Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah perilaku
pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara,perusahaan,untuk
kepentingan pribadi atau orang lain. (KBRI 2002)
Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan pemerintahuntuk keuntungan pribadi. (Senturia
1993).
B. Pengertian Korupsi Secara Hukum
Merupakan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuanperaturan perundang-
undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Pengertian “ korupsi “ lebih ditekankan
pada pembuatan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas atau kepentingan
pribadi atau golongan.
Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN)
- Korupsi yaitu menyelewengkan kewajiban yang bukan hak kita.
- Kolusi ialah perbuatan yang jujur, misalnya memberikan pelicin agar kerja mereka lancar,
namun memberikannya secara sembunyi-senbunyi.
Nepotisme adalah mendahulukan orang dalam atau keluarga dalam menempati suatu jabatan.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencangkup unsure-unsur
sebagai berikut;
-Perbuatan melawan hokum
-Penyalahgunaan kewenangan
-Merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.
C. Ciri-ciri korupsi, antara lain:
1. Melibatkan lebih dari satu orang. Setiap perbuatan korupsi tidak mungkin dilakukan sendiri,
pasti melibatkan lebih dari satu orang.Bahkan, pada perkembangannya acapkali dilakukan
secara bersama-sama untuk menyulitkan pengusutan.
2. Serba kerahasiaan. Meski dilakukan bersama-sama, korupsi dilakukandalam koridor
kerahasiaan yang sangat ketat. Masing-masing pihak yangterlibat akan berusaha semaksimal
mungkin menutupi apa yang telahdilakukan.
3. Melibat elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Yang dimaksudelemen perizinan
adalah bidang strategis yang dikuasai oleh negaramenyangkut pengembangan usaha tertentu.
Misalnya izin mendirikanbangunan, izin perusahaan,dan lain-lain.
4. Selalu berusaha menyembunyikan perbuatan/maksud tertentu dibalik kebenaran.
5. Koruptor menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan memilikipengaruh. Senantiasa
berusaha mempengaruhi pengambil kebijakan agarberpihak padanya. Mengutamakan
kepentingannya dan melindungisegala apa yang diinginkan.
6.Tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan oleh badanhukum publik dan
masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksudsuatu lembaga yang bergerak dalam pelayanan
publik atau penyediabarang dan jasa kepentingan publik.
7. Setiap tindak korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan. Ketikaseseorang berjuang meraih
kedudukan tertentu, dia pasti berjanji akanmelakukan hal yang terbaik untuk kepentingan
semua pihak. Tetapi setelah mendapat kepercayaanm kedudukan tidak pernah melakukan
apayang telah dijanjikan.
8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif darikoruptor sendiri. Sikap
dermawan dari koruptor yang acap ditampilkandi hadapan publik adalah bentuk fungsi ganda
yang kontradiktif. Di satupihak sang koruptor menunjukkan perilaku menyembunyikan
tujuanuntuk menyeret semua pihak untuk ikut bertanggung jawab, di pihak laindia
menggunakan perilaku tadi untuk meningkatkan posisi tawarannya.

http://artikelilmiahlengkap.blogspot.com/2014/08/contoh-karya-ilmiah-lengkap-tentang.html
A. Pengertian Korupsi :
Arti harifiah adalah Kebusukan, keburukan, kebejatan, ke tidak jujuran, dapat di suap, Tidak
bermoral, penyimpangan dari ke sucian.Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di jelaskan
dalam 13 pasal ( UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 ) Merumuskan 30 bentuk / Jenis
tindak pidana korupsi, yang di kelompokan SBB :

1. Kerugian keuangan negara


2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi

B. Gambaran umum Korupsi di Indonesia Dan Jenis - jenis Korupsi:


Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat
mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp
1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin
langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi
Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib),
namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga
Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak dan
sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami
krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis
multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain
ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN).
Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 &
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas
dari KKN.

