Anda di halaman 1dari 58

TINDAK PIDANA KORUPSI

Oleh:
 Lalu Parman
PENGERTIAN
Coruptio (latin) Corruption (Fran, Inggris) Coruptie (Bld) = Kebusukan,
keburukan, Bejat, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang
dari kesucian, memfitnah.
Syed Hussain Alatas “Penyalahgunaan kepercayaan untuk kepentingan
pribadi”
UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001
Tidak merumuskan definisi korupsi tapi merumuskan unsur-unsur Korupsi
(umum)
• Secara melawan hukum memperkaya diri/oranglain/korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara/perekonomian negara
• Menguntungkan diri sendiri/orang lain/korporasi, menyalahgunakan
wewenang, kesempatan, sarana yang ada karena jabatan, kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara/ perekonomian negara.
KRIMINALISASI KORUPSI
Sebab-sebab korupsi sangat kompleksitas (kausa dan
kondisi kriminogen)/multi dimensi:
Intern Pelaku : sifat tamak, Rendahnya pemahaman
agama dan penghayatan agama (imtaq), moral/sikap
mental, pola hidup.

Eksternal: kekuasaan/politik, ekonomi, kesempatan,


solidaritas kekeluargaan (nepotisme), sistem
birokrasi/Pengawasan, sistem sanksi dan penegakan
hukum lemah, lingkungan kerja tidak transparan (sistem
birokrasi), budaya, Modernisasi (perubahan nilai).
Akibat Korupsi:
 Menimbulkan ketidakadilan, merusak nilai moral
Merusak sistem nilai demokrasi
Menghambat/mengganggu pembangunan (ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan
nasional/masyarakat) dan semua program pemerintah.
 Birokrasi tidak efektif efisien,
 Semangat kelembagaan lumpuh (standard obyektifitas,
akademik),
Kreatifitas lemah (belajar, bekerja/etos kerja)
menyuburkan tindak pidana lain.
Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi
• Peningkatan pemahaman, pengamalan nilai-nilai
Pancasila. (kebenaran, kejujuran, dan keadilan);

• Memperbaiki dan mengatasi akar masalah korupsi


(moral/sikap mental, pola hidup, lingkungan sosial dan
budaya, kebutuhan/tuntutan ekonomi dan kesenjangan
sosial ekonomi, sistem politik, mekanisme pembangunan,
birokrasi dan pengawasan;

