Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ni Luh Irma Aryani

NIM : 2104551073

Kelas : B (Reguler Pagi)

Mata Kuliah : Tindak Pidana Khusus

Dosen Pengampu : Dr. Diah Ratna Sari Hariyanto, S.H., M.H.

UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Sebelum menganalisis kasus, uraikan pemahaman saudara terkait apa itu tindak pidana
korupsi, ciri-ciri/karakteristik tindak pidana korupsi, serta penyebab terjadinya tindak
pidana korupsi pada umumnya!

Jawab :

• Definisi Tindak Pidana Korupsi

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi, bahwasanya yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi
yaitu:

- Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara (Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 1999).
- Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara (Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999)

• Ciri-Ciri/Karakteristik Tindak Pidana Korupsi

Menurut Syed Hussein Alatas, ciri-ciri dari korupsi yaitu:

a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang;


b. Korupsi pada umumnya melibatkan kerahasiaan, terkecuali telah merajalela;
c. Korupsi melibatkan suatu kewajiban dan keuntungan timbal balik;
d. Pelaku korupsi biasanya berusaha untuk berlindung di balik pembenaran hukum
untuk menutupi perbuatannya;
e. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-
keputusan yang tegas dan mampu mempengaruhi keputusan-keputusan tersebut;
f. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan;
g. Setiap bentuk korupsi merupakan suatu penghianatan terhadap kepercayaan;
h. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari pelaku tindak
pidana korupsi;
i. Perbuatan korupsi pada dasarnya melanggar norma-norma tugas dan
pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat.

• Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

Faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi menurut Badan Pengawasan


Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya berjudul “Strategi
Pemberantasan Korupsi” yaitu:

▪ Aspek Individu Pelaku


a. Sifat tamak manusia
b. Moral yang kurang kuat
c. Penghasilan yang kurang mencukupi kebutuhan hidup
d. Kebutuhan hidup yang mendesak
e. Gaya hidup konsumtif
f. Malas atau tidak mau bekerja
g. Ajaran agama yang kurang diterapkan
▪ Aspek Organisasi
a. Kurang adanya sikap keteladanan dari seorang pemimpin dalam suatu
lembaga formal maupun informal;
b. Budaya organisasi yang salah yang berpotensi terjadinya korupsi;
c. Sistem akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang
memadai;
d. Lemahnya sistem pengendalian manajemen;
e. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam suatu organisasi.
▪ Aspek Tempat Individu dan Organisasi Berada
a. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi;
b. Masyarakat kurang menyadari bila korupsi juga merugikan masyarakat;
c. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi;
d. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi bisa dilakukan upaya
pencegahan dan diberantas bila masyarakat turut aktif dalam upaya tersebut;
e. Kelemahan dalam Peraturan Perundang-Undangan.

2. Analisis Kasus
a. Uraikan disposisi kasus tersebut.

Jawab :

Dalam kasus ini, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Ario Bimo Nandito
Ariotedjo alias Dito Ariotedjo akan diperiksa. Hal ini juga dibenarkan oleh Jaksa Agung
Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung RI Febrie
Ardiansyah. Dito Ariotedjo akan diperiksa sebagai saksi kasus dugaan korupsi proyek
penyediaan infrastruktur Base Transceiver Station (BTS) 4G dan infrastruktur paket
1,2,3,4, dan 5 BAKTI Kominfo Tahun 2020-2022. Dalam BAP tersangka Irwan
Hermawan selaku Komisaris PT Solitech Media Sinergy, Dito Ariotedjo disebut ikut
menerima aliran dana proyek BTS BAKTI Kominfo senilai 27 miliar. Adapun terdakwa
yang telah menjalani sidang perdana di Pengadilan Tipikor Jakarta yaitu, Johnny G
Plate selaku mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo); Anang
Achmad Latif selaku mantan Direktur Utama (Dirut) BAKTI Kominfo; dan Yohan
Suryanti selaku Tenaga Ahli Human Development (HUDEV) Universitas Indonesia
Tahun 2020 yang didakwa dengan Pasal 2 Ayat (1) Subsidair Pasal 3 Juncto Pasal 18
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi Juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Terdakwa Anang Achmad Latif
juga didakwa dengan Pasal 3 Subsidair Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang atau TPPU.

b. Jelaskan pasal yang dikenakan dalam kasus tersebut beserta dengan penjelasan
unsur-unsurnya.