Jenis-Jenis Korupsi
Menurut UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ada tiga puluh
jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak korupsi. Namun secara ringkas tindakan-
tindakan itu bisa dikelompokkan menjadi:

1. Kerugian keuntungan Negara


2. Suap-menyuap (istilah lain : sogokan atau pelicin)
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi (istilah lain : pemberian hadiah).
C. Persepsi Mayarakat tentang Korupsi
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan sanksi
pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan adalah sikap rakyat
menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh be-berapa oknum pejabat
lokal, maupun nasional.

Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan de-monstrasi.
Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”. Mereka
memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para korup-tor. Hal ini
cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap
perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi
dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan secara menyeluruh,
mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.

D. Fenomena Korupsi di Indonesia :

Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya Indonesia ialah:

1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada
lembaga-lembaga politik yang ada.
2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya “ok-num”
lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keaga-maan,
kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.
3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di
antara mereka yang tidak mampu.
4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih
“kepentingan rakyat”.

Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :

1. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering beru-bah-ubah
sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
2. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepenting-an
umum.
3. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-lomba mencari
keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.
4. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan
kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.
5. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok kecil yang
mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok masyarakat besar
(rakyat).
6. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor di bidang
politik dan ekonomi-bisnis.
7. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya ja-batan dan
hirarki politik kekuasaan.
E. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi

Mewujudkan keseriusan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi, Telah di keluarkan


berbagai kebijakan. Di awali dengan penetapan anti korupsi sedunia oleh PBB pada tanggal 9
Desember 2004, Presiden susilo Budiyono telah mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 5tahun
2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang menginstruksikan secara khusus Kepada
Jalsa Agung Dan kapolri:

1. Mengoptimalkan upaya – upaya penyidikan/Penuntutan terhadap tindak pidana korupsi


untuk menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.
2. Mencegan & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan wewenang yg di
lakukan oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri dalam rangka penegakan hukum.
3. Meningkatkan Kerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI, selain denagan
BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn upaya penegakan hukum dan
pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi

Kebijakan selanjutnya adalah menetapkan Rencana aksi nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-
PK) 2004-2009. Langkag – langkah pencegahan dalam RAN-PK di prioritaskan pada :

1. Mendesain ulang layanan publik .


2. Memperkuat transparasi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan pemerintah yg
berhubungan Ekonomi dan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan pangkat – pangkat pendukung dalam pencegahan korupsi.

F. Peran Serta Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi:

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya
pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas
korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para
pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.


2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good
governance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
G. Peran Serta Mayarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di
Indonesia:
Bentuk – bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi menurut UU
No. 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB :

1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana
korupsi
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi
adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hukum
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak hukum
yang menangani perkara tindak pidana korupsi
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada penegak
hukum waktu paling lama 30 hari
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
6. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat

H. Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi:


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indone-sia,
antara lain sebagai berikut :

1. Upaya pencegahan (preventif).


2. Upaya penindakan (kuratif).
3. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
4. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

http://dreamsdseries.blogspot.com/2013/02/karya-ilmiah-korupsi.html
1. Pengertian Korupsi

Bencana yang akhir-akhir ini menerpa Indonesia sudah sangat parah. Tetapi kali ini
bencana tersebut bukanlah sebuah bencana yang terjadi seperti biasanya. Bukan banjir bandang,
bukan pula gunung meletus.Bukan longsor, bukan pula tsunami. Tetapi bencana kali ini jauh
lebih sadis dampak yang di timbulkan daripada bencana alam. Bagaimana tidak, bencana yang
satu ini bisa mengakibatkan ribuan bahkan jutaan orang mati kelaparan. Adalah korupsi. Korupsi
berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupaka tindakan melawan hukum untuk
memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi) , yang secara langusng
maupun tidak langsung merugikan keuangan atau prekonomian negara, yang dari segi materiil
perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan
masyarakat. Korupsi sebagai suatu tindakan criminal bersifat kompleks sehingga terkadang sulit
untuk mendefinisikannya secara tepat. Korupsi di Indonesia berkembang begitu pesat,yang
menyebabkan upaya pencegahannya tidak mudah dan tidak bisa terjadi secara instan.
Maka dari itu,penanaman sikap anti-korupsi terhadap masyarakat penting untuk di
implementasikan sedini mungkin. Baik itu melalui sosialisasi yang di lakukan pemerintah
walaupun kesadaran dari diri sendiri.