• Pembenahan sistem hukum (Substansi hukum, struktur


hukum da budaya hukum)
Penanggulangan korupsi dengan Hukum pidana
Penanggulangan korupsi menggunakan hukum pidana
terkait dengan karakter dan dimensi korupsi, karakter
hukum pidana sebagai alat/sarana penanggulangan korupsi:
Karakter dan dimensi korupsi:
 Multi dimensi
 Korupsi tidak hanya terkait ekonomi, tapi juga moral/sikap mental,
kekuasaan/politik, demokrasi, birokrasi dan lain-lain
 Korupsi terkait dengan kejahatan kerah putih (white collar crime),
kejahatan politik (poloyical crime), kejahatan ekonomi (economic
crime), bahkan kejahatan trans nasional (transnational crime)
 Korupsi mengandung dua fenomena kembar yaitu penalisasi politik
(penalization of politics) dan politisasi prosen peradilan (politicising of
the criminal proceedings)
Karakteristik Hukum Pidana:
Sebab korupsi yang multi dimensi berada di luar jangkauan
hukum pidana dan tidak dapat diatasi dengan hukum pidana;
 Hukum pidana merupakan bagian kesil(subsistem) dari sarana
kontrol sosial;
Sifat hukum pidana pengobata simtomatik (kurieren am
symtom) bukan pengobatan kasuatif.
Sanksi pidana bersifat paradok dan mengandung efek samping
negatif;
Pidana bersifat individ/personalu, tidak struktural/ fungsional;
Berfungsinya HP butuh dukungan yang bervariasi dan biaya
tinggi
Masalah/kelemahan UU Tindak Pidana Korupsi
antara lain:
Formulasi Tindak pidana
Kualifikasi yuridis tindak pidana
Permufakatan jahat;
Masalah subyek tindak pidana korupsi
Masalah sistem pemidanaan (minimal khusus, pidana
mati, pidana denda korporasi,
Dan lain-lain
PENGATURAN KORUPSI DI INDONESIA
1. Fase KUHP (Delik-delik Jabatan): Penggelapan PN (Ps 415),
Pemalsuan (416), Terima Pemberian/Janji 418, 419, 420),
Menguntungkan diri/orang lain secra melawan hukum (423,
425, 435).
2. Keppres No. 40 Tahun 1957 (Keadaan Darurat)
a. Prt/PM-06/1957 (Pemberantasan Korupsi)
b. Prt/PM-08/1957 (Penilikan Harta Benda)
c. Prt/PM-011/1957 Penyitaan dan Perampasan Barang)
3. Keppres No. 225 Tahun 1957 Jo UU No. 74 Tahun 1957 Jo UU
No. 79 Tahun 1957 (Keadaan Darurat)
• Peraturan Penguasa Perang Pusat KSAD No.
Prt/Peperpu/013/1958 Jo KSAL No. Prt/Z.I/I/7 (Pengusutan,
Penuntutan dan Pemeriksaan Korupsi Pidana dan Penilikan
Harta Benda
4. Perpu No. 24 Tahun 1960 (UU No. 24/Prp/ 1960)
Tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan
TPK
Keppres No. 228 Tahun 1967 (Tim Pemberantasan
Korupsi)
Keppres No. 12 Tahun 1970 (KOMISI 4) yang bertugas:
 Penelitian dan penilaian terhadap kebijakan pemberantasan
korupsi
 Memberi pertimbangan kepada pemerintah tenteng
kebijakan yang diperlukan
Keppres No. 13 Tahun 1970 (Pengangkatan M. Hatta
sebagai Penasehat presiden di bidang Korupsi)
5. 5. UU No. 3 Tahun 1971 (Pemberantasan Korupsi)
6. UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001
PP No. 19 Tahun 2000 (TIPIKOR)
PP No. 71 Tahun 2000 (Tata Cara Peran Masyarakat
dalam Pemberantasan Korupsi)
7. UU No. 30 Tahun 2002 (KPK)
Inpres No. 5 Tahun 2004 (Percepatan
Pemberantasan Korupsi)
Keppres No. 11 Tahun 2005 (TIMTASTIPIKOR)
8. Undang-undang No. 7 Tahun 2006 (Ratifikasi Konvensi PBB Anti Korupsi 2003
(Konvensi Anti Korupsi)
 Tujuan:
1. Meningkatkan dan memperkuat tindakan-tindakan untuk mencegah dan
memberantas korupsi secara efektif dan efisien
2. Meningkatkan mempermudah dan mendudkung kerjasama internasional
dan bantuan teknik dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi,
termasuk pengembalian asset
3. Meningkatkan integritas, akuntabilitas dan pengelolaan masalah-masalah
dan kekayaan publik yang baik dan benar

Type Korupsi:
a. Penyuapan pejabat publik (Bribery of National public officials)
b. Penyuapan di sektor swasta (Bribery in the Private sector)
c. Perbuatan memperkaya diri secara tidak sah (Illict Enrichment)
d. Memperdagangkan pengaruh (Traiding in influence)

