Oleh
Prof.Dr.H.Dwidja Priyatno,SH,MH,SpN
Disampaikan Dalam Diskusi Publik Diselenggarakan oleh Lembaga Bantuan Hukum Majalengka Graha Pemuda KNPI Majalengka, Kamis, 8 Desember 2011
Istilah istilah :
Penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau judikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaiatan dengan penyelenggaran negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggara negara yang bersih adalah penyelenggara negara yang menaati asas-asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek korupsi, kolusi ,dan nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya.
Istilah istilah :
Penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau judikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaiatan dengan penyelenggaran negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggara negara yang bersih adalah penyelenggara negara yang menaati asas-asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek korupsi, kolusi ,dan nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya.
Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi : 1. Asas kepastian hukum; 2. Asas tertib penyelenggara negara; 3. Asas kepentingan umum; 4. Asas keterbukaan; 5. Asas proporsionalitas; 6. Asas Profesionalitas; 7. Asas Akuntabilitas.
Asas umum pemerintahan negara yang baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN Korupsi : adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum anta penyelenggara negara atau antara penyelenggara negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan/atau negara. Nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Indeks Korupsi berdasarkan : HDI 2009 CPI 2009 PERC 2009 Indeks Suap Instansi Publik 2009
HUMAN DEVELOPMENT INDEX - UN 2009 NORWAY MALAYSIA CHINA TURKMENISTAN PALESTINIAN AUTORITY INDONESIA HONDURAS NIGER
CORRUPTION PERSEPTION INDEX TI 2009 NEW ZEALAND DENMARK SINGAPORE MALAYSIA CHINA INDONESIA DJIBOUTI SOMALIA
NO
1 9 10 16
POLITICAL ECONOMIC RESEARCH CONSULTANCY PERC 2009 SINGAPORE MALAYSIA CHINA INDONESIA
SCORE
INDEX SUAP INSTANSI PUBLIK TII 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 POLISI BEA & CUKAI IMIGRASI DLLAJR PEMKOT/KAB/PROV BPN PELINDO PENGADILAN KEMKUMHAM ANGKASA PURA KANTOR PAJAK DAERAH KEMKES KANTOR PAJAK NASIONAL BPOM MUI
SCORE 48% 41 % 34 % 33 % 33 % 32 % 30 % 30 % 21 % 21 % 17 % 15 % 14 % 14 % 10 %
Indonesia Juara !
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerjacorrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupunpegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut: perbuatan melawan hukum; penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Korupsi sebagian besar melibatkan 2 aktor yakni Pemerintah dan Sektor Swasta & Masyarakat Sipil yang jadi korban. (TI Jeremy Pope)
1.
2. 3.
UNDANG-UNDANG
KORUPSI
Peran serta Masyarakat PP No. 71 Tahun 2000 Pasal 1 ayat (1) Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara dan orang lain yang ada kaitannya dengan TPK yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara (UU 28/99). 2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat dan/atau. 3. Menyangkut kerugian negara > satu milyar. Pasal 11 UU 30 Tahun 2002
Peran serta Masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi masyarakat atau Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
e. hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal : 1. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c.( harus dilakukan secara tertulis, disertai dengan data nama dan alamat pelapor pimpinan Ormas, LSM, melapirkan foto copy KTP atau identitas diri lain, keterangan dugaan pelaku tindak pidana korupsi dilengkapi dengan bukti-bukti permulaan, lihat PP No 71/2000, Pasal 3) 2. diminta hadir dalam proses penyelidikan , penyidikan dan di sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli, sesuai denagan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. masyarakat mempunyai hak dan tanggungjawab dalam upaya mencegah pemberantasan tindak pidana korupsi 4.hak dan tanggungjawab dilaksanakan dengan berpegangteguh pada asas-asas atau ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku dan dengan mentaati norma agama dan norma sosial lainnya.( Lihat Pasal 41 dan bandingkan dengan UU no. 28/1999, UU ttg Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN, Pasal 8 dan 9).
