeliruan atas sebagian atau keseluruhan Pendapat Hukum
diakibatkan karena adanya kesalahan dalam data/dokumen yang diberikan oleh
Pemohon yang dipergunakan untuk penyusunan Pendapat Hukum.
9
3) Apabila dapat diberikan Pendapat Hukum/Pendampingan Hukum maka
diterbitkan Surat Perintah JAM DATUN/KAJATI/KAJARI untuk
memberikan Pendapat Hukum atau Pendampingan Hukum.
10
1) Memperoleh status hukum atau penjelasan hukum terhadap dokumen
yang diaudit atau diperiksa.
2) Memeriksa legalitas suatu perusahaan.
3) Memeriksa tingkat ketaatan suatu perusahaan dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan.
4) Memberikan penilaian terhadap suatu kegiatan yang telah dilakukan
oleh badan hukum
2.6.5. Dokumen
1) Dasar pendirian perusahaan.
2) Dokumen-dokumen mengenai aset perusahaan.
3) Perjanjian-perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh perusahaan
dengan pihak ketiga.
4) Dokumen-dokumen mengenai perijinan dan persetujuan perusahaan.
5) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan kepegawaian
perusahaan.
6) Dokumen-dokumen mengenai asuransi perusahaan.
7) Dokumen-dokumen mengenai pajak perusahaan.
8) Dokumen-dokumen yang berkenaan dengan terkait atau tidak terkaitnya
perusahaan dengan tuntutan dan/atau sengketa baik didalam maupun
diluar pengadilannya
11
2.7.1. Pengertian pelayanan hukum
Pelayanan Hukum adalah pemberian Jasa Hukum oleh Jaksa Pengacara
Negara secara tertulis maupun lisan kepada masyarakat, yang meliputi orang
perorangan dan badan hukum, terkait masalah Perdata dan Tata Usaha Negara
dalam bentuk konsultasi, pendapat dan informasi
a. Pelayanan Hukum terbatas pada permasalahan Perdata dan Tata Usaha
Negara.
b. Jaksa Pengacara Negara tidak melakukan analisa dan verifikasi atas
kebenaran materil terhadap data dan fakta yang disampaikan oleh Pemohon,
oleh karena itu Jaksa Pengacara Negara tidak dapat memberikan penilaian
ataupun pembenaran terhadap permasalahan yang disampaikan, namun
hanya memberikan petunjuk mengenai hak dan kewajiban Pemohon dalam
permasalahan terkait berdasarkan hukum acara serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
12
dilaporkan dalam Laporan Bulanan Pelayanan Hukum (L.DATUN.4)
dan Laporan Rekapitulasi Pelayanan Hukum (Lr.DATUN.4).Setiap
memberikan advis hukum kepada masyarakat dalam rangka
pelaksanaan tugas Pelayanan Hukum, dilaporkan kepada pimpinan
secara berjenjang..
2.8.3 Fasilitasi
Cara penyelesaian permasalahan yang dibantu oleh fasilitator untuk
memfasilitasi para pihak yang mempunyai permasalahan tanpa terlalu jauh
13
masuk dalam materi permasalahan, antara lain dengan memfasilitasi
pertemuan antara para pihak, menyampaikan pertukaran pandangan para
pihak tentang solusi yang memungkinkan, memfasilitasi negosiasi.
2.8.4. Mediasi
Cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan (negosiasi)
yang dibantu oleh pihak ke tiga yang netral (mediator) untuk
mengidentifikasi permasalahan dan mendorong tercapainya kesepakatan yang
dibuat para pihak sendiri
2.8.5. Konsiliasi
Cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan (negosiasi)
yang dibantu oleh pihak ketiga yang netral (konsiliator) untuk
mengindentifikasikan masalah, menciptakan pilihan-pilihan, memberikan
pertimbangan pilihan penyelesaian serta memberikan
masukan/konsep/proposal perjanjian penyelesaian sengketa.
2.8.6 Mekanisme
1) Permohonan tertulis dari Lembaga Negara/ Instansi Pemerintah
Pusat/Daerah, BUMN/BUMD agar JPN dapat bertindak sebagai
Konsiliator, Fasilitator atau Mediator.