2. Peran generasi muda dalam mencegah tindak korupsi

Pendidikan sebagai penopang kesuksesan seseorang merupakan unsur fundamental yang


wajib untuk di tekuni. Pendidikan tidak mutlak harus di jalankan di sekolah saja. Pendidikan
merupakan wadah pembentukan karakter dari seseorang. Dimana pendidikanlah yang akan
memberi pengaruh pada perilaku generasi muda.
Generasi muda adalah aset bangsa yang nantinya akan mewarisi kebudayaan Indonesia,
di samping itu juga berperan sebagai pengganti para pejabat terdahulu di masa depan. Perlu kita
sadari,bahwa dulunya perjalanan bangsa ini juga tidak lepas dari peran kaum pemuda yang
memiliki kekuatan luar biasa. Hal ini membuktikan bahwa pemuda kita memiliki jiwa
nasionalisme yang kuat. Sayangnya, jiwa nasionalisme tersebut telah luntur. Bahkan sirna.
Padahal jiwa nasionalismelah yang nantinya akan menjadi pondasi untuk membentuk suatu
pembangunan yang kukuh Sekarang mudah di jumpai perilaku-perilaku menyimpang yang di
tunjukkan oleh generasi muda. Seperti tindakan menyontek dan bolos sekolah yang telah
merasuki jiwa para pelajar. Hal tersebut tentu saja tidak lepas dari bimbingan orang tua.
Membentuk pribadi anak menjadi disiplin sangat berpengaruh terhadap karakternya di masa
depan. Jiwa nasionalisme juga patut di tanamkan sebagai tonggak berdirinya generasi muda
dalam membela negara.
Sesungguhnya peran generasi muda sangat di butuhkan dalam mencegah tindak korupsi.
Dengan cara mengikis sedikit demi sedikit hal-hal kecil yang bertentangan dengan korupsi. Jika
hal tersebut telah terealisasi dengan lancar, mudah-mudahan nanti pada waktunya tindak korupsi
dapat di berantas hingga ke akarnya.

3. Peran pendidikan anti korupsi dalam mencegah tindak korupsi


Realitasnya, upaya pencegahan korupsi yang selama ini mungkin telah di sosialisasikan
pemerintah terhadap masyarakat penuh lika-liku. Meningkatnya kasus-kasus korupsi tidak
membuktikan bahwa instansi pemberantas korupsi telah berhasil merealisasikan upaya mereka.
Namun, saat ini KPK telah bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan Nasional untuk
memasukkan Pendidikan Anti Korupsi di semua jenjang pendidikan. Tentu saja, kesepakatan ini
akan efektif dilakukan secara simultan dengan praktik-praktik koruptif baik di instansi
pendidikan maupun di Kemdiknas itu sendiri. Hal ini nampaknya mendapat respon positif dari
berbagai kalangan di banding dengan Instruksi Presiden (Inpres) No 5/2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi yang cenderung mendapat keluhan atau tanggapan negatif. Hanya,
memberikan pendidikan anti korupsi bukan hal mudah. Siapapun harus mengakui bahwa proses
pencegahan korupsi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Melalui pembelajaran sikap
mental dan nilai-nilai moral bebas korupsi di sekolah, generasi baru Indonesia diharapkan
memiliki sikap dan pandangan yang keras terhadap segala bentuk praktik korupsi. Mantan ketua
MPR Hidayat Nurwahid berpendapat bahwa pendidikan perlu dielaborasi dan diinternalisasikan
dengan nilai-nilai antikorupsi sejak dini. Pendidikan anti korupsi yang diberikan di sekolah
diharapkan dapat menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi penerus tindakan-tindakan
korup generasi sebelumnya.
Pendidikan anti korupsi sesungguhnya merupakan upaya penting guna mencegah aksi
korupsi. Jika KPK bertugas untuk menangkap koruptor, maka peran generasi muda melalui
pendidikan anti korupsi juga penting dalam mencegah adanya koruptor.