Pemerintah memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang telah berjasa membantu upaya pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan tindak pidana korupsi (Pasal 42 ayat (1) ) Besarnya Premi, paling banyak 2 permil dari nilai kerugian keuangan negara yang dikembalikan. Premi diberikan kepada pelapor setelah putusan pengadilan yang memidana terdakwa memperoleh kekuatan hukum tetap. Penyerahan premi dilakukan oleh Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk ( lihat Pasal 9 dan 11 PP 71/2000)
Praktek partai & pemimpin politik YANG TIDAK SESUAI DENGAN KEPATUTAN
8. Pemerintah dan Administrasi negara/ Birokrasi yang mementingkan kepentingan penguasa dan partai sendiri
KKN 5. Penerapan hukum dan peradilan yang lemah & cenderung koruptif
Konstitusi
3. Sistem Perpajaka n& Keuangan Negara 2. Sistem hukum yang baik dan modern 9. Pengembanga n Sistem administrasi negara/birokra si yang bersih berdasarkan asas-asas Good Governance
4. Pengembangan Sistem Pengawasan Keuangan yang baru Pemerintahan yang bersih dan profesional 5. Pengemba ngan Budaya Hukum Asing
BUDAYA HUKUM BARU YANG ANTI KKN 9. Penegaka n hukum yang tepat dan efektif
8. Monitoring oleh Mahkamah Konstitusi Mahkamah Agung Komisi Yudisial, DPR, Ombudsman, LSM, Pers, Masyarakat (Pemuda) 7. Peningkatan profesionalisme kesejahteraan & integritas SDM penegakan hukum dan pengawasan
3. Perbaikan hukum, termasuk hukum yang berkaitan dengan sistem keuangan negara dan pemberantasan KKN
6. Reformasi kelembagaan negara yang berkaitan dengan pemberantasan dan pencegahan KKN
5. Reformasi sistem penegakan hukum dan peradian serta reformasi birokrasi dan keuangan negara
1. Nilai Budaya atau Mindset saat ini 9. Pelaksanaan pemerintaha n yang baik (Good Governance)
4. Perbaikan sistem (Proses & prosedur) pelayanan publik 6. Reformasi Sistem peradilan, penegakan hukum, dan pemberian pelayanan kepada masyarakat 5. Peningkatan profesionalisme & integritas SDM aparatur, termasuk aparat penegak hukum
Perlu dicermati pintu masuk korupsi yang menyangkut tugas pemerintah (Dalam arti sempit) dan aparatur pemerintahan : 1. Tugas perencanaan pembangunan dan pengembangan; 2.Tugas pengaturan; 3.Tugas pembiayaan; 4.Tugas pengelolaan (manajemen) lembaga pemerintahan yang bersangkutan; 5.Tugas pelayanan kepada masyarakat luas( disingkat pelayanan publik); 6.Tugas pencatatan, dokumentasi, dan administrasi kegiatan dan 7.Tugas pengawasan. (Bagan dan sumber ttg KKN diadaptasi dari CFG Sunarjati Hartono, 2006, Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Asas Hukum Bagi Pembangunan Hukum Nasional dan Artidjo Alkostar, Telaah tentang Praktek Korupsi Politik Dan Penanggulangannya,Ringkasan Disertasi, 2007)
Bahan Rujukan
Artidjo Alkostar, Telaah tentang Praktek Korupsi Politik Dan Penanggulangannya,Ringkasan Disertasi, 2007 Busro Muqodas, Strategi Pemberantasan Korupsi Di Indonesia, KPK, Ceramah di ITB, Bandung, 9 Maret 2011 CFG Sunarjati Hartono, 2006, Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Asas Hukum Bagi Pembangunan Hukum Nasional
Memahami Untuk Membasmi, Buku Saku Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi, KPK, Jakarta 2006