2) Terbit Surat Perintah dari Jam Datun/Kajati/Kajari kepada JPN
untuk Telaahan dapat atau tidak Kejaksaan JPN bertindak sebagai
Konsiliator, Fasilitator atau Mediator.
3) Pada Prinsipnya semua permintaan dapat diterima kecuali dalam
hal permohonan tersebut berkaitan dengan conflict of interest
dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaan dari
Bidang Lain selain DATUN.
4) Dalam hal diajukan oleh salah satu pihak maka JPN harus
menanyakan apakah pihak lain setuju menggunakan JPN
selanjutnya JAM DATUN/KAJATI/KAJARI menyampaikan hal
ini secara tertulis kepada Pemohon.
5) Proses serta Mekanisme selengkapnya mengacu kepada PERJA Nomor :
Per-018/A/J.A/07/2014 tanggal 07 Juli 2014 tentang SOP pada JAM
DATUN.
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tindakan yang dapat dilakukan oleh jaksa pengacara negara sesuai dengan
tugas, fungsi, dan wewenangnya terkait rencana mana PT DWI
MANUNGGAL (BUMN) untuk menghapus aset kapal kargo
7
Pasal 444 ayat (2) Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-006/A/JA/07/2017
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia.
15
dan untuk kepentingan negara atau pemerintah.8 Sebagaimana disebutkan dalam
pengertian tersebut, pendapat hukum (legal opinion/LO) dibagi menjadi 2 (dua)
bidang permasalahan hukum, yaitu:
a. Pendapat Hukum Perdata, yaitu kegiatan memberikan advis hukum terhadap
permasalahan perdata atas dasar permintaan dari lembaga negara, instansi
pemerintah di pusat/daerah, BUMN/BUMD, dalam hal ini instansi
pemerintah di pusat/ daerah/ BUMN/ BUMD tersebut berpotensi atau
menghadapi klaim/ tuntutan dari pihak lain dalam rangka penyelamatan
kekayaan negara dan memulihkan keuangan negara; dan
b. Pendapat Hukum Tata Usaha Negara adalah kegiatan memberikan advis
hukum terhadap permasalahan Tata Usaha Negara atas dasar permintaan dari
lembaga negara, instansi pemerintah di pusat/daerah, terkait dengan
penerbitan/pencabutan surat keputusan tata usaha negara atau penerbitan/
pencabutan peraturan perundang-undangan.9
Dari penjelasan tersebut di atas dan dikaitkan dengan contoh kasus yang
telah dijabarkan, maka JPN lebih tepat memberikan pendapat hukum perdata
kepada PT DWI MANUNGGAL (BUMN) untuk menyelesaikan kesulitan yang
dialami PT DWI MANUNGGAL (BUMN) dalam hal melakukan penghapusan
aset tersebut karena dikhawatirkan akan berpotensi pada kerugian negara.
Terdapat beberapa alasan dan pertimbangan bahwa memberikan pendapat
hukum perdata adalah tindakan hukum yang tepat dilakukan oleh JPN sesuai
tugas, fungsi, dan wewenangnya kepada PT DWI MANUNGGAL (BUMN),
antara lain :
a. PT DWI MANUNGGAL adalah perusahaan BUMN yang merupakan salah
satu stakeholder/ prinsipal bidang perdata dan tata usaha negara dalam
menjalankan tugas, fungsi, dan wewenangnya;
b. PT DWI MANUNGGAL berencana untuk menghapus aset/aktiva tetap
perseronya berupa sebuah kapal kargo karena dianggap sudah tidak produktif
lagi, dikarenakan PT DWI MANUNGGAL masih dalam tahap perencanaan
dan belum dilakukannya pelaksanaan ataupun belum selesainya penghapusan
8
BAB I Pendahuluan Lampiran Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-
025/A/JA/11/2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penegakan Hukum, Bantuan Hukum, Pertimbangan
Hukum, Tindakan Hukum Lain, dan Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara.
