Anda di halaman 1dari 18

TINDAK PIDANA

KORUPSI
KELOMPOK 4

• Ayu Oktavia • Tiara Putri


• Khairunnisa Safira

• Muhammad Hanafi • Tulula Zuhra

• Siska Nurwanda • Tya Maharani


Zettira
• Siti Julia Alpina
• Yessi Safitri
• Syarifah Faroh Annisa
• Yulia Nazillah

TINDAK PIDANA KORUPSI

• Berdasarkan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001, badan khusus tersebut yang selanjutnya disebut Komisi
Pemberantasan Korupsi, memiliki kewenangan melakukan koordinasi dan supervisi,
termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan, sedangkan mengenai
pembentukan, susunan organisasi, tata kerja dan pertanggung jawaban, tugas dan
wewenang serta keanggotaannya diatur dengan Undang-undang.
• Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar
aturan tersebut. Terkait dengan masalah pengertian tindak pidana,
• Korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak. Jika membicarakan korupsi
memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi menyangkut segi-segi
moral, sifat, dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik,
serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatannya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
TERJADINYA KORUPSI DI INDONESIA

FAKTOR POLITIK FAKTOR YURIDIS


• Faktor politik atau yang berkaitan dengan kekuasaan • Faktor yuridis atau yang berkaitan
Hal ini sesuai dengan rumusan penyelewengan
penggunaan uang negara yang dipopulerkan oleh E.
dengan hukum Lemahnya sanksi
John E merich Edward Dalberg Acton (lebih dikenal hukuman akan menyangkut bunyi pasal-
dengan nama Lord Acton) yang menyatakan bahwa pasal dan ayat-ayat praturan perundang-
“power tend to corrupt, but absolute power corrupts
undangan tindak pidana korupsi.
abslutely” atau “kekuasaan cenderung korupsi, dan
kekuasaan yang absolut menyebabkan korupsi secara
absolut”
FAKTOR BUDAYA
• Faktor budaya Karena korupsi merupakan
peninggalan pandangan feodal yang
kemudian menimbulkan benturan kesetiaan,
yaitu antara kewajiban terhadap keluarga
dan kewajiban terhadap negara. Hal tersebut
berkaita dengan kepribadian yang meliputi
mental dan moral yang dimiliki seseorang.
SEJARAH PEMBERANTASAN KORUPSI DI
INDONESIA
• Di masa awal Orde Baru, pemerintah menerbitkan Keppres No.28 Tahun 1967 tentang Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi. Dalam pelaksanaannya, tim tidak bisa melakukan pemberantasan korupsi secara maksimal,
bahkan bisa dikatakan hampir tidak berfungsi. Peraturan ini malahan memicu berbagai bentuk protes dan
demonstrasi mulai tahun 1969 dan puncaknya di tahun 1970 yang kemudian ditandai dengan dibentuknya Komisi
IV yang bertugas menganalisa permasalahan dalam birokrasi dan mengeluarkan rekomendasi untuk mengatasinya.
• Orde baru bisa dibilang paling banyak mengeluarkan peraturan karena masa Orde Baru yang cukup panjang.
Namun sayangnya tidak banyak peraturan yang dibuat itu berlaku efektif dan membuat korupsi sedikit berkurang
dari bumi Indonesia. Menyambung pidatonya di Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 1970, pemerintahan Soeharto
mengeluarkan UU No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Aturan ini menerapkan pidana
penjara maksimum seumur hidup serta denda maksimum Rp 30 juta bagi semua delik yang dikategorikan korupsi.
BEBERAPA PERATURAN YANG TERBIT DI MASA ORDE
BARU BERKAITAN DENGAN PEMBERANTASAN KORUPSI

• GBHN Tahun 1973 tentang Pembinaan Aparatur yang Berwibawa dan Bersih dalam Pengelolaan Negara;
• GBHN Tahun 1978 tentang Kebijakan dan Langkah-Langkah dalam rangka Penertiban Aparatur Negara
dari Masalah Korupsi, Penyalahgunaan Wewenang, Kebocoran dan Pemborosan Kekayaan dan Kuangan
Negara, Pungutan-Pungutan Liar serta Berbagai Bentuk Penyelewengan Lainnya yang Menghambat
Pelaksanaan Pembangunan;
• Undang-Undang No.3 Tahun 1971 tentang Tindak Pidana Korupsi;
• Keppres No. 52 Tahun 1971 tentang Pelaporan Pajak Para Pejabat dan PNS;
• Inpres Nomor 9 Tahun 1977 tentang Operasi Penertiban;
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.
PEMBERANTASAN KORUPSI ERA PRESIDEN SBY