9. UU N0. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tipikor


Perubahan UU 31/1999 Jo UU No. 20/21
1. Perluasan pengertian pegawai negeri
• KUHP
• Orang yang menerima upah/gaji dari negara/daerah
• Korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara/daerah
• Yang menggunakan modal/fasilitas negara/masyarakat
2. Perluasan pengertian Sifat Melawan Hukum (Formal –Materiel)
3. Keuangan Negara
• Seluruh Kekayaan negara dalam bentuk apapun, hak dan
kewajiban yang timbul, BUMN?BUMD. Penyertaan Modal Negara
• Kehidupan ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama
berdasar asas kekeluargaan, usaha masyarakat yang berdasar
kebijakan pemerintah dengan ketentuan perundangan yang
berlaku.
4. Pengaturan Korporasi
5. Tim Gabungan (Perkara sulit pembuktian)
6. Pembuktian Berimbang (Terbalik)
7. Pengembalian Keuangan Negara tidak menghapus
TPK
8. Peran Masyarakat
9. Pemberian Penghargaan Terhadap yang berjasa
memberantas korupsi
10. Pasal-pasal KUHP (Unsur-unsur diperjelas dan sanksi
ditambah)
11. Alat bukti: informasi melalui optik dan elektronik)
Perumusan TPK
Dalam UU No. 31 Th. 1999 Jo UU No. 20 Th 2001 TPK
digolongkan menjadi 2 yaitu Tindak Pidana Korupsi ( Ps
2 s/d 20) dan Tindak Pidana Yang Terkait TPK (Ps 21 s/d
24)
TPK terdiri dari 7 jenis yaitu :
1. TPK Kerugian Negara (Pasal 2, 3)
2. TPK Suap-menyuap (Pasal 5, 13)
3. TPK Penggelapan dalam Jabatan (Pasal 8, 9 10 )
4. TPK Pemerasan (Pasal 12 e, g, f )
5. TPK Perbuatan Curang (Pasal7, 12 )
6. TPK dalam Pengadaan Barang dan Jasa (Pasal I )
7. Gratifikasi (Pasal 12 b, c )
TINDAK PIDANA TERKAIT KORUPSI (Proses)
1. Mencegah, merintangi atau menggagalkan baik
langsung atau tidak langsung penyidikan,
penuntutan dan sidang pengadilan
2. Memberi keterangan tidak benar
3. Laporan palsu, menarik barang yang disita,
memaksa memperoleh keterangan, pejabat
melampaui wewenang masuk rumah orang,
perampasan surat/paket
4. Larangan saksi menyebut identitas pelapor
TPK Kerugian Negara
Pasal 2 Unsur-unsur nya:
1. Setiap orang
2. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu
kororasi
3. Dengan cara melawan hukum
4. Dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara
 Memperkaya diri – bertambahnya kekayaan
 Melawan hukum = SMH formal (Putusan MK No.
003/PUU/IV/2006 Tanggal 24 Juli 2006 )
 Keuangan Negara = Seluruh kekayaan negara dalam
bentuk apapun, hak atau kewajiban yang timbul
(BUMN, BUMD, Penyertaan modal)

 Perekonomian negara = Kehidupan ekonomi yang


disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan , usaha masyarakat yang berdasarkan
kebijakan pemerintah dengan ketentuan UU yang
berlaku
Pasal 3 Unsur-unsurnya :
1. Setiap orang
2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu
korporasi
3. Menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana
4. Yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
5. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
 Setiap orang – orang yang memiliki jabatan atau kedudukan
 Menyalahgunakan wewenang/kesempatan/sarana :
 Menggunakan wewenang bertentangan dengan aturan yang menjadi dasari
wewenang,
 tidak memenuhi kepentingan yang harus diperhatikan
 Menggunakan wewenang untuk tujuan lain
 Ada 3 wujud Penyalahgunaan wewenang (Revero &
Waline )
1. Tindakan bertentangan dengan kepentingan umum
atau untuk kepentingan pribadi, kelompok atau
golongan
2. Bertujuan untuk kepentingan umum, akan tetapi
menyimpang dari tujuan kewenangan berdasarkan UU
atau perataturan lain
3. Penyalahgunaan prosedur yang seharusnya digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi menggunakan
prosedur lain
Diskresi (UU No. 30 Tahun 2014 tentang Pemerintahan)
1. UU memberi pilihan
2. UU tidak mengatur
3. UU tidak jelas/lengkap
4. Ada stagnasi pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas
Syarat penggunaan Diskresi:
a. Sesuai dengan tujuan
b. Tidak bertentangan dg Per-uu-an
c. Sesuai AUPB
d. Alasan yg obyektif
e. Tidak menimbulkan konflik
f. Dilakukan dengan itikad baik
SUAP-MENYUAP
Pasal 5 (1) huruf b, Unsur-unsurnya :
1. Setiap orang
2. Memberi sesuatu
3. Kepada Pegawai negeri atau penyelenggara Negara
4. Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatan

• Pasal 13 Unsur-unsurnya :
1. Setiap orang
2. Memberi hadiah atau janji
3. Kepada pegawai negeri
4. Dengan mebgingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukan, atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan
Pasal 5 (2) Unsur-unsurnya :
1. PN atau Penyelenggara Negara
2. Menerima pemberian atau janji
3. Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatan

Pegawai negeri ( lihat Pasal 1 angka 2)


Penyelenggara Negara: (Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme,
meliputi:
4. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;
5. Pejabat Negara Pada Lembaga Tinggi Negara;
6. Menteri;
7. Gubernur;
8. Hakim;
9. Pejabat Negara yang lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
dan
10. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 12 huruf a
1. PN atau penyelenggara Negara
2. Menerima hadiah atau janji
3. Diketahui hadiah/janji diberikan untuk
menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan yang bertentangan dengan
kewajiban
4. Patut diduga bahwa hadiah/janji diberikan untuk
menggerakkan agarmelakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan yang bertentangan dengan
kewajiban
Pasal 12 huruf b
1. PN atau penyelenggara Negara
2. Menerima hadiah atau janji
3. Diketahui /Patut diduga ; hadiah/janji diberikan sebagai akibat telah
melakukan /tidak melakukan sesuatu dalam jabatan yang
bertentangan dengan kewajibannya

Pasal 11
1. PN atau penyelenggara Negara
2. Menerima hadiah atau janji
3. Diketahui /Patut diduga ;hadiah/janji diberikan karena
kekuasaan/kewenangan yang berhubungan jabatan menurut pikiran
orang yang memberi ada hubungan dengan jabatannya
Pasal 6 (1) huruf a
1. Setiap orang
2. Memberi hadiah/jani
3. Kepada Hakim
4. Dengan maksud mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili

Pasal 6 (1)huruf b
1. Setiap orang
2. Memberi hadiah/jani
3. Kepada advokat yang menghadiri sidang
4. Dengan maksud mempengaruhi nasehat /pendapat yang akan diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk
diadili
Pasal 6 (2)
1. Hakim/advokat
2. Menerima hadiah/janji
3. Sebagaiman dimaksid Pasal 6 (1) a atau b
Pasal 12 huruf c
1. Hakim
2. Menerima hadiah/janji
3. Diketahui/patut diduga untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili
Pasal 12 huruf d
1. Advokat yang menghadiri sidang
2. Menerima hadiah/janji
3. Diketahui/patut diduga untuk mempengaruhi nasehat /pendapat yang akan diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili
Penggelapan dalam Jabatan
Pasal 8
1. Pegawai Negeri/selain PN yang ditugaskan
menjalankan jabatan umum secara terus menerus atau
sementara
2. Dengan sengaja
3. Menggelapkan atau membiarkan orang lain
mengambil atau membiarkan orang lain menggelapkan
atau membantu melakukan perbuatan itu
4. Uang atau surat berharga
5. Yang disimpan karena jabatan
Pasal 9
1. Pegawai Negeri/selain PN yang ditugaskan menjalankan jabatan umum secara
terus menerus atau sementara
2. Sengaja
3. Memalsu
4. Buku-buku atau daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

Pasal 10
1. Pegawai Negeri/selain PN yang ditugaskan menjalankan jabatan umum secara
terus menerus atau sementara
2. Sengaja
3. Menggelapkam, menghancurkan, merusak atau membuat tidak dapat dipakai
4. Barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau
dipakai untuk membuktikan dihadapan pejabat yng berwenang
5. Yang dikuasai karena jabatan
Pasal 10 huruf b
1. Pegawai Negeri/selain PN yang ditugaskan menjalankan jabatan umum
secara terus menerus atau sementara;
2. Sengaja
3. Membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusak atau
membuat tidak dapat dipakai lagi;
4. Barang, akta, surat atau daftar sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10 a.