9
Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan RI, Modul Tugas, Kewenangan dan
Administrasi Perdata dan Tata Usaha Negara, Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik
Indonesia, Jakarta, 2019, hlm. 21.
16
aset/aktiva tersebut, maka JPN lebih tepat memberikan pendapat/saran
(opinion/advice) kepada PT DWI MANUNGGAL.
17
dengan conflict of interest dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang
Kejaksaan dari bidang selain DATUN;
3.2 Langkah hukum yang dapat dilakukan oleh JPN terkait rencana
penghapusan aset kapal kargo oleh PT DWI MANUNGGAL (BUMN)
18
Bahwa berdasarkan Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 tahun
2004 tentang Kejaksaan, Pasal 24 Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, Peraturan
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER-009/A/JA/01/2011 sebagaimana
diubah dengan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER-
006/A/JA/03/2014 tanggal 20 Maret 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Jaksa
Agung Republik Indonesia Nomor: PER-009/A/JA/01/2011 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, menyebutkan bahwa salah satu
tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang Datun adalah dalam rangka
Menyelamatkan Kekayaan Negara melalui pemberian Pertimbangan Hukum
dalam menghadapi permasalahan hukum yang berpotensi menimbulkan kerugian
kekayaan Negara.
Bahwa terhadap rencana PT. DWI MANUNGGAL yang berniat
menghapuskan asset/aktiva tetap persero berupa sebuah kapal kargo agar tidak
menjadi suatu kerugian negara apabila ditinjau berdasarkan ketentuan Pasal 1
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang menyebutkan
bahwa: “Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang
dipisahkan.”
Bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 48/PUU-XI/2013
menyatakan bahwa Pasal 2 huruf g dan huruf i Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4288,
menyatakan bahwa sepanjang frasa “termasuk kekayaan Negara yang dipisahkan
pada perusahaan Negara/ Perusahaan Daerah” dan frasa “kekayaan pihak lain
yang diperbolehkan dengan menggunakan fasilitas yang diberikan Pemerintah”
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya.
Dengan demikian, bunyi Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara adalah sebagai berikut :
Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi :
19
c. Penerimaan Negara;
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
g. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh Pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.
Maka dalam hal ini kerugian BUMN bukanlah kerugian Keuangan Negara,
namun laba/rugi berdasarkan jumlah saham yang ada di PT. DWI MANUNGGAL
yang mayoritas pemegang sahamnya adalah Pemerintah, dapat mempengaruhi
dividen kepada Negara. Lebih lanjut, dikaji apabila Negara sebagai pemegang
saham mayoritas merasa dirugikan oleh keputusan organ perusahaan atau ada
perbuatan melawan hukum khususnya terkait penghapusan asset, Negara dapat
menggugat perusahaan tersebut atau memidanakannya menggunakan sarana
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas atau dengan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Bahwa untuk mengantisipasi hal tersebut, yang dapat dilakukan oleh PT. DWI
MANUNGGAL adalah dengan memberikan permohonan secara tertulis kepada
Kejaksaan khususnya di bidang Datun terkait penghapusan asset/aktiva tetap PT.
DWI MANUNGGAL melalui tugas dan wewenang Datun agar melakukan
Pertimbangan Hukum. Bahwa Kejaksaan khususnya Bidang Datun melalui tugas
Pertimbangan Hukum dapat memberikan Jasa Hukum berupa Pendapat Hukum
(Legal Opinion) yang dilakukan sebelum kegiatan berjalan, Pendampingan Hukum
(Legal Assistance) yang dilakukan melalui permohonan ke Bidang Datun pada saat
kegiatan berjalan, dan Legal Audit yang dilakukan pada saat kegiatan telah selesai
dilaksanakan dalam menghadapi permasalahan Hukum Perdata dalam rangka
Penyelamatan Keuangan/ Kekayaan Negara.
Bahwa yang pertama dilakukan oleh Jaksa Pengacara Negara (JPN) setelah
menerima permohonan Pertimbangan Hukum (Pendapat Hukum/Legal Opinion)
secara tertulis dari PT. DWI MANUNGGAL maka JPN pertama-tama menerbitkan
Surat Perintah dari JAM DATUN/KAJATI/KAJARI kepada JPN sesuai dengan
mekanisme ketentuan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER-
018/A/JA/07/2014 tanggal 07 Juli 2014 tentang Standar Operasional Prosedur pada
Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata usaha Negara dan untuk pelaksanaannya
20
berpedoman pada Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER-
025/A/JA/11/2015 tanggal 17 November 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penegakan Hukum, Bantuan Hukum, Pertimbangan Hukum, Tindakan Hukum Lain
dan Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara untuk melakukan
telaahan apakah permohonan tersebut memiliki conflict of interest dalam
pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang Kejaksaan dari bidang selain Datun atau
tidak. Apabila setelaah ditelaah permohonan tersebut dapat dilanjutkan, langkah
selanjutnya JAM DATUN/KAJATI/KAJARI menerbitkan surat perintah kepada JPN
untuk memberikan Pendapat Hukum (Legal Opinion).
Terkait dengan pokok permasalahan penghapusan asset/aktiva tetap berupa
sebuah kapal kargo milik PT. DWI MANUNGGAL yang sudah dianggap tidak
produktif lagi yang akan dihapusbukukan, seperti yang kita ketahui PT DWI
MANUNGGAL merupakan BUMN berbentuk Persero, sehingga segala ketentuan
dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas sebagaimana termaktub
dalam ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara yang menyatakan bahwa terhadap BUMN berbentuk Persero
berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas sebagaimana diatur
dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Maka dalam
hal ini, langkah awal yang dilakukan oleh JPN adalah meminta PT. DWI
MANUNGGAL untuk memperhatikan Anggaran Dasar mereka, terkait teknis
pemberian persetujuan dalam melakukan perbuatan hukum yaitu dalam hal ini
penghapusan asset, apakah telah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan
Menteri Negara BUMN Nomor: PER-02/MBU/2010 tentang Tata Cara
Penghapusbukuan Dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara
yang memuat klausul bahwa RUPS/Menteri dan/atau Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas sesuai dengan kewenangannya berdasarkan Anggaran Dasar, memberikan
pertimbangan dan/atau persetujuan atau penolakan hanya terhadap usul
Penghapusbukuan dan/atau Pemindahtanganan Aktiva Tetap yang disampaikan oleh
Direksi serta ketentuan yang diatur dalam Pasal 117 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Kemudian, Direksi menentukan apakah penghapusan asset ingin dilakukan
karena Penjualan atau Kondisi tertentu. Apabila Direksi memilih Penjualan
dikarenakan asset tersebut tidak menguntungkan/ produktif lagi bagi BUMN, maka
Direksi atau pejabat yang diberi kewenangan oleh Direksi segera membentuk Tim
Penaksir Harga untuk menetapkan taksiran harga minimum Aktiva Tetap/ asset kapal
21
kargo milik PT. DWI MANUNGGAL sebagai dasar penetapan harga jual. Setelah
dilakukan penaksiran harga, maka dilakukanlah Penjualan dengan catatan Direksi
BUMN wajib memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari RUPS/Menteri dan/atau
Dewan Komisaris/Dewan Pengawas sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
Anggaran Dasar, memberikan pertimbangan dan/atau persetujuan atau penolakan
hanya terhadap usul Penghapusbukuan Aktiva Tetap yang disampaikan oleh Direksi
yang dimana Persetujuan tersebut berlaku selama 1 (satu) tahun terhitung sejak
diterbitkan persetujuan tersebut, yang teknis nya diatur dalam Pasal 16, Pasal 17 dan
Pasal 18 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-
02/MBU/2010 tentang Tata Cara Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva
Tetap BUMN, selain itu Direksi BUMN dapat menggunakan jasa pihak lain untuk
melaksanakan pemasaran penjualan dari Aktiva Tetap untuk mendapatkan nilai jual
yang optimal. Setelah terjadi Pemindahtanganan (Penjualan) maka Direksi dapat
melakukan Pelaksanaan Penghapusbukuan karena Pemindahtanganan. Penjualan
dapat dilakukan dengan cara Penawaran Umum, Penawaran Terbatas dan
Penunjukkan Langsung dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara Nomor PER-02/MBU/2010 tentang Tata Cara
Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap BUMN.