Jawab :
Tiga terdakwa yang telah lebih dahulu menjalani sidang perdana di Pengadilan Tipikor
Jakarta yaitu, Johnny G Plate selaku mantan Menteri Komunikasi dan Informatika
(Menkominfo); Anang Achmad Latif selaku mantan Direktur Utama (Dirut) BAKTI
Kominfo; Yohan Suryanto selaku Tenaga Ahli Human Development (HUDEV)
Universitas Indonesia Tahun 2020 didakwa dengan Pasal 2 Ayat (1) Subsidair Pasal 3
Juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Berdasarkan hal tersebut, unsur-unsur dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang No. 31
Tahun 1999 yaitu:

- Setiap orang;
- Melawan hukum;
- Memperkaya diri sendiri/orang lain/korporasi;
- Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Unsur-unsur dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yaitu:

- Setiap orang;
- Menguntungkan diri sendiri/orang lain/korporasi;
- Menyalahgunakan kewenangan;
- Kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan;
- Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Unsur-unsur dalam Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yaitu:

- Pasal 18 Ayat (1) : Pidana tambahan.


- Pasal 18 Ayat (2) : Terpidana tidak membayar uang pengganti dalam waktu 1 bulan
sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
- Pasal 18 Ayat (3) : Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti.

Unsur-unsur dalam Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP yaitu:

- Melakukan;
- Menyuruh lakukan;
- Turut serta melakukan perbuatan.

Terdakwa Anang Achmad Latif juga didakwa dengan Pasal 3 Subsidair Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang atas TPPU.

Unsur-unsur dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 yaitu:

- Setiap orang;
- Menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1);
- Menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan.

Unsur-unsur dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 yaitu:

- Setiap orang;
- Menyembunyikan atau menyamarkan asak usul, sumber, lokasi, peruntukan,
pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1).

c. Jelaskan pemahaman saudara tentang penegakan hukum (penyelesaian kasus)


tindak pidana korupsi di Indonesia?

Jawab :

Penyelesaian kasus tindak pidana korupsi dapat diselesaikan dengan beberapa tahapan
seperti penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan sidang pengadilan. Pengadilan yang
memiliki wewenang untuk memeriksa dan mengadili kasus tindak pidana korupsi yaitu
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Putusan hakim pada Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi tentunya didasarkan dari berbagai pertimbangan yang memperhatikan asas
keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan. Di Indonesia telah dibentuk peraturan
perundang-undangan yang mengatur terkait dengan tindak pidana korupsi seperti
halnya Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi; Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta peraturan
perundang-undangan lainnya yang mengatur terkait dengan tindak pidana korupsi itu
sendiri. Seseorang yang didakwa melakukan tindak pidana korupsi akan ditelaah lebih
lanjut oleh hakim terkait unsur-unsur terhadap pasal yang dilanggar dalam suatu
peraturan perundang-undangan. Hasil dari pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan
oleh hakim dari berbagai aspek akan dituangkan dalam putusan akhir. Hal ini akan
menentukan apakah terdakwa dinyatakan bersalah atau tidak melakukan tindak pidana
korupsi. Selain itu, juga dapat ditempuh upaya hukum seperti banding, kasasi, dan
peninjauan kembali dalam kasus tindak pidana korupsi ini.

d. Apa perbedaan pengenaan pasal 2 dan 3 UU pemberantasan tindak pidana korupsi?

Jawab :

Perbedaan pengenaan pasal 2 dan 3 UU pemberantasan tindak pidana korupsi dapat


dilihat dari unsur-unsurnya yaitu:

Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

- Setiap orang;
- Melawan hukum;
- Memperkaya diri sendiri/orang lain/korporasi;
- Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

- Setiap orang;
- Menguntungkan diri sendiri/orang lain/korporasi;
- Menyalahgunakan kewenangan;
- Kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan;
- Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Anda mungkin juga menyukai