Pasal 10 huruf c
1. Pegawai Negeri/selain PN yang ditugaskan menjalankan jabatan umum
secara terus menerus atau sementara;
2. Sengaja’
3. Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusak atau
membuat tidak dapat dipakai lagi;
4. Barang, akta, surat atau daftar sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10 a.
Pemerasan
Pasal 12 huruf e
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara
2. Dengan maksud
3. Menguntungkan diri sendiri atau oang lain
4. Secara melawan hukum
5. Memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar
atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya
6. Menyalahgunakan kekuasaan
Pasal 12 huruf f
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara
2. Pada waktu menjalankan tugas
3. Meminta, meminta atau menerima pembayaran
4. Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas
umum,
5. Seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas
umum mempunyai utang kepadanya
6. Diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang

Pasal 12 huruf g
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara
2. Pada waktu menjalankan tugas
3. Meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang
4. Seolah-olah merupakan utang kepada dirinya
5. Diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang
Perbuatan Curang
Pasal 7 (1) huruf a
1. Pemborong, ahli bangunan, atau penjual bahan
bangunan;
2. Melakukan perbuatan curang;
3. Pada waktu membuat bangunan atau menyerahkan
bahan bangunan;
4. Yang dapat membahayakan keamanan orang, atau
barang atau keselamatan negara dalam keadaan
perang.
Pasal 7 (1) huruf b
1. Pengawas bangunan atau pengawas penyerahan bahan
bangunan;
2. Sengaja;
3. Membiarkan dilakukan perbuatan curang pada waktu
membuat bangunan atau menyerahkan bahan
bangunan
4. Sebagaimana dimaksud Pasal 7 (1) huruf a.
Pasal 7 (1) huruf c
1. Setiap orang;
2. Melakukan perbuatan curang;
3. Pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan atau POLRI
4. Dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang
Pasal 7 (1) huruf d
1. Orang Yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan
TNI dan/atau POLRI;
2. Dengan sengaja
3. Membiarkan perbuatan curang (sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 (1) huruf c)
Pasal 7 (2)
1. Orang yang menerima penyerahan bahan bangunan
atau penyerahan barang keperluan TNI dan/atau
POLRI
2. Membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud Pasal 7 (1) huruf a atau huruf c.
Pengadaan Barang dan Jasa
Pasal 12 huruf i
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara;
2. Sengaja;
3. Langsung atau tidak langsung turut serta dalam
pemborongan, pengadaan atau persewaan;
4. Pada saat dilakukan perbuatan untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
Gratifikasi (Pasal 12 B Jo Pasal 12 C)
Pemberian dalam arti luas yakni: uang, barang,
discount/rabat, komisi, pinjaman uang, bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan gratis, dan fasilitas lainnya.
Diterima di dalam negeri atau luar negeri melalui
sarana elektronik atau tidak melalui sarana elektronik.
TPK Terkait Korupsi
Pasal 21
1. Setiap orang;
2. Sengaja;
3. Mencegah, merintang atau menggagalkan;
4. Secara langsung atau tidak langsung;
5. Penyidikan, prnuntutan dan (seharusnya
atau)pemeriksaan sidang terdakwa maupun saksi
dalam perkara korupsi
Pasal 22
1. Setiap orang;
2. sengaja;
3. Tidak memberikan keterangan atau kmemberikan keterangan
yang tidak benar
Pasal 23
 Pelanggaran Ps 220 KUHP (Laporan palsu), Ps 231 (menarik barang yg
disita), Ps 422 (penyalahgunaan kekuasaan memeras dalam perkara
korupsi), memaksa utk memberukan keterangan (422), Pejabat memaksa
masuk ke dalam rumah (429), Melampai kekuasaan merampas surat,
barang atau paket( 430) KUHP
Pasal 24
Larangan saksi dan orang lain yg bersangkutan dg TPK dilarang
menyebutkan nama atau alamat pelapor.
Subyek TPK