http://lifeandtry.blogspot.com/2013/11/contoh-karya-tulis-ilmiah-tentang.html
Pengertian Korupsi
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi,
yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun
tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam
hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk
membedakan antara korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu
tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

2) Penyebab terjadinya korupsi

 Lemahnya pendidikan agama dan etika.


 Kolonialisme. Suatu pemerintahan asing tidak menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang
diperlukan untuk membendung korupsi.
 Kurangnya pendidikan. Namun kenyataannya sekarang kasus-kasus korupsi di Indonesia
dilakukan oleh koruptor yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, terpelajar dan
terpandang sehingga alas an ini dapat dikatakan kurang tepat.
 Kemiskinan. Pada kasus korupsi yang merebak di Indonesia, para pelakunya bukan didasari
oleh kemiskinan melainkan keserakahan, sebab mereka bukanlah dari kalangan yang tidak
mampu melainkan para konglomerat.
 Tidak adanya sanksi yang keras dan tegas atas pelaku tindak pidana korupsi.

3) Jenis-jenis korupsi

a) Korupsi Waktu
Yaitu korupsi yang berkaitan dengan penyalahgunaan waktu, korupsi waktu ini lebih
biasa dikenal dalam bahasa awam jam karet. Jenis korupsi waktu ini mrupakan suatu bentuk
korupsi yang menyebabkan minimnya efisiensi dan kurangnya hasil yang dicapai dalam suatu
pekerjaan, misalnya saja suatu pekerjaan yang seharusnya dimulai pukul 08.00 bbwi dan
selesai pukul 14.00 bbwi, ternyata dilakukan dengan dimulai pada pukul 09.00 dan diakhiri
pukul 12.00. Hal ini tentu saja mengakibatkan ketidakefektifan dan akan mengakibatkan
kerugian yang tidak sedikit bagi instansi bersangkutan dimana korupsi waktu terjadi.

b) Korupsi ilmu pengetahuan


Adalah korupsi dimana seseorang meminta supaya penemuan/pendapatnya
dibenarkan dari sudut pandang suatu ilmu pengetahuantertentu, padahal sebenarnya
pendapat itu salah. Korupsi ilmu pengetahuan ini dalam suatu bidang pemerintahan terjadi
ketika seorang pejabat administrasi negara melakukan tindakan pembenaran atas nama ilmu
pngetahuan atas tindakannya yang salah, misalnya dengan doktrin hukum mengenai asas
diskresi, pejabat administrasi meminta pembenaran atas tindakannya yang sewenang-wenang.

c) Korupsi Politik
Korupsi politik adalah korupsi yang dilakukan dalam bidang politik, misalnya adalah
money politic dalam kerangka pemilu, intimidasi dalam suatu proses politik. Korupsi politik ini
tentu saja akan menghasilkan suatu pemerintahan yang korup karena pemerintahan tersebut
didapat dari hasil korupsi politik sehingga dapat dipastikan pelaksanaan dari pemerintahan
tersebut akan lebih memungkinkan dan menyuburkan korupsi jenis lainnya.
Korupsi politik ini berkembang dan tumbuh subur pada masa orde baru dimana
pemilihan umum selalu diwarnai oleh jualbeli suara, mengakibatkan pengaburan demokrasi
dengan tindakan penyuapan untuk mendapatkan kekuasaan. Pada masa orde baru, korupsi
politik ini tersamar dan tidak terlihat, dilindungi oleh rezim militer dan kekuasaan otoriter
yang ada. Pada saat inpun, korupsi politik masih menjadi penyakit yang mempengaruhi
kinerja administrasi publik.