• Di era Presiden SBY, visi pemberantasan korupsi tercermin dari langkah awal yang
dilakukannya dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 dan kemudian
dilanjutkan dengan penyiapan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN)
yang disusun oleh Bappenas. RAN Pemberantasan Korupsi itu berlaku pada tahun 2004-
2009. Dengan menggunakan paradigma sistem hukum, pemerintah Susilo Bambang
Yudhoyono diuntungkan sistem hukum yang mapan, keberadaan KPK melalui Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2002, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang
terpisah dari pengadilan umum, dukungan internasional (structure), dan instrument
hukum yang saling mendukung antara hukum nasional dan hukum internasional.
LEMBAGA PENEGAK HUKUM, PEMBERANTASAN DAN
PENCEGAHAN KORUPSI

KEPOLISIAN KEJAKSAAN
• Tugas dan Tanggung Jawab Polisi dalam Tindak Pidana Korupsi • Kejaksaan adalah lembaga negara yang
adalah sebagai Penyidik. Tugas dan tanggung jawab Penyidik
melaksanakan kekuasaan negara, hususnya di
telah diatur jelas dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
Tentang KUHAP dan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 bidang penuntutan (Undang Undang Nomor 16
Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 4 sampai Tahun 2004). Sedangkan yang di maksud jaksa
pasal 9 KUHAP menguraikan tentang Penyidik adalah Pejabat adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang
kepolisian Negara Republik Indonesia yang mempunyai tugas
oleh undang-undang untuk bertindak sebagai
dan tanggung jawab melakukan Penyelidikan, Penyidikan
sampai penyerahan berkas perkara untuk semua tindak pidana penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan
yang terjadi termasuk tindak pidana korupsi dan tatacara dalam yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut terurai dalam serta wewenang lain berdasarkan undangundang.
pasal 102 sampai pasal 136 KUHAP.
KOMISI PEMBERANTASAN
KORUPSI
• KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah
lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun (Undang–
Undang No. 30 Tahun 2002). KPK dalam
nmberanta korupsi berasaskan pada 1. Kepastian
hukum; 2. Keterbukaan; 3. Akuntabilitas; 4.
Kepentingan umum; 5. Proporsionalitas.
PELAKSANAAN TUGAS KPK

• Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian
hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK
bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan
berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK.  KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang
terdiri atas lima orang, seorang ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua
merangkap anggota. Kelima pimpinan KPK tersebut merupakan pejabat negara, yang
berasal dari unsur pemerintahan dan unsur masyarakat. Pimpinan KPK memegang
jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan.
Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.
TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI INDONESIA

• Secara konstitusional pengertian tindak pidana korupsi disebutkan di dalam Pasal 1 angka
3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yang juga menyebutkan mengenai
kolusi (pada Pasal 1 angka 4) dan nepotisme (pada Pasal 1 angka 5), yaitu sebagai
berikut:
• a. Pasal 1 angka 3 Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.
• b. Pasal 1 angka 4 Kolusi adalah permufakatan atau kerjasama secara melawan hukum
antar Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang
merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara.
• c. Pasal 1 angka 5 Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara
melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di
atas kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, diatur di
dalam Pasal 2 dan Pasal 3, yaitu sebagai berikut:
• Pasal 2
• Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
• Pasal 3
• Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
KESIMPULAN

• Tindak pidana korupsi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok,
dimana kegiatan tersebut melanggar hukum karena telah merugikan bangsa dan negara
• Lembaga penegak hukum pemberantasan korupsi di Indonesia adalah Kepolisia, Kejaksaan dan KPK
• Tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
• Tindak pidana korupsi merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan moral dan melawan
hukum yang bertujuan menguntungkan dan/atau memperkaya diri sendiri dengan meyalahgunakan
kewenangan yang ada pada dirinya yang dapat merugikan masyarakat dan negara

Anda mungkin juga menyukai