Perluasan pengertian PN = Orang yang menerima


gaji/upah dari korporasi yang menerima bantuan dari
negara, yang menggunakan modal, fasilitas
negara/masyarakat. (Pasal 1 angka 2 UUTPK)
Penyelenggara negara = Eksekutif, legislatif, yudikatif
atau pejabat lain yang fungsi dan tugasnya berkaitan
dengan penyelenggara negara. (Ps 2 UU No. 28/ 1999
ttg Bebas KKN)
Korporasi = Sekumpulan orang dan atau kekayaan
yang terorganisir baik merupakan badan hukum
maupun bukan badan hukum.
Permasalahan dalam Korporasi sebagai subyek hukum:
 Kapan dikatakan melakukan TPK? “Bila dilakukan oleh orang
baik berdasar hubungan kerja maupun hubungan lain bertindak
dalam lingkungan korporasi baik sendiri maupun bersama (Ps 20
(2)
 Yang bertanggung jawab ? = Pengurus dan atau korporasi
 Pengurus adalah organ korporasi yang menjalankan
kepengurusan sesuai Aanggaran Dasar termasuk mereka yg dalam
kenyataan memiliki kewenangan dan ikut memutus kebijakan
korporasi
 Jenis sanksi = Pidana denda + 1/3 (Ps 20 (7): Tidak diatur pidana
denda pengganti
Sistem Pemidanaan
• Jenis pidana; Pokok (Mati, Penjara, Denda); Tambahan: Yang ada
dalam KUHP, Pembayaran Uang Pengganti, Penutupan
seluruh/sebagian Perusahaan, Perampasan barang yang
digunakan/diperoleh dari korporasi, pencabutan seluruh/sebagian
keuntungan yang telah/ yang akan diberikan pemerintah
• Perumusan: sistem absolut; Komulatif (penjara dan denda),
komulatif-alternatif (penjara SH atau min 1 Tahun maks 20 tahun
dan denda)
• Dianut sistem Minimal Khusus (kecuali Ps 13 dan 24 TPK yang
nilain kurang 5 juta)
 Dianutnya SMK tidak disertai aturan penerapan (Bagm jika ada faktor
yang meringankan terdakwa: mengembalikan hasil korupsi, faktor
subyektif ) sebagaimana jika pemberatan ditambah 1/3.
Uang penggati:
Jika tidak dibayar dalam 1 tahun sejak putusan inkracht,
harta disita untuk dilelang
Jika harta tidak cukup diganti penjara tidak lebih dari
ancaman maksimum.
Hak Fihak ketiga:
Perampasan barang bukan milik terdakwa tidak
dijatuhkan jika ada fihak ketiga dirugikan
Jika dijatuhkan fihak ketiga ajukan keberatan ke PN
dalam waktu 2 bulan
Penetapan hakim atas keberatan dapat diminta kasasi.
HUKUM ACARA TPK
Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang TPK dilakukan
berdasarkan HAP yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam UU ini. (Ps
26) KUHAP dan UU No. 31 Th 1999 Jo UU No 20 Th 2001
Penyimpangan:
1. Penyidikan, penuntutan didahulukan dari TP lain (Ps 25)
2. TPK yang sulit pembuktian (bersifat lintas sektoral, dilakukan dg teknologi
canggih, dilakukan penyelenggara negarar) dibentuk Tim Gabungan
dibawah koordisasi Jagung. (Ps 27)
3. Tersangka wajib beri keterangan tentang seluruh harta bendannya,
istri/suami, setiap orang/korporasi yang diduga punya hubungan dg TPK
yangdilakukan tersangka (Ps 28)
4. Wewenang Penyidik, PU, Hakim meminta keterangan kepada Bank
tentang keuangan tersangka/terdakwa dan Gubernur BI wajib memenuhi
selambatnya 3 hari sejak permintaan diterima. (Ps 29)
5. Penyidik berhak buka, periksa, sita surat melalui pos, telekomunikasi atau
alat lain yg dicurigai ada hubungan dg TPK yang disangka (Ps 30)
6. Saksi dan orang lain yang terkait TPK dilarang menyebut nama pelapor
atau yang mungkin diketahui nama pelapor (Ps 31)
7. Dilakukan gugat perdata bila menurut penyidik tidak terdapat cukup
bukti tapi nyata telah terjadi kerugian keuangan negara (dihitung