d) Korupsi Materiil
Korupsi materiil adalah korupsi yang berhubungan dengan materi atau keuangan.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis korupsi materiil ini yang sering dilakukan oleh
pejabat administrasi negara dan menjadi penyakit birokrasi yang mengakar dan sulit
disembuhkan. Korupsi materiil ini menjadi sumber utama krisis ekonomi yang melanda
Indonesia sebagai buah dari tindakan-tindakan korupsi para pejabat administrasi negara
terhadap keuangan negara baik di tingkat pejabat atasan sampai level bawahan.
Pejabat atasan melakukan korupsi dengan menggelapkan dana proyek pembangunan,
dan pejabat administrasi baawahan melakukan korupsi dalam penyelenggaraan pelayanan
terhadap masyarakat, dengan berdalih sebagai uang rokok ataupun uang lelah. Korupsi
materiil ini tumbuh subur dan berkembang pesat pada masa orde baru dan bertahan sampai
saat ini, sehingga dapat dikatakan bahwa hampir semua pelayanan dan pelaksanaan
pemerintahan diselimuti oleh tindakan korupsi yang menggerogoti keuangan negara.

4) Peran pemerintah terhadap korupsi

Pemerintah melakukan berbagai cara untuk mamberantas korupsi, salah satunya


dengan mendirikan KPK yang bertujuan untuk memberantas korupsi yangterjadi. Pemerintah
juga membuat peraturan atau UU tentang korupsi yang didalamnya terdapat peraturan-
peraturan yang berisikan ancaman dan hukuman serta denda terhadap yang melakukan
praktek korupsi.
5) Dampak negatif yang ditimbulkan

 Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,
korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan
cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi
mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat
yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti
kepercayaan dan toleransi.

 Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan.
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang
menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi,
konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan
pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi
menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan".
Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya
mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah
tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk
menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan.
Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup,
atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan
infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan
pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang berbentuk
penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke
luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering benar
bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di Swiss). Berbeda sekali dengan
diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta
sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi
infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas Massachussetts
memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara
berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri. [1]
(Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah dibuatkan
modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu
faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru
sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi
dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di luar
jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.

 Kesejahteraan umum negara


Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi
sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan
yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME).
Politikus-politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan
besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka

6) Korupsi dan Desentralisasi


Desentralisasi atau otonomi daerah merupakan perubahan paling mencolok setelah
reformasi digulirkan. Desentralisasi di Indonesia oleh banyak pengamat ekonomi merupakan
kasus pelaksanaan desentralisasi terbesar di dunia, sehingga pelaksanaan desentralisasi di
Indonesia menjadi kasus menarik bagi studi banyak ekonom dan pengamat politik di dunia.
Kompleksitas permasalahan muncul kepermukaan, yang paling mencolok adalah terkuangnya
sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat daerah dan anggota legislatif daerah. Hal ini
merupakan fakta bahwa praktek korupsi telah mengakar dalam kehidupan sosial-politik-
ekonomi di Indonesia. Pemerintah daerah menjadi salah satu motor pendobrak pembangunan
ekonomi. Namun, juga sering membuat makin parahnya high cost economy di Indonesia,
karena munculnya pungutan-pungutan yang lahir melalui Perda (peraturan daerah) yang
dibuat dalam rangka meningkatkan PAD (pendapatan daerah) yang membuka ruang-ruang
korupsi baru di daerah. Mereka tidak sadar, karena praktek itulah, investor menahan diri
untuk masuk ke daerahnya dan memilih daerah yang memiliki potensi biaya rendah dengan
sedikit praktek korup. Akibat itu semua, kemiskinan meningkat karena lapangan pekerjaan
menyempit dan pembangunan ekonomi di daerah terhambat. Boro-boro memacu PAD.
Terdapat beberapa bobot yang menentukan daya saing investasi daerah. Pertama, faktor
kelembagaan. Kedua, faktor infrastruktur. Ketiga, faktor sosial – politik. Keempat, faktor
ekonomi daerah. Kelima, faktor ketenagakerjaan. Hasil penelitian Komite Pemantauan
Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) menjelaskan pada tahun 2002 faktor kelembagaan,
dalam hal ini pemerintah daerah sebagi faktor penghambat terbesar bagi investasi hal ini
berarti birokrasi menjadi faktor penghambat utama bagi investasi yang menyebabkan
munculnya high cost economy yang berarti praktek korupsi melalui pungutan-pungutan liar
dan dana pelicin marak pada awal pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah tersebut.
Dan jelas ini menghambat tumbuhnya kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan di
daerah karena korupsi di birokrasi daerah. Namun, pada tahun 2005 faktor penghambat
utama tersebut berubah. Kondisi sosial-politik dominan menjadi hambatan bagi tumbuhnya
investasi di daerah.
Pada tahun 2005 banyak daerah melakukan pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara
langsung yang menyebabkan instabilisasi politik di daerah yang membuat enggan para
investor untuk menanamkan modalnya di daerah. Dalam situasi politik seperti ini, investor
lokal memilih menanamkan modalnya pada ekspektasi politik dengan membantu pendanaan
kampanye calon-calon kepala daerah tertentu, dengan harapan akan memperoleh
kemenangan dan memperoleh proyek pembangunan di daerah sebagai imbalannya. Kondisi
seperti ini tidak akan menstimulus pembangunan ekonomi, justru hanya akan memperbesar
pengeluaran pemerintah (government expenditure) karena para investor hanya mengerjakan
proyek-proyek pemerintah tanpa menciptakan output baru diluar pengeluaran pemerintah
(biaya aparatur negara). Bahkan akan berdampak pada investasi diluar pengeluaran
pemerintah, karena untuk meningkatkan PAD-nya mau tidak mau pemerintah daerah harus
menggenjot pendapatan dari pajak dan retrebusi melalui berbagai Perda (peraturan daerah)
yang menciptakan ruang bagi praktek korupsi. Titik tolak pemerintah daerah untuk
memperoleh PAD yang tinggi inilah yang menjadi penyebab munculnya high cost economy
yang melahirkan korupsi tersebut karena didukung oleh birokrasi yang ribet.
Seharusnya titik tolak pemerintah daerah adalah pembangunan ekonomi daerah
dengan menarik investasi sebesar-besarnya dengan merampingkan birokrasi dan
memperpendek jalur serta jangka waktu pengurusan dokumen usaha, serta membersihkan
birokrasi dari praktek korupsi. Peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah), pengurangan
jumlah pengangguran dan kemiskinan pasti mengikuti.

http://maulidaaisyah.blogspot.com/2013/11/karya-ilmiah-korupsi.html
Pengertian “KORUPSI”?
korupsi dapat diartikan tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna untuk mencari keuntungan pribadi, merugikan banyak pihak diantaranya kehidupan
masyarakat umum dan Negara. Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang
dan jabatan yang dimiliki pejabat atau pegawai yang mengatasnamakan pribadi atau keluarga,
sanak maupun teman.
Wertheim (dalam Lubis., 1970) menyatakan bahwa seorang pegawai atau pejabat dinyatakan
melakukan tindakan korupsi apabila dia diberi imbalan jika dia mau mengambil keputusan yang
dapat menguntungkan pihak si pemberi imbalan tersebut. Terkadang korupsi juga dapat
dilakukan tidak hanya dengan bentuk uang atau benda, akan tetapi korupsi dapat juga dilakukan
dengan membalas jasa kepada orang yang telah menguntungkan dia. Wertheim menambahkan
bahwa balas jasa yang dilakukan oleh pihak yang bersangkutan dan disalurkan kekeluarganya
atau pribadi itu juga disebut korupsi. Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa
korupsi adalah tingkah laku pejabat atau pegawai yang melanggar azaz pemisahan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat (pemisahan uang pribadi dengan uang
masyarakat).
2.2 Penyebab terjadinya “KORUPSI”?
Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi diantaranya melemahya moral, tekanan
ekonomi, hambatan struktur administrasi, dan hambatan struktur social(india).
Sedangkan di Indonesia disebabkan oleh :
1. Peninggalan pemerintah koonial
2. Gaji yang rendah
3. Persepsi yang popular
4. Peraturan yang bertele-tele
5. Pengetehuan yang tidak cukup dengan bidangnya
6. Sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cra yang tidak halal
7. Tidak ada kesedaran bernegara
2.3 jenis-jenis “KORUPSI”?
1. Korupsi uang
2. Korupsi jasa
3. Korupsi waktu
2.4 Peran pemerintah terhadap “KORUPSI”?
Pemerintah melakukan berbagai cara untuk mamberantas korupsi, salah satunya dengan
mendirikan KPK yang bertujuan untuk memberantas korupsi yangterjadi. Pemerintah juga
membuat peraturan atau UU tentang korupsi yang didalamnya terdapat peraturan-peraturan yang
berisikan ancaman dan hukuman serta denda terhadap yang melakukan praktek korupsi.
2.5 Akibat “KORUPSI”?
Korupsi berdampak negatif tehadap berbagai kalangan mayarakat maupun Negara.

Menurut para ahli akibat korupsi ialah :


Nye menyatakan bahwa akibat korupsi ialah:
1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, hilangnya bantuan-bantuan dari perintah.
2. Ketidakstabilan, revolusi social, menimbulkan ketimpangan social.
3. Pengurangan aparatur pemerintaha.
4. Pengurangan kapasitas administrasi dan hilangnya kewibawaan administrasi.
Mc Mullan menyatakan bahwa akibat korupsi ialah:
1. Ketidak efisienan.
2. Ketidakadilan.
3. turunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah..
4. Memboroskan sumber-sumber negara.
5. Tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing.
6. Ketidakstabilan politik.
7. Pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah.
8. Tidak represif.
Secara umum akibat korupsi adalah merugikan Negara dan merusak sendi-sendi
kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional yang sperti tercantum dalam
Undang-Undang ’45.
2.6 Penanggulangan “KORUPSI”?
Cara menanggulangi korupsi yang telah terlanjur terjadi adalah sebagai beriut:
a. Preventative
1. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi negeri maupun swasta
tentnang pemisahan yang jelas dan tajam terhadap kepentingan pribadi dan perusahaan atau
Negara.
2. Menaikan gaji bagi pejabat dan pegawai supaya tidak terjadi korupsi.
3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan bagi setiap pegawai dan
pekerjaan.
4. Bahwa teladan dan perilaku pimpinan dan atasan yang efektif dalam memasyarakatkan
pandangan, kebijakan, dan penilaian.
5. Menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi dan
peringatan. Sebab bisanya wewenang dan jabatan disalahgunakan.
6. Menumbuhkan “sense of belongingness” dikalangan pegawai dan pejabat, sehingga mereka
meresa perusahaan atau instansi tersebut milik sendiri dan tidak perlu di korupsi dan selalu
berbuat baik terhadap perusahaan atau instansi tersebut.
b. Represif
1. Perlu penayangan wajah koruptor di televisi.
2. Herregistrasi (pencatatan ulang ) terhadap kekayaan pejabat.

http://indrasaputra101.blogspot.com/2012/12/karya-ilmiah-korupsi.html

Anda mungkin juga menyukai