Lebih Lanjut, apabila opsi Penghapusan asset/ aktiva PT. DWI
MANUNGGAL ingin dilakukan karena kondisi tertentu dengan alasan
Pemindahtangannya lebih besar daripada nilai ekonomis yang diperoleh dari
pemindahtanganan tersebut, maka Persetujuan Penghapusbukuan tersebut diberikan
oleh Dewan Komisaris/ Dewan Pengurus BUMN berdasarkan anggaran Dasar
sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor PER-02/MBU/2010 tentang Tata Cara Penghapusbukuan dan
Pemindahtanganan Aktiva Tetap BUMN. Bahwa setelah memperoleh izin maka
Penghapusbukuan dilakukan oleh Direksi.
Bahwa apabila Penghapusan asset/ aktiva tetap PT. DWI MANUNGGAL
melalui cara Pemindahtanganan (penjualan) atau kondisi tertentu telah dilakukan,
maka dibuat Laporan Pelaksanaannya sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Peraturan
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-02/MBU/2010 tentang Tata
Cara Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap BUMN, yang
menyebutkan “Direksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusbukuan
dan/atau Pemindahtanganan kepada RUPS/Menteri atau Dewan Komisaris/ Dewan
Pengawas sesuai dengan kewenangan pemberian persetujuan dalam waktu paling
22
lambat 3 (tiga) bulan setelah selesainya pelaksanaan Penghapusbukuan atau
Pemindahtanganan.”
Apabila Pendapat Hukum sebagaimana diuraikan diatas telah diberikan, maka
selanjutnya JPN dapat menyarankan kepada stakeholder/principal (PT. DWI
MANUNGGAL) untuk mengajukan permohonan tertulis kembali kepada Kejaksaan
agar dilakukan Pendampingan Hukum (Legal Assistance) yang pada poinnya
berguna untuk memastikan proses pelaksanaan penghapusan asset/ aktiva tetap pada
PT. DWI MANUNGGAL dapat berjalan sesuai dengan koridor peraturan perundang-
undangan yang berlaku sesuai dengan apa yang dituangkan dalam Pendapat Hukum
(Legal Opinion) yang telah diberikan. Selanjutnya, apabila proses Penghapusan
asset/ aktiva tetap telah dilaksanakan, JPN dapat menyarankan kepada
stakeholder/principal (PT. DWI MANUNGGAL) untuk membuat permohonan
tertulis kepada Kejaksaan (JPN) agar dapat melakukan Legal Audit dalam rangka
evaluasi secara yuridis dan memastikan apakah pelaksanaan penghapusan asset/
aktiva tetap PT. DWI MANUNGGAL tidak cacat hukum secara prosedural dan
lengkap administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB IV
PENUTUP
23
khususnya di bidang DATUN, terkait rencana penghapusan aset/aktiva tetap PT
DWI MANUNGGAL (BUMN) tersebut dengan tujuan agar JPN nantinya
melakukan Pertimbangan Hukum. Untuk selanjutnya apabila dikehendaki adanya
pendampingan saat proses kegiatan berjalan maka PT DWI MANUNGGAL
(BUMN) dapat mengajukan permohonan Pendampingan Hukum (Legal
Assistance). Apabila setelah kegiatan berjalan, PT DWI MANUNGGAL
(BUMN) hendak meminta audit maka PT tersebut dapat melakukan permohonan
Legal Audit ke bidang DATUN.
24
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan RI, Modul Tugas, Kewenangan dan
Administrasi Perdata dan Tata Usaha Negara, Badan Pendidikan dan Pelatihan
Kejaksaan Republik Indonesia, Jakarta, 2019, hlm. 21.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b8ac09e79dbb/tugas-dan-
wewenang-jaksa-dalam-perkara-perdata-dan-tun diakses pada tanggal 06 Juli 2019
pukul 21.40 WIB
25