berdasar temuan instansi atau akuntan publik) dan putusan bebas
dalm TPK tidak menghapus hak menuntut kerugian keuangan negara.
(Ps 32)
8. Meninggalnya terdakwa jika nyata ada kerugian negara penyidik JPU
serahkan ke Jaksa negara atau instansi yang dirugikan untuk tuntut
perdata (Ps 33,34)
9. Pembuktian terbalik (Ps 37)
10. Peradilan in absentia jika terdakwa telah dipanggil secara sah dan
tanpa alasan yang sah. = Untuk menyelamatkan kekayaan negara
sehingga tanpa kehadiran terdakwa perkara dapat diperiksa dan
diputus hakim. (Ps 38)
11. Penyidikan, penuntutan perkara koneksitas dikoordinir Jagung (Ps 39)
PERAN MASYARAKAT
Wujud:
a. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan TPK
b. Hak Peroleh pelayanan dalam Mencari, memperoleh dan memberikan
Informasi kepada penegak hukum yang menangani TPK
c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab kepada
penegak hukum Yang menangani TPK
d. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan
kepada penegak hukum paling lama 30 hari.
e. Hak memperoleh perlindungan dalam:
1) Melaksanakan hak (a, b, c)
2) Diminta hadir dalam proses penyidikan dan sidang Pengadilan sebagai saksi
pelapor, saksi, saksi ahli
 Pemerintah memberikan penghargaan kepada anggota masy. Yangberjasa
membantu pencegahan, pemberantasan atau pengungkapan TPK
 Pengaturan lebih lanjut diatur dalam PP No. 71 Tahun 2000 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
Dalam Pencegahan dan Pemberantasan TPK
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)
Dasar UU No. 30 Tahun 2002 Juncto UU No 19 Tahun
2019 tentang Perubahan kedua Atas UU No. 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Lembaga Negara yang melaksanakan tugas pencegahan
dan pemberantasan TPK bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun.
Kedudukan di Ibu Kota Negara yang wilayah kerja
meliputi seluruh wilayah RI dan di daerah propinsi
dapat dibentuk Perwakilan
Pertanggungjawaban kepada publik dengan cara
menyampaikan laporan berkala kepada Presiden, DPR RI,
dan Badan Pemeriksa Keuangan
Susunan Organisasi KPK terdiri dari: Unsur Pimpinan, Tim
Penasehat, Deputi Bidang Pencegahan, Deputi Bidang
Penindakan, Deputi Bidang Informasi dan Data, Deputi
Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat,
dan Sekretaris Jenderal.
Untuk menghindari penyalahgunaan wewenang dikeluarkan
Keputusan Pimpinan KPK RI No. KEP-06/P.KPK/02/2004
tentang Kode Etik Pimpinan KPK RI
Tugas dan Wewenang KPK:
a. Koordinasi dengan instansi berwenang melakukan pemberantasan
TPK
 Mengkoordinir penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
 Menetapkan sistem pelaporan
 Meminta informasi kegiatan pemeberantasan korupsi kepada instansi
terkait
 Melaksanakan dengan pendapat dengan instansi terkait
 Meminta laporan instan si terkait
b. Supervisi
 Melakukan pengawasan, penelitian dan penelaahan terhadap instansi
terkait dan melaksanakan pelayanan publik
 Mengambil alih penyidikan atau penuntutan, Kepolisian atau
Kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan seluruh berkas paling
lama 14 hari sejak diterima permintaan KPK, Membuat BAP
penyerahan.
 Dalam hal pengambilalihan penyidikan/penuntutan,
kepolisian/kejaksaan wajib serah tersangka dan berkas dalam
waktu 14 hari sejak tanggal diterima permintaan
 Penyerahan tersangka, BAP dan dokumen lain dibuatkan Berita
Acara penyerahan.

Alasan Pengambilalihan perkara:


• Laporan masyarakat tidak ditindaklanjuti
• Proses tertunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
• Proses dilakukan untuk melindungi pelaku
• Ada unsur korupsi dalam penangnanan TPK
• Ada campur tangan dari eksekutif, legislatif,yudikatif
• Keadaan sehingga menurut kepolisian/kejaksaan sulit
dilaksanakan secara baik
c. Melakukan penyidikan, penuntutan TPK yang melibatkan
aparat penegak hukum, penyelenggara negara, TPK yang
mendapat perhatian masyarakat, TPK yang nilainya 1Milyar
Dalam hal ini berwewenang:
 Ke luar negeri
 Penyadapan dan merekam
 Cekal dan meminta Bank/lembaga keuangan, instansi terkait
tentang keadaan keuangan tersangka
 Pemblokiran rekening
 Meminta kepada untuk non aktif
 Penghentian sementara transaksi keuangan, perdagangan dan
perjanjian lainnya
 Meminta interpol/instansi negara lain untuk pencarian,
penangkapan , pencarian barang bukti di luar negeri
d. Melakukan tindakan pencegahan
Berwenang:
 Pendaftaran dan pemeriksaan harta kekayaan
penyelenggara negara
 Meminta laporan dan menetapkan status gratifikasi
 Menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi
pada setiap jenjang pendidikan
 Program sosialisasi pemberantasan korupsi
 Kampanye anti korupsi kepada masyarakat umum
 melakukan kerjasama bilateral/ multilateral terkait
pemberantasan korupsi
e. Melakukan monitoring terhadap penyelenggaraan
pemerintahan sehingga berwenang:
 Pengkajian sistem pengelolaan administrasi di semua
lembaga negara dan pemerintah
 Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan
pemerintah untuk melakukan perubahan jika sistem
administrasi berpotensi korupsi
 Melaporkan kepada Presiden,DPR, BPK jika usulan
perubahan tidak diindahkan
KEWAJIBAN KPK
 Memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor
 Memberi informasi kepada masyarakat yang
memerlukan atau memberikan bantuan untuk
memperoleh data lain yang terkait TPK yng ditangani
 Menyusun laporan dan menyampaikan kepada
Presiden, DPR, dan BPK
 Menegakkan sumpah jabatan
 Menjalankan tugas, tanggung jawab dan wewenang
berdasarkan asas kepastian hukum, keterbukaan,
akuntabilitas, kepentingan umum dan proporsional.
UU No. 19 Tahun 2019 tentang Perubahan kedua atas
UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK:
1. KPK adalah lembaga negara dalam rumpun
Kekuasaan Eksekutif yang melaksanakan tugas
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
sesuai dengan undang-undang ini. (Pasal 1 angka 3).
2. Pegawai KPK adalah Aparatur Sipil Negara (Pasal 1
angka 6)
3. Wewenang KPK terkait kasus korupsi yang
meresahkan publik/masyarakat dihapus (Pasal 11)
4. Penyadapan, penggeledahan, penyitaan harus dengan
izin Dewan Pengawas (Dewas) (Pasal 12 B ).
5. Dibentuk Dewan Pengawas dalam rangka mengawasi
pelaksanaan tugas dan wewenang KPK (Bab VA, Pasal
37 S – 37 G).
6. KPK berwenang mwnghentikan penyidikan dan
penuntutan yang perkaranya tidak selesai dalam waktu
2 tahun.
Sekian
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai