Anda di halaman 1dari 43

PERJANJIAN KERJA BERSAMA

(PKB)

PT. FEDERAL IZUMI MANUFACTURING


DAN
SERIKAT PEKERJA PT. FIM
PERIODE TAHUN 2022 – 2024

1
TEAM PERUNDING PERJANJIAN KERJA BERSAMA
PT FEDERAL IZUMI MANUFACTURING
TAHUN 2022 - 2024

PT. FEDERAL IZUMI MANUFACTURING

1. M. Siswo Hadiyanto Nrp.0096 ( Ketua )


2. Nofa Alfadhil Nrp.0495 ( Wakil Ketua )
3. Ika Tri Widyastuti Nrp.0925 ( Anggota )
4. Pradono Cahyadi Nrp.0583 ( Anggota )
5. Abdul Rauf Nrp.0635 ( Anggota )
6. Krisna Ri Handaya Nrp.0332 ( Anggota )
7. Gatot Yulianto Nrp.0029 ( Anggota )
8. Ruslan Jamaris Nrp.0638 ( Anggota )
9. V. Didik Subagyo Nrp.0223 ( Anggota )
10. Dany Ramdany Nrp.0453 ( Anggota )
11. Suryo Pranoto Nrp.0031 ( Anggota )

PUK SPAMK SPMI PT. FEDERAL IZUMI MANUFACTURING

1. Edi Prabowo Nrp. 0204 ( Ketua )


2. Sugiarta Nrp. 0518 ( Sekretaris )
3. Sriyatno Nrp. 0406 ( Anggota )
4. Agung Prasetyo Nrp. 0702 ( Anggota )
5. Purwadi Nrp. 0150 ( Anggota )
6. Luthfi Nrp. 0366 ( Anggota )
7. Tobari Nrp. 0276 ( Anggota )
8. M. Asri Nrp. 0432 ( Anggota )
9. Slamet Yulianto Nrp. 0307 ( Anggota )
10. Uwan Suwandana Nrp. 0433 ( Anggota )
11. Sanudin Nrp. 0482 ( Anggota )
12. Ubaydillah Nrp. 0857 ( Anggota )

2
MUKADIMAH

Bahwa sesungguhnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar 1945 merupakan tujuan Pembangunan Nasional yang menuntut
partisipasi dan peran aktif Pengusaha dan Pekerja dalam menuju perbaikan dan
peningkatan taraf hidup bangsa dengan jalan meningkatkan Produksi dan
Produktivitas Kerja.

Bahwa Perjanjian Kerja Bersama merupakan suatu pedoman penentuan syarat -


syarat kerja dan kondisi kerja yang paling tepat, karena merupakan hasil musyawarah
untuk mufakat sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan Hubungan Industrial
Pancasila.

Bahwa untuk maksud itulah serta menyadari sepenuhnya akan tanggungjawab


bersama antara Perusahaan dan Serikat Pekerja, maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha
Esa disusunlah Perjanjian Kerja Bersama ini yang bertujuan :
- Mempertegas dan memperjelas hak dan kewajiban Pekerja atau Serikat
Pekerja dan Pengusaha,
- Memperteguh dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis dalam
Perusahaan,
- Secara bersama menetapkan syarat-syarat kerja dan keadaan industrial
dan atau hubungan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam perundang-
undangan maupun nilai-nilai syarat-syarat kerja yang sudah diatur dalam
perundang-undangan,
- Mengatur tata cara penyelesaian keluh kesah dan perbedaan pendapat
antara Pekerja atau Serikat Pekerja dengan pihak Pengusaha.

Berdasarkan hubungan yang harmonis, saling menghormati dan saling percaya,


Perusahaan bersama - sama Serikat Pekerja menyumbangkan darma baktinya untuk
ikut dalam Program Pembangunan Nasional secara umum dan khususnya dalam
meningkatkan kesejahteraan Pekerja dan Keluarganya.

3
BAB I
UMUM

Pasal 1
PENGERTIAN DAN ISTILAH

Dalam Perjanjian Kerja Bersama ini yang dimaksud dengan :


1. Perusahaan
Adalah PT. FEDERAL IZUMI MANUFACTURING dalam hal ini bertindak sebagai pihak
pemberi kerja dan pemberi upah yang berkedudukan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat
dan berlokasi di Komplek Industri Menara Permai, Jl. Raya Narogong Km. 23,8
Cileungsi Bogor 16820. Didirikan berdasarkan Akta nomor 87 tanggal 19 September
1990 yang sudah dan diubah dengan akta No. 2 tanggal 11 Mei 2009 oleh Notaris
Chaerul Anwar, SH.
2. Pengusaha
Adalah Pimpinan Perusahaan atau orang yang diberi kuasa melakukan tindakan untuk
dan atas nama Perusahaan yang terdiri dari BOD (Board of Director) yang diawasi oleh
BOC (Board of Comissioner).
3. HR/Personalia
Adalah bagian dari perusahaan yang mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan
administratif pekerja.
4. Pekerja
Adalah semua orang yang terikat secara formal dalam suatu hubungan kerja dengan
perusahaan dan oleh karenanya menerima upah sebagaimana diatur dalam perjanjian
kerja bersama ini.
5. Serikat Pekerja.
Adalah Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen - Federasi Serikat Pekerja
Metal Indonesia (SP AMK-FSPMI) Unit Kerja PT. Federal Izumi Manufacturing, yang
mewakili Pekerja dengan kuasa penuh dan berkedudukan di Komplek Industri Menara
Permai, Jalan Narogong Raya Km 23.8 Cileungsi - Bogor.
6. Pengurus Serikat Pekerja
Adalah pekerja yang menduduki jabatan pengurus di serikat pekerja PT Federal Izumi
Manufacturing berdasarkan surat keputusan yang berlaku yang disahkan oleh
Disosnakertrans setempat.
7. Isteri/suami Pekerja
Adalah seorang isteri/suami dari perkawinan yang sah, menurut Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, dan telah terdaftar pada bagian Personalia Perusahaan.
8. Anggota Serikat Pekerja
Adalah pekerja yang terdaftar pada PUK SP AMK-FSPMI PT Federal Izumi
Manufacturing.
9. Anak Pekerja
- Adalah anak yang sah, dan menjadi tanggungan Pekerja berdasarkan bukti-
bukti yang sah, dan telah terdaftar pada bagian Personalia Perusahaan.
- Anak yang memperoleh fasilitas perusahaan dibatasi paling banyak 3(tiga) orang
anak dengan syarat:
a. berumur di bawah 21 tahun;
b. berumur 23 tahun apabila masih bersekolah;
c. belum bekerja;
d. belum menikah.
10. Keluarga Pekerja
Adalah seorang istri atau seorang suami yang sah dan anak kandung dan atau anak
angkat yang sah sebagaimana diakui dan terdaftar pada bagian personalia.
11. Ahli Waris
Adalah mereka yang berhak mendapat warisan, menurut ketentuan hukum yang
berlaku.

4
12. Hari Kerja
Adalah jangka waktu yang berjalan dari pukul 07.00 pagi sampai dengan pukul 07.00
hari berikutnya, tidak termasuk hari istirahat mingguan dan hari libur resmi.
13. Jam Kerja
Adalah waktu yang telah ditetapkan pada hari kerja dimana Pekerja wajib berada di
tempat kerja untuk melaksanakan pekerjaan.
14. Kerja Shift I
Adalah dinas masuk kerja dari pukul 00.00 sampai dengan pukul 07.00 termasuk 1
(satu) jam istirahat.
15. Kerja Shift II
Adalah dinas masuk kerja dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 16.00 termasuk 1
(satu) jam istirahat.
16. Kerja Shift III
Adalah dinas masuk kerja dari pukul 16.00 sampai dengan pukul 00.00 termasuk 1
(satu) jam istirahat.
17. Kerja Normal.
Adalah masuk kerja dari hari senin sampai dengan jumat atas dasar 8 (delapan) jam
sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu.
18. Hari Istirahat Mingguan
Adalah hari sabtu dan minggu kecuali untuk jenis pekerjaan yang sifatnya khusus.
19. Hari Libur Resmi
Adalah hari-hari libur yang ditetapkan Pemerintah.
20. Kerja Lembur
Adalah bekerja melebihi ketentuan jam kerja menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau bekerja di luar hari/jam kerja, yang pada dasarnya
bersifat sukarela dengan menyesuaikan pada kebutuhan perusahaan.
21. Pimpinan Kerja
Adalah Pekerja yang karena jabatannya mempunyai wewenang dan tanggung jawab
dalam penugasan, pembinaan dan pengawasan secara langsung terhadap pekerja di
bagiannya, dan adapun pimpinan kerja yang dimaksud adalah mulai dari level direksi
hingga level foreman.
22. Upah
Adalah imbalan dalam bentuk uang yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerja
atas pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.
23. Mutasi
Adalah pemindahan pekerja dari satu seksi ke seksi / departemen / divisi lain bahkan
perusahaan lain dalam satu grup.
24. Rotasi
Adalah pemindahan pekerja dari satu jenis pekerjaan ke jenis pekerjaan yang lain
dalam seksi yang sama.
25. Manfaat Pensiun
Adalah manfaat yang berhak diterima oleh Pekerja sesuai dengan Peraturan
Pensiun Dana Pensiun Astra dan Peraturan BPJS Pensiun.
26. Pensiun
Adalah batas usia kerja bagi pekerja
27. Lingkungan Perusahaan
Adalah keseluruhan tempat yang secara sah berada di bawah penguasaan
perusahaan yang digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan.
28. Masa Kerja
Adalah jangka waktu seseorang bekerja di perusahaan/dalam satu grup mulai sejak
diterima bekerja.

5
29. Prosedur
Adalah tata cara yang mengatur pelaksanaan teknis tentang ke-HRD-an (Human
Resource Development) yang tercantum dalam Perjanjian Kerja Bersama ini. Bagian
HR/Personalia wajib mensosialisasikan prosedur tersebut kepada SP/pekerja, dan
bilamana prosedur tsb bertentangan dengan PKB maka akan diadakan uji materi
antara SP dan Manajemen untuk diperbaiki sesuai PKB.
30. Perundingan
Adalah rapat untuk mencapai kesepakatan antara serikat pekerja dengan
perusahaan.

Pasal 2
PIHAK-PIHAK YANG MEMBUAT PERJANJIAN

Perjanjian Kerja Bersama ini dibuat oleh :


1. PT FEDERAL IZUMI MANUFACTURING dalam hal ini bertindak sebagai pihak
pemberi kerja dan pemberi upah yang berkedudukan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat
dan berlokasi di Komplek Industri Menara Permai, Jl. Raya Narogong Km. 23,8
Cileungsi Bogor 16820. Didirikan berdasarkan Akta nomor 87 tanggal 19 September
1990 yang sudah dan diubah dengan akta nomor 2 tanggal 11 Mei 2009 oleh Notaris
Chaerul Anwar SH.
2. Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Unit Kerja PT. Federal Izumi
Manufacturing, yang disahkan dengan SK PC AMK-FSPMI Bogor nomor:
Kep.07/FIM/PC SPAMK-FSPMI Bogor/XII/2010 tanggal 29 Desember 2010 dan
didaftarkan di Disosnakertrans Kabupaten Bogor dengan No Pencatatan
521/OPSP.FSPMI/FIM/91200/I/2011 tanggal 12 Januari 2011 yang mewakili anggota –
anggotanya selanjutnya disebut Serikat Pekerja.

Pasal 3
RUANG LINGKUP PERJANJIAN KERJA BERSAMA

1. Perjanjian Kerja Bersama ini terbatas mengenai hal-hal yang umum seperti yang
tertera dalam Perjanjian Kerja Bersama ini tanpa mengurangi hak-hak Perusahaan
dan Serikat Pekerja sejauh tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta menjunjung tinggi Hubungan Industrial.
2. Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku bagi seluruh Pekerja sepanjang tidak diatur
khusus, sedangkan aturan khusus yang dimaksud tidak boleh bertentangan dengan
perundang-undangan dan Perjanjian Kerja Bersama yang berlaku serta diketahui oleh
Serikat Pekerja
3. Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku bagi seluruh pekerja kecuali tenaga kerja asing
baik spesialis maupun bukan yang akan diatur tersendiri, berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku

Pasal 4
KEWAJIBAN PIHAK-PIHAK YANG MENGADAKAN PERJANJIAN

1. Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban untuk mematuhi semua ketentuan yang
telah ditetapkan dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.
2. Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban untuk menyebarluaskan serta
memberikan penjelasan kepada pekerja baik isi maupun pengertian serta ketentuan-
ketentuan yang tertera dalam Perjanjian Kerja Bersama agar dimengerti dan
dipatuhi, disamping memberikan penjelasan kepada pihak lain yang berkepentingan
dengan Perjanjian Kerja Bersama ini.

6
3. Perusahaan dan Serikat Pekerja bertekad untuk terus bekerja sama dalam
menciptakan ketenangan kerja dan ketenangan usaha demi terwujudnya hubungan
industrial yang harmonis yaitu memajukan perusahaan dan kesejahteraan pekerja
serta untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja demi tercapainya tingkat
produktivitas yang optimal, maka Serikat Pekerja dan Perusahaan melakukan
pembinaan terhadap Pekerja secara bertanggung jawab dengan cara :
1. Memelihara moral kerja
2. Meningkatkan disiplin kerja
3. Menanamkan rasa tanggung jawab
4. Untuk menunjang tekad dimaksud ayat 1 di atas, maka Perusahaan dan Serikat
Pekerja akan melaksanakan :
1. Pertemuan-pertemuan secara teratur
2. LKS Bipartit sebagai forum komunikasi dan konsultasi antara Pekerja dan
Pengusaha mengenai Ketenagakerjaan di perusahaan
3. Memberikan pendidikan ketenagakerjaan.

Pasal 5
PENGAKUAN HAK-HAK PERUSAHAAN DAN
SERIKAT PEKERJA

1. Perusahaan mengakui bahwa Serikat Pekerja PT. Federal Izumi Manufacturing


sebagai badan/organisasi yang sah mewakili dan bertindak untuk dan atas nama
seluruh anggota serikat pekerja yang mempunyai hubungan kerja dengan PT
Federal Izumi Manufacturing.
2. Serikat Pekerja PT. Federal Izumi Manufacturing mengakui bahwa Pimpinan
Perusahaan PT Federal Izumi Manufacturing mempunyai hak untuk memimpin dan
melaksanakan haknya sesuai dengan kebijaksanaan Perusahaan sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Serikat Pekerja dan Perusahaan bersepakat dan bertekad untuk bekerjasama
dengan mengusahakan ketenangan usaha bagi Perusahaan dan ketentraman kerja
bagi seluruh Pekerja.

BAB II
JAMINAN DAN FASILITAS BAGI PEKERJA

Pasal 6
JAMINAN BAGI
SERIKAT PEKERJA DAN PENGUSAHA

1. Jaminan bagi Serikat Pekerja :


a. Perusahaan tidak akan merintangi perkembangan serta kegiatan Serikat Pekerja
baik langsung maupun tidak langsung.
b. Pekerja yang dipilih dan ditunjuk sebagai pengurus Serikat Pekerja atau Pekerja
yang ditunjuk oleh Serikat Pekerja untuk mewakili sebagai fungsionaris Serikat
Pekerja, tidak akan mendapat tekanan dari Perusahaan baik langsung
maupun tidak langsung ataupun mendapat perlakuan diskriminatif serta
tindakan balasan oleh karena fungsinya.
c. Atas permintaan Serikat Pekerja, Pengusaha dapat memberikan keterangan yang
diperlukan tentang hal- hal yang menyangkut ketenagakerjaan seperti : penilaian,
absensi, lembur, status di perusahaan, pengupahan, hari dan jam kerja,
jamsostek serta hal – hal lain yang tercantum dalam PKB ini.
d. Pengusaha mengijinkan Serikat Pekerja untuk mengadakan rapat – rapat dan
pertemuan intern oleh Serikat Pekerja di dalam Perusahaan.

7
2. Jaminan bagi Pengusaha :
a. Serikat Pekerja bertekad akan membantu Pengusaha dalam menegakkan Tata
tertib dan disiplin kerja serta peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh Serikat Pekerja dilakukan dengan tidak
mengganggu jalannya produktivitas kerja.
c. Serikat Pekerja menyadari bahwa tindakan pemogokan dan memperlambat kerja
adalah tindakan tidak sesuai dengan semangat Hubungan Industrial, oleh karena
itu bertekad untuk dihindari.

Pasal 7
PEMUNGUTAN IURAN SERIKAT PEKERJA

Iuran anggota Serikat Pekerja dipotong dari upah Pekerja oleh Perusahaan setelah
mendapat surat kuasa dari Pekerja yang bersangkutan dan Serikat Pekerja, untuk
selanjutnya disetorkan ke Bank setempat sebagaimana dimaksud dalam :
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP 187/Men IX/2004 tertanggal 4 Oktober 2004,
tentang iuran anggota Serikat Pekerja / Serikat Buruh.

Pasal 8
FASILITAS DAN BANTUAN UNTUK SERIKAT PEKERJA

1. Perusahaan menyediakan ruang kantor untuk Serikat Pekerja dan sarana lainnya
untuk kegiatan insidentil yang berkaitan dengan kegiatan Serikat Pekerja.
2. Perusahaan menyediakan papan pengumuman bagi Serikat Pekerja di tempat
yang mudah dilihat di dalam lingkungan Perusahaan, dan sebelum
pengumuman dipasang harus diketahui oleh Bagian HR/Personalia.
3. Dalam hal pengurus Serikat Pekerja melakukan kegiatan di luar lingkungan
Perusahaan, Perusahaan dapat membantu memberikan dana.
4. Pemakaian sarana dan prasarana untuk pertemuan, teknis pelaksanaannya diatur
oleh perusahaan.

Pasal 9
DISPENSASI BAGI SERIKAT PEKERJA

1. Atas permintaan Serikat Pekerja, pengusaha dapat memberikan dispensasi


kepada pengurus / wakil-wakil yang ditunjuk oleh pengurus Serikat Pekerja dalam
melaksanakan tugas-tugas organisasi guna kepentingan organisasi dengan tidak
mengurangi hak-haknya sebagai pekerja
2. Apabila pengurus atau anggota Serikat Pekerja dipilih menjadi pengurus pada
perangkat organisasi Serikat Pekerja yang lebih tinggi, Pengusaha memberikan
dispensasi untuk kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya tersebut dengan
tidak mengurangi hak-haknya sebagai Pekerja sejauh hal tersebut
dikomunikasikan terlebih dahulu dengan Pengusaha.
3. Dalam hal pengurus SP atau anggota Serikat Pekerja, melakukan tugas organisasi
di luar lingkungan perusahaan harus membuat permohonan ijin selambat-
lambatnya 2 (dua) hari sebelum pelaksanaan untuk mendapatkan persetujuan,
kecuali kondisi darurat/mendesak.
4. Dispensasi diberikan oleh Bagian HR/Personalia dan sepengetahuan atasan
langsung dengan mempertimbangkan kelangsungan dan kelancaran proses
bekerja dan berusaha.

8
BAB III
HUBUNGAN KERJA

Pasal 10
PENERIMAAN PEKERJA

Penerimaan Pekerja Baru merupakan wewenang Perusahaan yang dilakukan


sesuai dengan syarat-syarat dan prosedur yang berlaku serta tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. Persyaratan umum yang dipergunakan dalam penerimaan pekerja adalah:
a. Berusia minimal 18 tahun
b. Berbadan dan berjiwa sehat dan bebas narkoba dengan melalui test
kesehatan oleh dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
c. Lulus test yang diwajibkan oleh perusahaan dan bagian terkait
d. Berkelakuan baik ditunjukkan dengan Surat Keterangan Catatan Kriminal dari
Kepolisian
e. Tidak terikat hubungan kerja dengan pihak lain untuk pekerja tetap
f. Bersedia mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam perusahaan
2. Bagi pekerjaan-pekerjaan tertentu yang akan selesai dalam waktu tertentu, maka
perusahaan dapat menerima Pekerja untuk waktu tertentu dengan syarat-syarat
kerja dan kondisi kerja yang tersendiri dan tidak akan bertentangan dengan apa
yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

Pasal 11
PEKERJA JANGKA WAKTU TERTENTU

Perusahaan dalam kondisi tertentu dimungkinkan mempekerjakan Pekerja untuk satu


jangka waktu tertentu pada suatu pekerjaan tertentu, dengan syarat-syarat kerja
dan ketentuan lainnya yang dinyatakan secara khusus dalam perjanjian kerja yang
diadakan antara Pekerja yang bersangkutan dengan Perusahaan dan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. Kerja waktu tertentu diberlakukan bagi pekerja yang sifat, jenis atau kegiatannya
selesai dalam waktu tertentu dimana pelaksanaannya sesuai peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Dengan mempertimbangkan kondisi perusahaan dan penilaian kerja yang baik
maka seorang pekerja waktu tertentu dapat diangkat sebagai pekerja tetap
tanpa melalui masa karyawan percobaan.
3. Apabila pekerja waktu tertentu terjadi pemutusan hubungan kerja sebelum
berakhir waktunya, maka perusahaan membayar upah pekerja sampai batas
waktu kerja tersebut, kecuali bila putus hubungan kerja karena kesalahan
pekerja.

Pasal 12
MASA PERCOBAAN

Setiap Pekerja yang diterima di Perusahaan, menjalani masa Percobaan paling lama 3
(tiga) bulan sebelum menjadi pekerja tetap, dengan mendapatkan hak - haknya
sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Pasal 13
PENGANGKATAN PEKERJA TETAP

Pekerja yang telah menyelesaikan masa percobaan diangkat sebagai Pekerja tetap,
jika memenuhi persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan.

9
Pasal 14
GOLONGAN, PANGKAT DAN JABATAN PEKERJA

1. Penggolongan Pekerja Tetap pada Perusahaan dibagi mulai dari golongan


terendah, yaitu golongan I, sampai dengan golongan tertinggi, yaitu golongan
VII.
2. Hubungan antara jabatan dan golongan ditetapkan dengan klasifikasi jabatan
sebagai berikut :
KJ Golongan

I 1A – 2A

II 1E – 2E

III 2B – 3B

IV 2E – 3D

V 3B – 3F

VI 3E – 4B

VII 4A – 4D

VIII 4E – 4F

IX 5A – 5B

X 5C – 5D

XI 6A – 6B

XII 6C – 6D
3. Klasifikasi Jabatan (KJ) tercantum pada slip gaji masing-masing karyawan.
4. Jabatan ditetapkan dengan SK (Surat Keputusan) dan SK asli diberikan kepada
karyawan yang bersangkutan.

Pasal 15
MUTASI

1. Perusahaan berwenang memutasikan dan merotasikan Pekerja untuk suatu


jabatan dalam lingkungan Perusahaan, dalam rangka pendayagunaan tenaga
kerja dan tercapainya tujuan organisasi Perusahaan, dengan mempertimbangkan
hal-hal berikut ini :
a. Bertambah / berkurangnya pekerjaan di suatu tempat / bagian dan
karenanya memerlukan penambahan / pengurangan pekerja
b. Memberikan kesempatan kepada pekerja yang mempunyai harapan untuk
maju agar dapat mengembangkan karirnya pada bagian atau tugas baru.
Dalam hal ini pekerja yang bersangkutan dapat mengajukan harapannya
tersebut kepada atasannya.
c. Kondisi kesehatan pekerja menurut rekomendasi dokter tidak memungkinkan
bekerja pada pekerjaan / jabatannya sekarang sehingga perlu dimutasikan
pada pekerjaan / jabatan lain yang sesuai.
2. Mutasi dan rotasi bersifat mendidik, membimbing, dan tidak didasari pada
"SARA" yang dapat merugikan Pekerja serta perkembangan Serikat Pekerja
dan tidak mengurangi hak-hak yang diterima Pekerja sebelumnya.

10
3. Dalam hal seorang pekerja akan dimutasi internal, kepada pekerja yang
bersangkutan harus diberitahukan terlebih dahulu secara lisan sekurang-
kurangnya 2 minggu sebelumnya. Dan untuk mutasi eksternal terlebih dahulu
menandatangani form mutasi sekurang-kurangnya 2 minggu sebelumnya
4. Setiap mutasi sesuai prosedur yang berlaku ditetapkan dengan Surat Keputusan
dari Perusahaan, dan SK asli diberikan kepada karyawan yang bersangkutan
maksimal 2 minggu sesudahnya.

Pasal 16
PROMOSI JENJANG KEKARYAAN

1. Promosi jenjang kekaryaan terdiri dari :


a. Promosi Jenjang Golongan
b. Promosi Jenjang jabatan
2. Promosi jenjang golongan pada dasarnya bersifat permanen baik secara
struktural maupun fungsional.
3. Promosi jenjang jabatan disesuaikan dengan fungsi struktur organisasi. Oleh
karena itu jenjang jabatan tidak bersifat permanen. Sehingga atas pertimbangan
kebutuhan re-organisasi atau mutasi fungsi, perusahaan dapat membatalkan
jabatan seorang pekerja.
4. Perusahaan akan memberikan prioritas kepada Pekerja yang memenuhi
persyaratan untuk pengisian jabatan lebih tinggi berdasarkan :
a. Catatan - catatan dari prestasi kerja berdasarkan laporan - laporan
tingkat kecakapan, minimal dalam masa 1 (satu) tahun.
b. Penilaian kemampuan kerja dan potensinya sehubungan dengan jabatan
baru.
c. Pendidikan.
d. Masa kerja.
5. Seorang pekerja yang dipromosikan, terlebih dahulu diangkat sebagai pejabat
sementara pada jabatan yang baru selama 1 (satu) tahun untuk evaluasi. Pada
akhir masa evaluasi, pekerja yang tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan akan
diperpanjang masa evaluasinya, atau dikembalikan pada jabatan semula atau
yang setara. Pekerja yang memenuhi kriteria akan diberikan penyesuaian
golongan sampai entry level pada jabatannya secara bertahap.
6. Bila seorang pekerja berada pada golongan / sub golongan yang merupakan
batas atas untuk suatu jabatan (top-stop), maka kenaikan golongan untuk
pekerja tersebut hanya dimungkinkan apabila yang bersangkutan memegang
jabatan dengan job level yang lebih tinggi dari job level semula.
7. Pekerja dapat menolak Promosi yang diberikan oleh pihak manajemen.
8. Promosi pekerja dilaksanakan sesuai prosedur Human Resources Development
(HRD).

Pasal 17
PENILAIAN KARYA

1. Penilaian Karya dilakukan untuk periode 1 (satu) tahun dan dilakukan pada bulan
November.
2. Penilaian Karya dilakukan oleh atasan langsung pekerja dan didocking pada 2
(dua) level di atasnya.
3. Hasil Penilaian Karya yang telah didocking dikomunikasikan kepada pekerja oleh
atasan langsung sekaligus sebagai proses coaching dan counseling.

11
Pasal 18
DEMOSI

Perusahaan dapat mengambil tindakan berupa pencabutan jabatan dari Pekerja yang
melakukan perbuatan yang melanggar peraturan tata tertib kerja dan aturan
kedisiplinan tanpa mengurangi upah Pekerja.

Pasal 19
PERJALANAN DINAS

Perjalanan dinas atas perintah Perusahaan dalam rangka melaksanakan tugas-tugas


Perusahaan, baik perjalanan dinas dalam negeri atau luar negeri, diatur dengan
peraturan yang berlaku.

BAB IV
WAKTU KERJA

Pasal 20
HARI DAN JAM KERJA

Mengingat sifat pekerjaan di Perusahaan, jam kerja diatur sebagai berikut


1. PABRIK :
a. Shift I : Senin s/d Jumat : Pukul 00.00 - 07.00 (Istirahat 60 menit)
Sabtu dan Minggu : Istirahat mingguan.
b. Shift II : Senin s/d Jumat : Pukul 07.00 - 16.00 (Istirahat 60 menit)
Sabtu dan Minggu : Istirahat mingguan.
c. Shift III : Senin s/d Jumat : Pukul 16.00 - 00.00 (Istirahat 60 menit)
Sabtu dan Minggu : Istirahat mingguan.
Sesudah istirahat mingguan ,liburan idul fitri dan akhir tahun, maka hari pertama
kerja adalah shift II (07.00-16.00)

2. KANTOR :
Senin s/d Jumat : Pukul 07.00 - 16.00 (Istirahat 60 menit)
Sabtu dan Minggu : Istirahat mingguan.

untuk bagian tertentu diatur sesuai kebutuhan oleh Kepala Departemen dan
disetujui oleh Direksi.

3. KEAMANAN :
Sesuai dengan sifat pekerjaan yang khusus dari Keamanan maka jam kerja,
hari kerja dan hal-hal lain diatur sebagai berikut:
a. Jam Kerja
- Shift I : Pukul 23.00 - 06.00
- Shift II : Pukul 06.00 - 15.00
- Shift III : Pukul 15.00 - 23.00
b. Pengaturan waktu kerja, waktu istirahat, shift, regu diatur oleh Pimpinan
kerja
4. Apabila karena kebutuhan sehingga terjadi perubahan waktu kerja, maka
Perusahaan akan membicarakan dengan Serikat Pekerja mengenai pengaturan
waktu kerja sesuai dengan peraturan per-Undang-undangan yang berlaku.

12
Pasal 21
KERJA LEMBUR

1. Untuk keperluan Perusahaan dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang


tertunda dan atau mendesak, Perusahaan dapat melaksanakan kerja lembur.
2. Kerja lembur dilakukan dengan persetujuan dari pekerja yang bersangkutan
dengan mengindahkan persyaratan-persyaratan berkenaan dengan hal kerja
lembur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Kerja lembur dianggap sah apabila ada surat perintah kerja lembur tertulis dari
pimpinan kerjanya.
4. Dalam hal lembur untuk pekerjaan yang mendesak, maka surat perintah kerja
lembur dapat dilaporkan setelah pekerjaan tersebut selesai.

BAB V
PENGUPAHAN

Pasal 22
UPAH
Upah terdiri dari :
a. Gaji yang terdiri dari gaji pokok dan tunjangan tetap.
b. Tunjangan-tunjangan tidak tetap.

Pasal 23
PAJAK PENGHASILAN

Perusahaan melaksanakan perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan


Pekerja sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 24
PEMBAYARAN UPAH

1. Upah dibayarkan setiap 1 (satu) hari sebelum akhir bulan.


2. Bilamana hari dimaksud jatuh pada hari Sabtu/Minggu/Libur Nasional, upah
dibayarkan pada hari kerja sebelumnya.
3. Bilamana pembayaran upah tidak dapat dilaksanakan tepat pada waktunya maka
Perusahaan akan memberitahukan kepada Serikat Pekerja secara tertulis.

Pasal 25
KENAIKAN GAJI

Kenaikan gaji terdiri dari :


a. Kenaikan massa :
Bulan Januari, gaji dinaikkan secara massa atas dasar Indeks Harga
Konsumen (IHK) Nasional, yang setiap kali dibicarakan dengan Serikat
Pekerja.
a.1. Kenaikan massa dengan mempertimbangkan inflasi dan tetap mempertim-
bangkan kemampuan perusahaan.
a.2. Kenaikan akan tetap dilakukan pada bulan Januari mengacu pada kebijakan
grup.
a.3. Bila kenaikan Upah Minimum Sektoral Kabupaten (UMSK) mempengaruhi
struktur gaji secara keseluruhan, maka manajemen akan meninjau dan
menyesuaikan kembali struktur gaji disesuaikan dengan kemampuan
perusahaan.

13
b. Kenaikan karena promosi.
b.1. Promosi dilaksanakan sebagaimana dimaksud di pasal 16.
b.2. Promosi karena Kenaikan Pangkat Reguler (KPR) dan Kenaikan Pangkat
Pilihan (KPP)
c. Annual Merit
Diberikan kepada karyawan setiap tahun bersamaan dengan kenaikan massa
yang besarnya disesuaikan dengan penilaian karya.
Perhitungan kenaikan:
GP Baru = (GP Lama X (1 + %IHK + % AM)) X (1 + % Promosi)

Pasal 26
PERHITUNGAN UPAH LEMBUR

Tarif Upah Lembur (TUL) = 1/173 X upah sebulan. Besarnya upah lembur tiap jam
kerja diatur sebagai berikut :

GP+Insentif+((Snack+Tunj.Makan+Tunj.Transport)xHari Kerja)
1 TUL =
173

1. Hari kerja biasa :


Jam ke-1 upah lembur = 1 1/2 X TUL
Jam ke-2 dan seterusnya, upah lembur = 2 X TUL
2. Hari Istirahat Mingguan :
Upah lembur dari jam ke-1 s/d ke-7 = 2 X TUL
Upah lembur jam ke-8 = 3 X TUL
Upah lembur jam ke-9 dan seterusnya = 4 X TUL
3. Hari Libur Nasional:
Upah lembur dari jam ke-1 s/d ke-7 = 2.25 x TUL
Upah lembur jam ke-8 = 3 x TUL
Upah lembur jam ke-9 dan seterusnya = 4 x TUL
4. Cuti Massa.
Perhitungan :
(GP+Insentif+(HK X(Uang Makan + Transport))) x Tot. Jam x 2%

Pasal 27
UPAH DALAM MASA PERCOBAAN

Selama menjalani masa percobaan, Pekerja menerima upah sebesar 100% dari upah
yang telah ditetapkan dengan batas minimum sama dengan Upah Minimum Sektoral
Kabupaten yang berlaku, disamping tunjangan lainnya.

Pasal 28
UPAH DALAM MENJALANKAN
KEWAJIBAN NEGARA

Kepada Pekerja yang menjalankan kewajiban Negara sebagaimana diatur dalam


peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka ketentuan upah diatur sebagai
berikut :
a. Perusahaan wajib membayar upah Pekerja bilamana dalam menjalankan
kewajiban Negara, Pekerja dimaksud tidak menerima upah dari pemerintah,
tetapi tidak melebihi 1 (satu) tahun.
b. Perusahaan berkewajiban membayar selisih upah Pekerja bilamana jumlah upah
yang diperolehnya kurang dari yang biasanya diterima dari Perusahaan, tetapi
tidak melebihi 1 (satu) tahun.

14
c. Perusahaan tidak diwajibkan untuk membayar upah Pekerja, bilamana dalam
menjalankan kewajiban Negara tersebut, Pekerja telah memperoleh upah dan
tunjangan lainnya yang besarnya sama atau lebih dari upah yang biasa ia terima
dari Perusahaan.
d. Ketentuan ini berlaku bagi pekerja tetap.

Pasal 29
UPAH DALAM MASA SKORSING

Kepada Pekerja yang dikenakan tindakan skorsing, maka selama dalam skorsing
upahnya dibayar sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Pasal 30
UPAH SELAMA SAKIT BERKEPANJANGAN

1. Upah selama sakit diberikan Perusahaan kepada karyawan yang menderita sakit
yang cukup lama dan terus menerus dan tidak mampu bekerja dan berdasarkan
keterangan dokter yang sah.
2. Termasuk sakit terus menerus adalah:
a. Sakit menahun atau berkepanjangan sehingga tidak dapat menjalankan
pekerjaannya secara terus menerus.
b. Setelah sakit lama kemudian masuk bekerja kembali tetapi tidak lebih lama
dari 4 (empat) minggu kemudian sakit kembali.
3. Dengan berpedoman pada Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, besarnya upah selama sakit diatur sebagai berikut:

Sakit karena kecelakaan kerja:


UPAH YANG
MASA KERJA LAMA SAKIT DIBAYARKAN
6 bulan pertama 100% x Upah
a. Kurang dari 10 tahun
6 bulan kedua 75% x Upah
b. 10 tahun atau lebih 12 bulan 100% x Upah

Sakit bukan karena kecelakaan kerja:


UPAH YANG
MASA KERJA LAMA SAKIT DIBAYARKAN
4 bulan pertama 100% x Upah
a. 3 bulan - 3 tahun 4 bulan kedua 75% x Upah
4 bulan ketiga 50% x Upah
6 bulan pertama 100% x Upah
b. Lebih dari 3 tahun
6 bulan kedua 75% x Upah

4. Untuk bulan selanjutnya sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan upah


yang diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Terhadap pekerja yang sakit selama 1 (satu) tahun penuh terus menerus dapat
dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja dengan tetap membayarkan tunjangan
pengobatan selama 2 (dua) tahun.

15
Pasal 31
UPAH SELAMA DITAHAN
YANG BERWAJIB

1. Bilamana Pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib, upahnya diatur sebagai
berikut:
a. Ditahan bukan berdasarkan pengaduan Perusahaan, kepada keluarga
Pekerja diberikan tunjangan yang besarnya ditetapkan atas dasar jumlah
anggota keluarga, yaitu :
- 1 (satu) anggota keluarga = 25% x gaji pokok
- 2 (dua) anggota keluarga = 50% x gaji pokok
- 3 (tiga) anggota keluarga = 60% x gaji pokok
- 4 (empat) anggota keluarga atau lebih = 75% x gaji pokok
b. Ditahan berdasarkan tuduhan Perusahaan, upah Pekerja dibayarkan 75% X
Gaji Pokok. Bilamana Pekerja dibebaskan dari tuduhan, maka Perusahaan
akan memberikan selisih upahnya yang belum dibayar selama ditahan.

2. Jangka waktu pembayaran upah Pekerja atau pemberian tunjangan kepada


keluarganya tersebut berlaku sampai dengan jatuhnya vonis pengadilan dalam
perkara bersangkutan dan atau paling lama 6 (enam) bulan takwim dihitung
dari tanggal pertama ditahan.

Pasal 32
TUNJANGAN KEHADIRAN

1. Perusahaan memberikan tunjangan uang hadir kepada Pekerja golongan I s/d III,
kecuali kepada Pekerja dalam masa percobaan.
2. Tunjangan Kehadiran dibayarkan bersamaan dengan penerimaan upah,
kenaikannya berdasarkan inflasi yang disesuaikan dengan kemampuan
perusahaan.
Rincian selanjutnya menyangkut tunjangan kehadiran diatur dalam lampiran PKB
ini.

Pasal 33
TUNJANGAN UANG TRANSPOR

1. Tunjangan transport diberikan perusahaan kepada pekerja untuk biaya perjalanan


pulang pergi dari dan ke tempat kerja.
2. Kepada pekerja yang oleh perusahaan diberikan fasilitas kendaraan maupun
fasilitas lain sebagai pengganti tunjangan transport, tunjangan transport tidak
diberikan.
3. Golongan I s/d III= 2 x 3 x tarif bis kota x 142.5 % per hari masuk kerja.

Pasal 34
FASILITAS MAKAN

1. Perusahaan memberikan fasilitas makan kepada Pekerja setiap hari ia masuk


kerja yang besarnya ditentukan dalam lampiran PKB ini
2. Fasilitas makan diberikan kepada Pekerja yang bekerja lembur sebagai berikut :
a. Lembur pada hari kerja biasa dengan jam kerja lembur sekurang-
kurangnya 3 (tiga) jam lamanya bagi Pekerja yang bekerja lembur
lanjutan dari shift I, shift II dan shift III.
b. Lembur pada hari libur sekurang-kurangnya 4 (empat) jam dan melewati
jam makan.
16
3. Bagi pekerja yang tidak dapat makan di Perusahaan karena dinas luar, puasa
Ramadhan, puasa Zulhijjah, dan diet khusus yang dianjurkan dokter akan
diberikan uang makan yang besarnya diatur dalam lampiran PKB ini.
4. Tunjangan uang makan untuk perhitungan lembur diatur dalam lampiran.

Pasal 35
FASILITAS MINUM DAN MAKANAN KECIL

1. Untuk menjaga kondisi kesehatan Pekerja, Perusahaan memberikan fasilitas


dalam bentuk susu dan makanan kecil pada setiap hari masuk kerja.
2. Pengaturan fasilitas minum dan makanan kecil dirinci dalam lampiran PKB ini.
3. Tunjangan uang snack untuk perhitungan lembur diatur dalam lampiran.

Pasal 36
TUNJANGAN HARI RAYA

Tunjangan Hari Raya (THR) dibayarkan kepada Pekerja 2 (dua) minggu sebelum
Hari Raya dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih menerima 1 (satu) bulan Gaji Pokok +
tunjangan tetap.
2. Masa kerja 1 (satu) bulan sampai dengan kurang dari 1 (satu) tahun menerima
menurut perimbangan bulan masa kerja (x). ( x/12 X (gaji pokok + tunjangan
tetap) sebulan).
3. Masa kerja kurang dari 1 (satu) bulan tidak menerima THR.

Pasal 37
TUNJANGAN AKHIR TAHUN

1. Setiap akhir tahun Pekerja menerima tunjangan akhir tahun yang besarnya
dimusyawarahkan/disepakati bersama antara Perusahaan dengan Serikat Pekerja
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan.
2. Bagi Pekerja yang masa kerjanya kurang dari 1 (satu) tahun dan telah melampaui
masa percobaan mendapat tunjangan akhir tahun dengan perimbangan x/12
dari tunjangan akhir tahun yang bersangkutan.
3. Bagi pekerja yang putus hubungan kerjanya 3 (tiga) bulan sebelum akhir
tahun karena:
a. Meninggal dunia
b. Cacat tetap
c. Medical Unfit
d. Sakit berkepanjangan
e. Pensiun/mencapai batas usia kerja, tetap diberikan tunjangan akhir tahun
secara proporsional.

BAB VI
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Pasal 38
FASILITAS KESEHATAN

1. Untuk meningkatkan kesejahteraan Pekerja dan keluarganya, Perusahaan


menyediakan beberapa fasilitas kesehatan berupa :
a. Dokter rayon dan dokter spesialis.
b. Poliklinik/apotik poliklinik di Perusahaan.
c. Perawatan dan pemeriksaan gigi.
17
d. Biaya kaca mata.
e. Apotik langganan yang buka 24 (dua puluh empat) jam.
f. Rumah Sakit rujukan.
2. Suami istri yang bekerja dalam satu perusahaan, segala fasilitas yang
menyangkut tunjangan pengobatan, perawatan di rumah sakit, bantuan uang
kelahiran, Keluarga Berencana (KB) dan penggantian biaya kacamata, diberikan
berdasarkan nilai tunjangan tertinggi dari salah satu suami atau istri.
3. Ketentuan lain tentang fasilitas kesehatan diatur dalam lampiran PKB ini.

Pasal 39
TUNJANGAN UANG PENGOBATAN

1. Perusahaan memberikan tunjangan uang pengobatan kepada Pekerja dan


keluarganya.
2. Tunjangan uang pengobatan dimaksud, berlaku untuk Pekerja sendiri setelah
bekerja 1 (satu) bulan dan untuk keluarganya setelah Pekerja melewati masa
percobaan.
3. Tunjangan uang pengobatan mencakup hal-hal :
a. Biaya pemeriksaan dokter umum/rayon dan spesialis.
b. Biaya pembelian obat-obatan berdasarkan resep dokter.
c. Biaya perawatan gigi.
4. Tunjangan uang pengobatan diberikan sesuai kebutuhan dan dibatasi dalam
1 (satu) tahun sebesar :
a. 1 ½ kali gaji pokok untuk pekerja lajang.
b. 2 ½ kali gaji pokok untuk pekerja yang berkeluarga tanpa anak.
c. 3 ½ kali gaji pokok untuk pekerja yang berkeluarga dengan anak.
5. Tunjangan uang pengobatan untuk pekerja wanita, diatur sesuai prosedur yang
berlaku.
6. Apabila pekerja dan / atau keluarganya menderita penyakit yang disebabkan oleh
pemakaian obat-obat terlarang (jenis obat terlarang sesuai dengan peraturan
pemerintah yang berlaku), maka biaya perawatan/pengobatannya tidak
ditanggung oleh perusahaan.
7. Untuk perhitungan tunjangan uang pengobatan ini ditetapkan batas gaji yang
besarnya sesuai dengan lampiran PKB ini.

Pasal 40
PERAWATAN DI RUMAH SAKIT

1. Perusahaan memberikan tunjangan uang perawatan di rumah sakit kepada


Pekerja dan keluarganya dengan ketentuan lama perawatan sebagai berikut :
a. Bagi Pekerja sendiri untuk selama-lamanya 12 (dua belas) bulan terus
menerus dan tidak terputus-putus.
b. Bagi keluarga Pekerja untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan terus menerus
dan tidak terputus-putus.
2. Perawatan di rumah sakit dimaksud berlaku untuk Pekerja sendiri setelah
bekerja 1 (satu) bulan dan untuk keluarganya setelah Pekerja melewati masa
percobaan.
3. Perawatan di rumah sakit diatur sebagai berikut :
a. Kelas perawatan di rumah sakit diatur sesuai dengan lampiran PKB ini.
b. Bila karena sesuatu keadaan yang memaksa, Pekerja masuk di kelas yang
lebih tinggi dari haknya, kelebihan biaya untuk satu kelas di atas haknya
selama maksimum 3 (tiga) hari pertama menjadi tanggungan Perusahaan,
selebihnya akan menjadi tanggungan Pekerja yang bersangkutan.
4. Perawatan di rumah sakit ini juga berlaku bagi istri/pekerja wanita yang
melahirkan.

18
5. Apabila ada rekomendasi dari Dokter Perusahaan untuk penyembuhan penyakit
dengan melalui operasi tanpa rawat inap (operasi kecil), maka biaya operasi
tersebut termasuk ke dalam biaya perawatan.
6. Biaya pemeriksaan dan perawatan/pengobatan pekerja dan atau keluarganya
akibat bunuh diri/percobaan bunuh diri tidak ditanggung oleh perusahaan.

Pasal 41
PEMERIKSAAN BERKALA

1. Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan Pekerja secara massa yang


wajib diikuti oleh semua pekerja dan biayanya ditanggung oleh perusahaan.
2. Komite safety akan menentukan pekerja yang wajib mengikuti pemeriksaan
berkala 1 (satu) atau 2 (dua) kali setahun berdasarkan kondisi kerja, usia, dan
jenis kelamin, yang waktu pelaksanaan untuk yang ke 1 (satu) kali dibulan
Januari dan untuk yang ke 2 (dua) kali dibulan Juli.

Pasal 42
ASURANSI

1. Berdasarkan peraturan perundang-undangan, seluruh Pekerja didaftarkan


sebagai peserta program BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
2. BPJS Ketenagakerjaan meliputi :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja.
b. Jaminan Kematian.
c. Jaminan Hari Tua.
d. Jaminan Pensiun.
3. a. Besarnya iuran program BPJS Ketenagakerjaan ( dalam % ) adalah sebagai
berikut :
Program Pengusaha
Pekerja
Jaminan Kecelakaan Kerja 1.27 % 0%
Jaminan Kematian 0.3 % 0%
Jaminan Hari Tua 3.7 % 2%
Jaminan Pensiun 2.0% 1%
b. Iuran Program BPJS Ketenagakerjaan dapat berubah sesuai dengan
peraturan BPJS Ketenagakerjaan yang berlaku.
4. Disamping sebagai peserta program BPJS Ketenagakerjaan, Pekerja juga
diasuransikan pada perusahaan asuransi personal accident yang ditunjuk oleh
Perusahaan dan preminya ditanggung sepenuhnya oleh Perusahaan.

Pasal 43
DANA PENSIUN

1. Setiap Pekerja wajib didaftarkan sebagai peserta Dana Pensiun Astra (DPA) dan
berhak menerima sejumlah manfaat pensiun sesuai dengan peraturan DPA.
2. Besarnya iuran Dana Pensiun Astra adalah 3.2 % dibayarkan oleh Pekerja,
sedangkan iuran perusahaan ditetapkan berdasarkan perhitungan manfaat
pensiun. Besarnya iuran dapat berubah sesuai peraturan DPA.

19
Pasal 44
BANTUAN UANG KEDUKAAN

Apabila Pekerja / keluarga Pekerja dari Pekerja yang telah melewati masa
percobaan dan terdaftar pada Perusahaan meninggal dunia, Perusahaan
memberikan bantuan uang kedukaan setelah Pekerja/Keluarga Pekerja
menyerahkan bukti-bukti yang sah yang besarnya sesuai dengan lampiran PKB ini.

Pasal 45
BANTUAN UANG PERNIKAHAN

Pekerja yang telah berdinas 1 (satu) tahun dan melangsungkan pernikahan yang
pertama diberikan bantuan uang pernikahan yang besarnya sesuai dengan lampiran
PKB ini.

Pasal 46
KELUARGA BERENCANA

Untuk menunjang program pemerintah dibidang Keluarga Berencana, Perusahaan


memberikan penggantian biaya pelayanan Keluarga Berencana, berupa :
a. Konsultasi
b. Alat kontrasepsi mantap

Pasal 47
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perusahaan memberikan biaya Pendidikan dan Pelatihan yang diharuskan oleh


Perusahaan yang berkenaan dengan jabatan atau pekerjaan Pekerja yang
bersangkutan sesuai prosedur yang berlaku.

Pasal 48
KESENIAN DAN OLAHRAGA

Untuk mengembangkan kesenian dan olahraga khususnya dalam lingkungan


Perusahaan, disediakan biaya dan fasilitas sesuai dengan kemampuan Perusahaan.

Pasal 49
DARMAWISATA

Untuk meningkatkan gairah kerja dan menciptakan hubungan yang harmonis


diantara sesama keluarga Pekerja,setiap tahun Perusahaan memberikan tunjangan
darmawisata sesuai dengan kemampuan Perusahaan,yang besarnya akan
dibicarakan dengan Serikat Pekerja.

Pasal 50
PINJAMAN KEPEMILIKAN DAN RENOVASI RUMAH

Perusahaan memberikan bantuan pinjaman uang yang dapat digunakan sebagai uang
muka untuk pembelian rumah atau renovasi rumah bagi Pekerja sesuai prosedur
yang berlaku.

20
Pasal 51
FASILITAS KREDIT SEPEDA MOTOR

1. Pekerja golongan I s/d III yang telah menjalani masa kerja 5 (lima) tahun dan
tidak mempunyai utang kepada Perusahaan dan Koperasi mendapatkan
kesempatan kredit sepeda motor produk ASTRA maksimal Rp.15.000.000,-.
2. Kesempatan berikutnya diberikan setelah 5 (lima) tahun sejak kredit sebelumnya.
3. Kesempatan ini diberikan dengan tetap memperhatikan kondisi Perusahaan dan
memenuhi persyaratan yang ada.

Pasal 52
USAHA KOPERASI

Perusahaan akan membantu menyelenggarakan koperasi karyawan PT. FIM


dengan :
1. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang memadai sesuai dengan kemampuan
perusahaan.
2. Pemotongan upah pekerja berupa iuran sebagai anggota koperasi dan atau
angsuran pinjaman berdasarkan Surat Kuasa dari pekerja melalui Personalia
3. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan jalannya usaha Koperasi.
4. Fasilitas / dispensasi untuk pengurus / pegawai koperasi
5. Menunjuk salah satu wakilnya untuk duduk dalam kepengurusan koperasi sebagi
Pembina Koperasi

Pasal 53
FASILITAS IBADAH

1. Perusahaan memperhatikan pembinaan mental para Pekerja dengan


menyediakan fasilitas ibadah berupa tempat ibadah yang memadai bagi Pekerja
untuk melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-
masing.
2. Pada hari Jumat bagi pengurus masjid dan pengurus kebaktian atau orang yang
ditunjuk oleh pengurus diberikan dispensasi pukul 10.30 s/d 13.30.
3. Perusahaan ikut memberikan bantuan dalam kegiatan keagamaan.

Pasal 54
PENGHARGAAN

1. Bagi Pekerja yang telah berdinas selama 10 (sepuluh) tahun, 15 (lima belas)
tahun, 20 (dua puluh) tahun, 25 (dua puluh lima) tahun, 30 (tiga puluh) tahun,
dan 35 (tiga puluh lima) tahun terus menerus, Perusahaan memberikan
penghargaan karena dedikasi dan loyalitasnya dalam bentuk logam mulia
standar ANTAM bersertifikat yang beratnya sesuai dengan masa kerjanya (gram).
2. Bagi Pekerja yang telah mencapai batas usia pensiun akan diberikan
penghargaan.
3. Bentuk penghargaan yang diberikan sesuai dengan SK yang berlaku dan
disosialisasikan kepada pekerja.

Pasal 55
PEKERJA TELADAN

Setiap tahun Perusahaan memberikan penghargaan khusus kepada Pekerja


teladan, yaitu kepada Pekerja yang telah memenuhi persyaratan dan kriteria
tertentu yang telah disepakati oleh Perusahaan dan Serikat Pekerja.

21
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 56
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Perusahaan berkewajiban menyediakan alat-alat pelindung perlengkapan dan
peralatan keselamatan kerja dan mengupayakan lingkungan kerja yang tidak
membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Untuk mengupayakan hal tersebut di atas, maka Panitia Pembina Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (P2K3) menetapkan peraturan kesehatan dan keselamatan
kerja .
3. Pekerja diwajibkan mentaati semua ketentuan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja dan tidak melakukan perbuatan yang mengabaikan keselamatan
bagi pekerja sendiri dan atau pekerja lainnya.
4. Mengabaikan ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi.
5. Pada dasarnya perusahaan hanya menyedia-kan perlengkapan kerja seperti
ketentuan tersebut di atas, kecuali perlengkapan kerja tersebut rusak karena
pekerjaan, sehingga tidak memenuhi syarat lagi untuk dipakai sebagai
perlengkapan kerja.
6. Penggantian perlengkapan kerja karena rusak dimaksud ayat 5. hanya diberikan
atas usul atasan langsung pekerja yang bersangkutan dan disetujui oleh kepala
departemennya dengan menyerahkan perlengkapan yang rusak tersebut.
7. Bila perlengkapan tersebut diatas hilang maka karyawan yang bersangkutan
wajib mengganti, sesuai yang telah diterima karyawan.

Pasal 57
P 2 K 3 dan Pemeriksaan Alat Pelindung Keselamatan dan Kesehatan
Kerja

1. Dalam rangka Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Perusahaan


bersama-sama dengan Serikat Pekerja membentuk Panitia Pembinaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
2. P2K3 terdiri dari wakil-wakil Perusahaan dan Serikat Pekerja.
3. P2K3 bertugas menyusun Peraturan dan Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, sekaligus pengawasan pelaksanaannya.
4. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) akan mengadakan
pemeriksaan secara periodik atas pelindung keselamatan dan kesehatan kerja
yang digunakan pekerja.
5. Dalam hal terdapat adanya ketidaksesuaian alat pelindung keselamatan dan
kesehatan kerja yang ada, maka perusahaan wajib mengadakan penggantian alat
pelindung keselamatan dan kesehatan kerja tersebut.

Pasal 58
PERLENGKAPAN KERJA

1. Perusahaan menyediakan alat-alat perlengkapan kerja bagi pekerja menurut


macam dan jenis yang telah ditentukan untuk masing-masing pekerjaan.
2. Pekerja diwajibkan merawat alat-alat perlengkapan kerja tersebut dan
menyimpannya pada tempat yang telah ditentukan oleh atasannya.
3. Dalam hal terjadi kerusakan pada alat-alat perlengkapan kerja dan karenanya
perlu dilakukan penukaran, maka pekerja diwajibkan menunjukkan alat-alat kerja
yang lama atau yang rusak tersebut kepada atasannya atau pejabat lain yang
ditunjuk oleh perusahaan.
4. Dalam hal terjadi kehilangan pada alat-alat perlengkapan kerja maka pekerja
diwajibkan membuat laporan kehilangan barang dalam bentuk berita acara yang
diketahui sampai tingkat kepala departemen.

22
BAB VIII
CUTI DAN MENINGGALKAN PEKERJAAN
DENGAN MENDAPAT UPAH

Pasal 59
PENGAJUAN CUTI

Pekerja yang akan mengambil cuti diwajibkan memberitahukan secara tertulis 2 (dua)
hari kerja sebelumnya.

Pasal 60
CUTI TAHUNAN

1. Perusahaan memberikan cuti tahunan sebanyak 12 (dua belas) hari kerja


dengan tetap mendapatkan upah kepada pekerja yang telah bekerja 12 (dua
belas) bulan berturut-turut.
2. Dari 12 hari kerja yang menjadi hak pekerja tersebut, penggunaannya dibicarakan
dengan atasannya.
3. Kecuali bagi pekerja yang bermaksud menggunakan hak cuti tahunannya dalam
keadaan mendesak, pekerja diwajibkan memberitahukan maksudnya kepada
perusahaan melalui atasannya pada hari tersebut.
4. Kesempatan menggunakan cuti tahunan akan gugur jika pekerja dalam jangka
waktu 24 (dua puluh empat) bulan sejak cuti tahunannya muncul tidak
menggunakan haknya tersebut, kecuali untuk kepentingan perusahaan.
5. Informasi tentang hak cuti pekerja akan diberitahukan oleh Bagian HR/Personalia
pada saat hak cuti diperoleh.
- Karyawan tetap : awal tahun
- karyawan kontrak : setelah bekerja 12 bulan secara proporsional

Pasal 61
CUTI BESAR

1. Pekerja yang telah bermasa kerja 5 (lima) tahun berturut-turut atau kelipatan 5
(lima) tahun masa kerja, memperoleh cuti besar 1 (satu) bulan dan uang cuti
sebesar 1 (satu) bulan upah (GP + Tunjangan tetap) pada saat bulan jatuh tempo.
2. Cuti besar dapat diambil sekaligus 1 (satu) bulan kalender atau bertahap (jumlah
keseluruhannya 22 hari kerja) dengan memperhatikan kebutuhan Perusahaan dan
Pekerja, yang pelaksanaannya diatur melalui Pimpinan Kerja masing-masing.

Pasal 62
CUTI HAID

1. Pekerja wanita yang mengalami gangguan kesehatan sehingga tidak dapat


melakukan kegiatan rutin, dapat tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan
kedua waktu haid.
2. Penggunaan cuti haid dilaksanakan dengan memberitahukan pada Pimpinan Kerja.

Pasal 63
CUTI HAMIL

1. Kepada Pekerja wanita yang hamil diberikan hak cuti 3 (tiga) bulan, pelaksanaannya
diatur 1 1/2 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1 1/2 (satu
setengah) bulan setelah melahirkan atau gugur kandungan, dengan melampirkan
surat keterangan usia kehamilan dan prediksi waktu kelahiran dari dokter kandungan
atau bidan.

23
2. Cuti hamil ini dapat diperpanjang apabila dokter memandang perlu bahwa Pekerja
wanita yang bersangkutan masih harus istirahat dengan melampirkan surat
keterangan dokter.

3. Jika pekerja sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan ayat 1 pasal ini,
maka segala akibat hukum serta akibat lainnya yang timbul, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pekerja yang dikuatkan dengan pernyataan tertulis.

Pasal 64
TIDAK MASUK KERJA DENGAN MENDAPAT UPAH

Pekerja berhak mendapat izin tidak masuk kerja dengan mendapat upah dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Pekerja sendiri melangsungkan pernikahan : 3 hari
2. Anak Pekerja melangsungkan pernikahan : 2 hari
3. Saudara sekandung Pekerja atau saudara sekandung istri/suami Pekerja
melangsungkan pernikahan. (dengan melampirkan undangan dan kartu keluarga)
: 1 hari
4. Keluarga Pekerja meninggal dunia : 3 hari
Dengan pertimbangan jarak dan waktu tempuh, diberikan tambahan cuti yang diatur
sebagai berikut:
- Wilayah Banten, Jawa Barat, dan DKI : 1 hari
- Wilayah Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur : 2 hari
- Wilayah Luar Pulau Jawa : 3 hari
5. Anggota keluarga Pekerja meninggal dunia yaitu orang tua/mertua, menantu,
saudara sekandung dan saudara sekandung suami/istri : 2 hari
Dengan pertimbangan jarak dan waktu tempuh, diberikan tambahan cuti yang diatur
sebagai berikut :
- Wilayah Banten, Jawa Barat, dan DKI : 1 hari
- Wilayah Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur : 2 hari
- Wilayah Luar Pulau Jawa : 3 hari
6. Orang serumah dari Pekerja meninggal dunia : 1 hari
7. Isteri Pekerja melahirkan atau keguguran kandungan : 2 hari
8. Pembaptisan/khitanan anak Pekerja : 2 hari
9. Pekerja kembali dari perjalanan dinas yang melebihi 3(tiga) bulan : 2 hari
10. Mendapat musibah / bencana alam dapat diberikan sesuai dengan waktu yang
dianggap perlu.
11. Menjalankan/menunaikan ibadah haji untuk yang pertama kali diberikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12. Memenuhi panggilan Pengadilan atau Pihak yang berwajib, dengan menunjukkan
bukti yang sah dapat diberikan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
13. Menjalankan tugas negara (misalnya: wajib militer, pelatnas dan lain-lain) dengan
menunjukan bukti yang sah.
14. Pekerja yang mengikuti ujian sekolah dengan pembuktian yang sah : 1 hari
(Maksimal 2 kali ujian sekolah dalam setahun)
15. Setelah perawatan rumah sakit, pekerja mendapatkan cuti : 2 hari

Pasal 65
IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN (IMP)

1. Pekerja diberikan izin meninggalkan pekerjaan dengan upah penuh untuk hal-hal
sebagai berikut (menggunakan kertas IMP berwarna putih / dispensasi) :
a. Sebagai saksi karena panggilan Penyidik/Pengadilan.

24
b. Mendapat berita bahwa istri/suami, orangtua/mertua, anak sah, saudara
sekandung, saudara sekandung suami/istri, atau orang yang tinggal serumah
dengan Pekerja meninggal dunia / mendapat musibah.
c. Mendapat berita istri Pekerja melahirkan.
d. Mengikuti ujian sekolah dengan pembuktian yang sah, maksimum 2 (dua) kali
dalam satu tahun.
e. Mengikuti acara keagamaan sesuai dengan Peraturan Departemen Agama.
f. Keluarga pekerja dirawat dirumah sakit, mendapat izin dispensasi waktu (± 4
jam) untuk mengurus administrasi pada hari pertama dirawat,untuk kondisi
darurat dikomunikasikan dengan pimpinan kerja dan Bagian HR/Personalia.
2. Pekerja diberikan Izin Meninggalkan Pekerjaan dengan dipotong upah untuk hal-
hal selain pada ayat 1 (satu) (menggunakan kertas IMP berwarna merah).

Pasal 66
HARI LIBUR RESMI

Pada hari libur resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah, Pekerja berhak tidak masuk
kerja dengan menerima upah.

BAB IX
TATA TERTIB KERJA DAN ATURAN KEDISIPLINAN

Pasal 67
TATA TERTIB KERJA DAN KEDISIPLINAN

Tumbuhnya moral dan etos kerja ditentukan oleh kesadaran seluruh Pekerja dan
semua golongan, oleh karena itu semua Pekerja dituntut untuk memahami dan
melaksanakan tata tertib dan kedisiplinan yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Pekerja wajib hadir di tempat kerja dan meninggalkan lingkungan pekerjaan pada
waktu yang telah ditentukan, kecuali seizin Pimpinan kerjanya.
2. Pekerja diwajibkan masuk dan keluar tempat kerja/lingkungan Perusahaan
melalui pintu masuk dan pintu keluar yang sudah ditentukan.
3. Pekerja diwajibkan melakukan verifikasi kehadirannya pada saat datang dan
pulang bekerja sesuai dengan prosedur yang ditentukan pada mesin pencatat
waktu, atau pada Pimpinan kerja bila mesin pencatat waktu tidak berfungsi.
4. Pekerja yang tidak dapat masuk bekerja diwajibkan :
a. Memberitahukan secara tertulis atau lisan kepada pimpinan kerja/bagian
Personalia sebelum atau pada hari kerja yang bersangkutan dengan
menyebutkan alasannya.
b. Bagi yang tidak dapat masuk bekerja karena sakit, wajib menyampaikan
surat keterangan istirahat sakit yang dikeluarkan oleh dokter.
c. Surat keterangan sakit harus diserahkan 1 (satu) hari kerja setelah
berlakunya surat keterangan sakit tersebut sampai pada saat yang
bersangkutan kembali bekerja.
d. Bagi yang tidak dapat masuk bekerja bukan karena sakit, wajib
menyampaikan bukti-bukti bahwa alasannya dapat dipertanggung-jawabkan
dan dapat diterima oleh Pimpinan kerja.
Pekerja yang tidak dapat mempertanggungjawabkan kewajiban seperti
tersebut pada ayat diatas dianggap mangkir atau bolos.
5. Pekerja yang akan hadir terlambat masuk bekerja harus memberitahukan secara
lisan atau melalui media lain kepada pimpinan kerja.
6. Pekerja yang terpaksa harus meninggalkan pekerjaan keluar lingkungan
Perusahaan, diharuskan memperoleh ijin dari Pimpinan kerjanya dan mengisi
formulir yang disediakan oleh Perusahaan dengan tetap mengikuti
prosedur yang berlaku.

25
7. Pekerja diwajibkan melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan penuh rasa
tanggung jawab sesuai instruksi kerja yang berlaku dengan ketentuan yang
diatur oleh Pimpinan kerjanya.
8. Pekerja dilarang berada di tempat kerja yang tidak ada hubungan dengan
pekerjaannya maupun mengerjakan pekerjaan lain tanpa izin dari Pimpinan
kerjanya.
9. Pekerja setiap menjalankan tugas harus mengenakan pakaian kerja harian
dengan rapi dan perlengkapan keselamatan kerja yang diperlukan, serta tanda-
tanda pengenal yang diharuskan oleh Perusahaan. Bagi yang menggunakan
jilbab akan diatur tersendiri.
10. Pekerja diwajibkan memelihara dengan sebaik-baiknya pakaian kerja harian,
perlengkapan dan peralatan kerja, mesin-mesin dan harta lain milik
Perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya.
11. Pekerja diwajibkan segera melapor kepada Pimpinan kerjanya atas kerusakan
atau kehilangan perlengkapan/peralatan kerja atau harta milik Perusahaan
yang menjadi tanggung jawabnya.
12. Pekerja diwajibkan mempergunakan perlengkapan/peralatan kerja atau harta
milik Perusahaan hanya untuk kepentingan Perusahaan. Tanpa seizin yang
berwenang, dilarang menggunakan atau memindahkan dari lokasi yang telah
ditentukan, kecuali pemakaian tersebut berkenaan dengan tugas dan
kewajibannya di dalam lingkungan Perusahaan.
13. Pekerja wajib menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja , ruang
makan dan ruang istirahat dan lingkungan dalam perusahaan serta mencegah
timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan.
14. Pekerja pria dilarang berambut panjang (gondrong), dan bagi wanita yang
berambut panjang harus diikat dengan rapi.
15. Pekerja dilarang makan, minum dan merokok di dalam pabrik kecuali pada
tempat yang telah ditentukan.
16. Bagi yang memelihara jenggot harus rapi dan memperhatikan unsur safety.
17. Pekerja wajib membuang sampah di tempat yang telah disediakan.
18. Pekerja dilarang membawa barang-barang ke dalam pabrik atau melakukan
usaha-usaha bisnis pribadi, dan atau melaksanakan pekerjaan diluar
kepentingan/kontrak kerja perusahaan di dalam lingkungan Perusahaan sehingga
mengganggu kegiatan kerja perusahaan.
19. Pekerja wajib mengambil tindakan yang dapat dilakukan apabila mengetahui
suatu kejadian yang dapat merugikan, membahayakan orang lain atau
Perusahaan dan segera memberitahukan kepada Atasan/Pimpinan Perusahaan.
20. Pekerja diwajibkan memberitahukan kepada bagian Personalia selambat-
lambatnya 1 (satu) minggu setelah ada perubahan yang berkenaan dengan
alamat, tempat tinggal dan status keluarganya.
21. Pekerja wajib memelihara sopan-santun, saling menghargai antara atasan dan
bawahan maupun sesama Pekerja.
22. Pekerja wajib memperlakukan bawahannya dengan sopan, adil, jujur, serta wajar
sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan perusahaan
23. Pimpinan kerja wajib memberikan petunjuk, bimbingan serta motivasi kepada
bawahannya.
24. Pekerja wajib melaksanakan perintah dan petunjuk atasannya dengan sebaik-
baiknya selama tidak bertentangan dengan ketentuan dalam PKB maupun
perundang-undangan yang berlaku.
25. Pekerja wajib menjaga nama baik Perusahaan dalam tingkah lakunya baik di
dalam maupun di luar Perusahaan.
26. Pekerja dilarang berganti pakaian/menyimpan pakaian kerja di tempat yang
bukan ditentukan untuk keperluan tersebut.
27. Pekerja dilarang melewati hak jabatannya atau menyalahgunakan hak tersebut.
28. Pekerja dilarang mengikat hubungan kerja dengan Perusahaan lain tanpa izin
tertulis dari perusahaan.

26
29. Pekerja dilarang menerima tamu pribadi pada jam kerja kecuali seizin pimpinan
kerja dan pada tempat yang telah ditentukan.
30. Setiap Pekerja wajib mentaati pemeriksaan badan yang dilakukan oleh
petugas keamanan dalam batas-batas kesopanan.Jika dalam pemeriksaan
tersebut yang diperiksa kedapatan melakukan perbuatan yang dilarang seperti
ayat 12 di atas, maka petugas keamanan berhak /wajib mengadakan
pengusutan lebih lanjut dan menyita barang tersebut.
31. Setiap Pekerja wajib menjaga kerahasiaan data Perusahaan, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis yang diketahui bersifat rahasia atau dapat dianggap
bersifat rahasia, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan
orang lain.
32. Setiap Pekerja diwajibkan menjaga kerahasiaan rencana kegiatan/tindakan
Perusahaan yang apabila diketahui orang lain dapat menimbulkan ancaman
bahaya/kerugian bagi Perusahaan.
33. Setiap pekerja tidak diperbolehkan menjadi supplier perusahaan.
34. Setiap pekerja dilarang istirahat di luar jam istirahat, kecuali seijin pimpinan
kerjanya
35. Setiap pekerja yang akan masuk lingkungan perusahaan diluar jam kerjanya,
wajib melaporkan kepentingannya kepada petugas keamanan yang bertugas dan
mematuhi peraturan yang berlaku.
36. Pekerja yang pada waktu masuk lingkungan kerja membawa barang diwajibkan
untuk melaporkannya kepada security untuk diperiksa, kecuali barang tersebut
tidak dibawa masuk dan dititipkan kepada security atau disimpan di locker. Juga
dilarang membawa kamera foto atau film kedalam lingkungan kerja, tanpa seijin
tertulis dari perusahaan.
37. Dilarang membawa keluar barang-barang yang menjadi milik perusahaan atau
barang-barang milik Pihak Ketiga, yang dipercayakan kepada perusahaan jika
tidak disertai surat pengeluaran barang. Barang-barang tersebut harus
ditunjukkan kepada security tanpa ditanya terlebih dahulu, sebelum keluar dari
pintu pagar.
38. Pelanggaran dari peraturan ini dianggap sebagai pencurian. Jika perlu, pekerja
dapat digeledah badannya oleh petugas yang ditetapkan. Untuk pekerja wanita,
penggeledahan dilakukan oleh petugas wanita.

Pasal 68
LARANGAN MASUK BEKERJA

Guna menjaga keamanan dan ketertiban, Pekerja dilarang memasuki dan


diharuskan meninggalkan lingkungan Perusahaan apabila :

1. Dalam keadaan mabuk atau dalam pengaruh obat-obatan terlarang atau zat
psikotropika lainnya.
2. Tidak memakai pakaian kerja yang ditetapkan (pakaian kerja, sepatu, topi, ID,
dan lain-lain)
3. Membawa senjata api, senjata tajam atau sejenisnya yang dianggap berbahaya
dan tanpa hak.
4. Memakai pakaian kerja yang tidak pantas atau melanggar batas kesopanan
umum.
5. Tidak melaksanakan perintah yang layak dari atasan walaupun sudah
diperingatkan.
6. Menolak pemeriksaan atas barang yang dibawa.
7. Datang terlambat dengan alasan yang tidak dapat diterima.

Pekerja yang dikenakan larangan masuk kerja dikenakan sanksi sesuai pelanggaran
tata tertib kerja dan kedisiplinan yang berlaku.

27
Pasal 69
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA
DAN ATURAN KEDISIPLINAN

Perusahaan dan Serikat Pekerja menyadari bahwa disiplin kerja perlu ditegakkan,
maka pelanggaran terhadap Tata Tertib Kerja dan Aturan Kedisiplinan dapat
dikenakan sanksi. Dalam menentukan sanksi akan dipertimbangkan berat ringannya
kesalahan/ pelanggaran yang dilakukan serta hal-hal yang mempengaruhi terjadinya
kesalahan/pelanggaran tersebut.
Jenis peringatan atau sanksi atas pelanggaran Tata Tertib Kerja dan Aturan
Kedisiplinan adalah sebagai berikut :
A. Teguran Lisan
B. Surat Teguran
C. Surat Peringatan I
D. Surat Peringatan II
E. Surat Peringatan III
F. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Dalam hal masa berlaku suatu sanksi belum habis, masih terjadi pelanggaran
terhadap tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan, maka masa berlaku sanksi
yang baru dihitung sejak tanggal dikeluarkannya sanksi baru.

Pasal 70
TEGURAN LISAN
Adalah teguran yang boleh dilakukan oleh pimpinan kerja kepada pekerja yang
melanggar tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan (pasal 67 dan 68) sesaat setelah
pelanggaran dilakukan.
Pasal 71
SURAT TEGURAN
1. Surat Teguran, dibuat/ditandatangani dan diberikan oleh Kepala Seksi
tembusannya disampaikan kepada Bagian Personalia dan Serikat Pekerja dan
masa berlakunya 3 (tiga) bulan.
2. Pelanggaran yang dikenakan sanksi Surat Teguran:
a. Mendapatkan teguran lisan minimal 2 (dua) kali untuk pelanggaran tata tertib
kerja dan aturan kedisiplinan.
b. Terlambat masuk kerja tanpa pemberitahuan kepada pimpinan kerja (Pasal
67 ayat 5) 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) bulan takwim atau 6 (enam) kali dalam
2 (dua) bulan takwim.
c. Mangkir 1 (satu) hari kerja dalam 1 (satu) bulan takwim.
d. Menempatkan/memakai kartu tanda pengenal bukan di tempat yang telah
ditentukan dan atau tidak menjaga keutuhannya.
e. Pada waktu bekerja, tidak mengenakan pakaian kerja dan perlengkapan lain
yang ditentukan baginya.
f. Mengganggu ketenangan dan ketertiban dalam lingkungan kerja.
g. Beristirahat tidak pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
h. Masuk/keluar Perusahaan tidak melalui pintu yang telah ditetapkan
i. Menerima tamu pribadi bukan di tempat yang telah ditentukan.
j. Meninggalkan tempat kerjanya ke tempat lain dalam lingkungan
Perusahaan untuk keperluan yang tidak ada hubungan dengan
pekerjaannya tanpa seizin pimpinan kerja.
k. Melalaikan kewajibannya untuk memberitahukan dan menyerahkan
surat keterangan sakit dari dokter yang sah pada saatnya.
l. Makan/istirahat lebih awal dari waktu yang telah ditentukan tanpa izin
pimpinan kerja .
m. Tidak melakukan pencatatan kehadiran baik masuk ataupun pulang selama 1
minggu atau 5 hari kerja berturut-turut tanpa ada alasan yang dapat diterima
atau bukti yang ditandatangani oleh pimpinan kerja atau personalia kecuali
yang mendapatkan tugas dinas luar.
28
Pasal 72
SURAT PERINGATAN PERTAMA (SP-I)

1. Surat Peringatan Pertama dibuat dan diberikan oleh Bagian Personalia,


ditandatangani oleh Kepala Bagian Personalia dan Kepala Bagian yang
bersangkutan, serta pekerja yang bersangkutan, tembusannya disampaikan
kepada Seksi yang bersangkutan dan Serikat Pekerja dan masa berlakunya 6
(enam) bulan.
Pelanggaran yang dikenakan sanksi Surat Peringatan Pertama:

a. Terlambat masuk kerja 5 (lima) kali dalam 1 (satu) bulan takwim.


b. Mangkir 3 (tiga) hari kerja tidak berturut – turut dalam 2 (dua) bulan
takwim.
c. Mangkir 2 (dua) hari kerja dalam kurun waktu 1 (satu) bulan takwim.
d. Melakukan pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi Surat Teguran dalam
kurun waktu berlakunya sanksi Surat Teguran yang sudah diberikan
kepada Pekerja tersebut, dan atau telah menerima surat teguran 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) tahun takwim.
e. Mencatatkan "Waktu Hadir" orang lain atau memerintahkan orang lain untuk
mencatatkan ‘Waktu Hadir’ nya.
f. Melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya tanpa perintah
kecuali atas perintah Pimpinan kerja yang bersangkutan.
g. Meninggalkan pekerjaan tanpa seizin atasannya.
h. Bekerja tidak sesuai dengan tugas dan standar operasi yang ditentukan
baginya.y
i. Melakukan perbuatan yang dapat merugikan nama baik Perusahaan.
j. Tidak melaporkan kepada Atasannya tentang adanya gangguan keamanan
yang diketahuinya yang dapat merugikan Perusahaan.
k. Ceroboh melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan kecelakaan/ bahaya
bagi dirinya sendiri dan atau orang lain.
l. Tidak mematuhi aturan tentang kebersihan dan kerapian tempat kerja dan
alat-alat kerjanya serta lingkungan Perusahaan.
m. Tidak mentaati perintah yang layak dari atasan.
n. Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat digolongkan sebagai perbuatan
tidak patut.
o. Bekerja tanpa mentaati prosedur dan langkah-langkah Keselamatan Kerja
yang telah ditentukan baginya, misalnya menggunakan mesin, peralatan,
bahan lainnya milik Perusahaan secara tidak cermat dan atau kurang hati-hati
sehingga dapat menimbulkan kerusakan/pemborosan dan atau bahaya bagi
dirinya/orang lain.
p. Lempar–lemparan (sarung tangan, lap majun), klotekan dan gaduh (teriak–
teriak) serta mencoret-coret atau mengotori dinding, pintu, pagar, dan
tempat lain dalam lingkungan perusahaan.
q. Pimpinan kerja membiarkan bawahannya bekerja tanpa mengindahkan alat
K3 yang telah diberikan.
r. Tanpa alasan yang jelas menolak untuk mengikuti pemeriksaan
kesehatan yang diwajibkan perusahaan.
s. Menolak general medical check-up tanpa alasan yang sah.
t. Tidak mentaati ketentuan keselamatan, kesehatan dan perlindungan kerja
dan tidak memakai perlengkapan keselamatan, kesehatan dan perlindungan
kerja yang telah disediakan untuk pekerjaannya pada waktu melakukan
pekerjaan.
u. Pekerja atau keluarga pekerja menjadi supplier perusahaan.
v. Tidak melaksanakan tugas lembur sesuai dengan perintah yang telah
disetujui oleh pekerja, tanpa pemberitahuan kepada atasannya

29
Pasal 73
SURAT PERINGATAN KEDUA (SP-II)

Surat Peringatan Kedua dibuat dan diberikan oleh Bagian Personalia,


ditandatangani oleh Kepala Bagian Personalia dan Kepala Bagian yang
bersangkutan, serta pekerja yang bersangkutan, tembusannya disampaikan kepada
Seksi yang bersangkutan dan Serikat Pekerja dan masa berlakunya 6 (enam) bulan.
Sanksi surat peringatan II dijatuhkan jika pekerja melakukan kesalahan sebagai
berikut:
1. Terlambat masuk kerja 7 (tujuh) kali dalam 1 (satu) bulan takwim.
2. Mangkir 3 (tiga) hari kerja berturut-turut atau 4 (empat) hari kerja tidak berturut-
turut dalam 1 (satu) bulan takwim.
3. Mangkir 1 (satu) hari kerja dalam kurun waktu berlakunya SP I.
4. Melakukan pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi Surat Peringatan Pertama
dalam kurun waktu berlakunya sanksi Surat Peringatan Pertama yang sudah
diberikan kepada Pekerja tersebut.
5. Melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya tanpa ijin/perintah atasannya
atau alasan yang jelas dan wajar, yang berakibat merugikan bagi
perusahaan.
6. Memindahkan alat pemadam kebakaran dari tempatnya atau
mempergunakan bukan untuk tujuan yang semestinya tanpa ijin/alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 74
SURAT PERINGATAN KETIGA (SP-III)

Surat Peringatan Ketiga dibuat dan diberikan oleh Bagian Personalia,


ditandatangani oleh Kepala Divisi Fin dan Adm dan Div Plant yang bersangkutan,
serta pekerja yang bersangkutan, tembusannya disampaikan kepada Seksi yang
bersangkutan dan Serikat Pekerja dan masa berlakunya 6 (enam) bulan.
1. Terlambat masuk kerja 18 (delapan belas) hari kerja dalam 1 (satu) bulan
takwim.
2. Mangkir dalam 4 (empat) hari kerja berturut-turut atau 6 (enam) hari kerja tidak
berturut-turut dalam 1 (satu) bulan takwim.
3. Mangkir 1 (satu) hari kerja dalam kurun waktu berlakunya SP II
4. Melakukan pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi SP II atau 2 (dua kali) SP I
dalam kurun waktu berlakunya SP II yang sudah diberikan kepada karyawan
tersebut.
5. Menolak perintah yang layak dari atasan
6. Membawa senjata api / senjata tajam ke dalam lingkungan perusahaan tanpa
hak.
7. Melakukan tindakan yang dapat menimbulkan keonaran yang dapat merugikan
perusahaan
8. Melalaikan kewajibannya sehingga merugikan perusahaan
9. Merokok pada tempat-tempat yang diberi tanda peringatan dilarang merokok.
10. Menolak perintah / penugasan dari atasan / perusahaan yang berhubungan
dengan program perusahaan termasuk mutasi / rotasi tanpa alasan yang jelas.
11. Melakukan usaha rentenir (meminjamkan uang dengan bunga) di dalam
lingkungan perusahaan.
12. Menolak dan menghalangi petugas keamanan menjalankan tugas mereka
dalam memelihara tata tertib dan pengamanan di lingkungan perusahaan.
13. Ceroboh melakukan pekerjaan sehingga menimbulkan kecelakaan / bahaya bagi
dirinya sendiri dan atau orang lain atau merusak barang milik perusahaan
14. Tidur pada waktu jam kerja
15. Memindahkan barang milik perusahaan dari tempatnya dengan niat untuk dimiliki

30
16. Menyalahgunakan fasilitas kesehatan
17. Melakukan kegiatan politik propaganda / kampanye / bujukan / intimidasi atau
ancaman / paksaan baik terhadap teman sekerja maupun pimpinan atau
sebaliknya

Pasal 75
PEMBEBASAN TUGAS SEMENTARA (SKORSING)

1. Manajemen berhak untuk memberikan skorsing kepada Pekerja apabila Pekerja


melakukan pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja
2. Pekerja yang dikenakan sanksi skorsing, tidak diperbolehkan masuk bekerja dan
atau masuk ke dalam lingkungan Perusahaan tanpa mendapat izin terlebih
dahulu dari Perusahaan.
3. Jangka waktu skorsing paling lama 6 (enam) bulan.
4. Pengusaha dapat melakukan tindakan skorsing kepada pekerja yang sedang
dalam proses pemutusan hubungan kerja dengan tetap wajib membayar upah
beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja.

Pasal 76
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

Perbuatan yang dapat mengakibatkan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK):


a. Mangkir 5 (lima) hari kerja berturut-turut atau lebih tanpa keterangan secara
tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil 2 (dua) kali
secara patut dan tertulis.
b. Mangkir 1 (satu ) hari kerja dalam kurun waktu berlakunya SP III (untuk kasus
yang sama).
c. Melakukan pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi Surat Peringatan
Pertama, Kedua, atau Ketiga dalam kurun waktu berlakunya sanksi Surat
Peringatan Ketiga yang sudah diberikan kepada karyawan tersebut.
d. Penggelapan, pencurian, penipuan,pemalsuan dan sejenisnya yang merugikan
Perusahaan.
e. Melakukan perbuatan asusila atau pelecehan seksual yang melanggar kaidah dan
norma-norma yang berlaku di lingkungan perusahaan dengan bukti-bukti yang
sah secara hukum.
f. Berkelahi di lingkungan perusahaan.
g. Melakukan penganiayaan, penghinaan secara kasar, tindak kekerasan,
mengancam Pengusaha atau Pekerja atau tamu perusahaan beserta
keluarganya.
h. Menyuruh, membujuk atau ikut serta melakukan perbuatan yang melanggar
hukum terhadap Pengusaha atau Pekerja beserta keluarganya.
i. Dengan sengaja merusak barang milik Perusahaan.
j. Melakukan pungutan liar di lingkungan perusahaan atau terbukti menerima
suap
k. Memberikan keterangan palsu.
l. Membongkar rahasia Perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk
kepentingan Negara.
m. Mencemarkan nama baik Pengusaha beserta keluarganya.
n. Berjudi, minum-minuman keras dan atau mabuk, madat, menyalahgunakan
obatan-obatan terlarang (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) di lingkungan
Perusahaan.
o. Menerima pemberian imbalan jasa dalam bentuk apapun dari siapapun, untuk
melakukan hal-hal yang merugikan atau mengurangi keuntungan atau
menambah biaya Perusahaan.
p. Bekerja rangkap di perusahaan lain kecuali mendapatkan ijin dari perusahaan

31
q. Menggunakan hak, wewenang, dan tanggung jawab untuk kepentingan pribadi
atau pihak-pihak tertentu yang bisa menimbulkan kerugian, mengurangi
keuntungan dan atau menambah biaya bagi perusahaan.
r. Melakukan perbuatan selain yang telah disebutkan pada ayat-ayat di atas di
lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

BAB X
PUTUSNYA HUBUNGAN KERJA

Pasal 77
UMUM

1. Pemutusan Hubungan Kerja adalah tindakan yang dilakukan oleh Perusahaan


atau Pekerja untuk memutuskan/mengakhiri hubungan kerja sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
2. Putusnya Hubungan Kerja dapat terjadi dalam hal:
a. Dalam masa percobaan.
b. Mengundurkan diri.
c. Berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan.
d. Sakit berkepanjangan.
e. Tidak mampu bekerja (Medical Unfit).
f. Meninggal dunia.
g. Mencapai batas usia kerja.
h. Pelanggaran tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan.
i. Putusan Pengadilan.
j. Rasionalisasi, merger, akuisisi, perubahan kepemilikan, serta pailit.
k. Tidak cakap bekerja.
l. Force Majeure.

Pasal 78
DALAM MASA PERCOBAAN

Dalam masa percobaan kedua belah pihak sewaktu-waktu dapat melakukan


Pemutusan Hubungan Kerja tanpa syarat dan tanpa kewajiban memberitahukan
sebelumnya.

Pasal 79
MENGUNDURKAN DIRI

1. Bagi Pekerja yang ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya atas kemauannya
sendiri harus memenuhi syarat-syarat:
a. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri.
b. Tidak sedang terkait dalam ikatan dinas.
c. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
2. Kepada Pekerja yang mengundurkan diri dan memenuhi syarat-syarat sesuai
dengan ayat 1 (satu) pasal ini, Perusahaan memberikan surat keterangan kerja
serta hak-haknya sesuai dengan peraturan Perundang – undangan yang
berlaku.

Pasal 80
BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU YANG
DIPERJANJIKAN

Dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu pada suatu pekerjaan
tertentu, berakhirnya hubungan kerja terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka
waktu yang diperjanjikan Perusahaan tidak berkewajiban memberi uang pesangon
dan atau imbalan apapun di luar yang telah diperjanjikan.
32
Pasal 81
SAKIT BERKEPANJANGAN

1. Dalam hal Pekerja mengalami sakit yang berkepanjangan yang bukan karena sakit
akibat kecelakaan kerja atau sakit karena hubungan kerja dan tidak dapat
melakukan pekerjaannya selama 12 (dua belas) bulan terus menerus, hubungan
kerjanya dapat diputuskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Pekerja yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan
kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua
belas) bulan dapat mengajukan pemutusan hubungan kerja dan kepadanya akan
diberikan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 82
TIDAK MAMPU BEKERJA
(MEDICAL UNFIT)

Dalam hal Pekerja dipandang tidak mampu bekerja karena alasan kesehatan
(Medical Unfit) dengan rekomendasi medis dari dokter ahli, hubungan kerja dapat
diputuskan dengan pemberian pesangon, tunjangan pengobatan selama 2 (dua)
tahun dan uang jasa sesuai peraturan yang berlaku.

Pasal 83
MENINGGAL DUNIA

Dalam hal Pekerja meninggal dunia, kepada ahli warisnya yang sah diberikan hak-
hak sesuai dengan pasal 42, 43 dan 44 dan hak-hak lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 84
MENCAPAI BATAS USIA KERJA

1. Batas usia bekerja di Perusahaan ditetapkan pada saat dicapainya usia 55


(lima puluh lima) tahun berdasarkan data yang ada di Perusahaan.
2. Atas pertimbangan tertentu, Perusahaan dapat meminta kepada Pekerja yang
telah mencapai usia sebagaimana ayat 1 pasal ini untuk tetap bekerja,
yang pengaturannya dimuat dalam ketentuan tersendiri.
3. Pekerja yang telah mencapai usia sebagaimana ayat 1 pasal ini berhak
menerima manfaat pensiun sesuai dengan ketentuan Dana Pensiun Astra.
4. Dalam hal besarnya manfaat pensiun yang diterima Pekerja sekaligus dalam
program pensiun sebagaimana ayat 3 pasal ini lebih kecil daripada jumlah hak-
haknya Pekerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
Perusahaan wajib membayar selisihnya.
5. Bagi pekerja yang sudah mencapai usia 45 tahun, dapat mengajukan pensiun dini
sesuai prosedur Human Resources Development (HRD)

Pasal 85
PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA
DAN ATURAN KEDISIPLINAN

1. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Perusahaan karena Pekerja melakukan


pelanggaran peraturan seperti tersebut dalam pasal 76 hanya dilaksanakan
apabila terpaksa/tidak dapat dihindarkan dan penyelesaiannya didasarkan pada
tata cara yang diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku setelah mempunyai kekuatan hukum tetap.
2. Pada pemutusan hubungan kerja ini pekerja selain mendapat uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja juga berhak atas uang penggantian hak.

33
Pasal 86
PUTUSAN PENGADILAN

1. Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap Pekerja yang


setelah 12 (dua belas) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana
mestinya karena dalam proses perkara pidana yang bukan karena pengaduan
perusahaan.
2. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 12 (dua belas)
bulan, dan Pekerja dinyatakan tidak bersalah, maka Perusahaan wajib
mempekerjakan Pekerja kembali.
3. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 12 (dua belas)
bulan, dan Pekerja dinyatakan bersalah, maka Perusahaan dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja.
4. Perusahaan wajib membayar hak-hak pekerja yang mengalami pemutusan
hubungan kerja sebagaimana dimaksud ayat 1 (satu) dan 3 (tiga) pasal ini sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 87
BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA KARENA RASIONALISASI,
MERGER, AKUISIS, PERUBAHAN KEPEMILIKAN,
SERTA PAILIT

Bagi Pekerja yang berakhir hubungan kerjanya karena Perusahaan melakukan


rasionalisasi, merger, akuisisi, perubahan kepemilikan, serta pailit tata-caranya
diselesaikan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 88
TIDAK CAKAP BEKERJA

Dalam hal Pekerja dinyatakan tidak cakap bekerja, walaupun sudah dicoba di bidang
tugasnya dan telah mendapatkan Surat Peringatan ketiga, maka Perusahaan dapat
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja. Hak-haknya akan diberikan sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

Pasal 89
UANG PESANGON, PENGHARGAAN MASA KERJA DAN
PENGGANTIAN HAK

Kepada pekerja yang diputuskan hubungan kerjanya oleh perusahaan dan atau
mencapai batas usia kerja akan diberikan uang pesangon, uang penghargaan masa
kerja, dan uang penggantian hak yang besarnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 90
UANG PISAH

1. Pemutusan Hubungan Kerja yang berhak mendapatkan uang pisah sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
2. Pemutusan Hubungan Kerja karena pelanggaran/kesalahan berat berhak
mendapatkan uang pisah.
3. Besarnya uang pisah diatur tersendiri.

34
Pasal 91
PENYELESAIAN UTANG PEKERJA

Dengan berakhirnya hubungan kerja, Pekerja wajib menyelesaikan utang-utangnya


kepada Perusahaan dan atau Koperasi, baik dengan menggunakan/
memperhitungkan sebagian gaji/pesangon yang diterimanya maupun dari
sumber lainnya sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Pasal 92
PENYELESAIAN KEWAJIBAN PEKERJA

1. Pada saat berakhirnya hubungan kerja, Pekerja wajib menyelesaikan seluruh


kewajibannya kepada perusahaan.
2. Pekerja diwajibkan mengembalikan kepada perusahaan:
a. Alat-alat kerja dan dokumen perusahaan.
b. Tanda Pengenal (ID)
c. Kartu Nama
d. Utang pekerja kepada perusahaan berdasarkan bukti yang sah.
e. Utang pekerja kepada koperasi karyawan serta serikat pekerja berdasarkan
bukti yang sah.
f. Kartu-kartu keanggotaan atas nama perusahaan.

BAB XI
PENYELESAIAN KELUH KESAH

Pasal 93
KELUH KESAH

Adalah tugas dan tanggung jawab Perusahaan dan Serikat Pekerja untuk menanggapi
dan menyelesaikan keluh kesah Pekerja yang dinilai wajar.

Pasal 94
TATA CARA PENYELESAIAN KELUH KESAH

1. Setiap keluhan atau pengaduan seorang Pekerja diusahakan terlebih dahulu


dibicarakan dan diselesaikan dengan atasan langsung (minimal foreman).
2. Bila langkah pada ayat 1 (satu) tidak dapat diselesaikan, maka dengan
sepengetahuan atasannya, Pekerja yang bersangkutan dapat menyampaikan
keluhan atau pengaduannya kepada atasannya yang lebih tinggi sampai pimpinan
Departemen secara lisan dan tertulis.
3. Bila langkah pada ayat 2 (dua) menemui jalan buntu, Pekerja yang bersangkutan
dapat meneruskan keluhan atau pengaduannya kepada Serikat Pekerja secara
lisan dan tertulis untuk menyelesaikannya bersama-sama dengan Pimpinan
Bagian HR/Personalia.
4. Setelah dirundingkan dengan sungguh-sungguh ternyata masih terdapat
perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan secara mufakat, perbedaan
pendapat ini dianggap sebagai Perselisihan Perburuhan dan penyelesaiannya
dapat ditempuh dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
5. Selama dalam proses penyelesaian, kedua belah pihak wajib menjaga supaya
kegiatan produksi tetap berlangsung dengan lancar dan aman.

35
BAB XII
MASA BERLAKU, PERUBAHAN DAN
PERPANJANGAN

Pasal 95
MASA BERLAKU

1. Jangka waktu berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini adalah 2 (dua) tahun sejak
tanggal ditandatangani bersama oleh pihak Perusahaan dan pihak Serikat
Pekerja, yang penandatanganannya maksimal 1 bulan setelah selesainya
perundingan.
2. Untuk musyawarah Perjanjian Kerja Bersama berikutnya kedua belah pihak
sepakat untuk membicarakan keinginan tersebut paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum tanggal berakhirnya masa Perjanjian Kerja Bersama ini.

Pasal 96
PERUBAHAN

Apabila selama masa berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini ada ketentuan-
ketentuan yang oleh salah satu pihak dianggap perlu untuk diperbaiki/diubah maka
hal tersebut dapat dilakukan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak.

Pasal 97
PERPANJANGAN

Sebelum masa berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini berakhir, Serikat Pekerja dan
Perusahaan bersama-sama menyusun Perjanjian Kerja Bersama yang baru. Apabila
Perjanjian Kerja Bersama yang baru belum selesai pada waktunya, Perjanjian Kerja
Bersama yang lama dianggap sebagai telah diperpanjang secara langsung untuk
waktu paling lama 1 (satu) tahun.

Pasal 98
LAMPIRAN

Perjanjian Kerja Bersama ini dilengkapi dengan lampiran PKB ini yang mengatur
besarnya nilai berbagai tunjangan, penggantian biaya dan bantuan kesejahteraan
Pekerja.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 99
PENUTUP

1. Perjanjian Kerja Bersama ini didaftarkan pada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Bogor dan dibukukan serta diperbanyak oleh Perusahaan
untuk dibagikan kepada seluruh Pekerja.
2. Perjanjian Kerja Bersama ini ditandatangani di Bogor dan mengikat bagi kedua
belah pihak.
3. Apabila terjadi salah penafsiran terhadap isi Perjanjian Kerja Bersama ini, kedua
belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya dengan jalan musyawarah/mufakat.
4. Perjanjian Kerja Bersama ini dibuat dan disepakati serta ditandatangani oleh
kedua belah pihak.

36
KEPUTUSAN
No. 010/SK–DIR/FIM/X/2022

Tentang
NILAI BERBAGAI TUNJANGAN,
PENGGANTIAN BIAYA DAN BANTUAN KESEJAHTERAAN PEKERJA
DALAM
PERJANJIAN KERJA BERSAMA
TAHUN 2022 – 2024
PT. FEDERAL IZUMI MANUFACTURING

Menimbang : Bahwa perlu dikeluarkan Keputusan Manajemen PT. Federal Izumi


Manufacturing tentang nilai berbagai Tunjangan, Penggantian Biaya dan
Bantuan Kesejahteraan Pekerja sebagai pelaksanaan Perjanjian Kerja
Bersama tahun 2022 – 2024 PT. Federal Izumi Manufacturing

Mengingat : Perjanjian Kerja Bersama 2022 – 2024 PT Federal Izumi Manufacturing

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

I. TUNJANGAN UANG HADIR


1. Besar dan potongan tunjangan uang hadir setiap bulan sebagaimana dimaksud
pada pasal 32 sebagai berikut:
a. Besar tunjangan uang hadir (netto):
 Golongan I : Rp. 113.000
 Golongan II : Rp. 132.000
 Golongan III : Rp. 149.000
b. Potongan tunjangan uang hadir karena non produktif:

Golongan 0 hari 1 hari 2 hari


I Rp 0 Rp 56.500 Rp 113.000
II Rp 0 Rp 66.000 Rp 132.000
III Rp 0 Rp 74.500 Rp 149.000

2. Yang dimaksud non produktif adalah:


a. Tidak masuk kerja, kecuali karena sakit akibat kecelakaan kerja yang
dikuatkan oleh Surat Keterangan Dokter yang sah, cuti dan dispensasi yang
diberikan Perusahaan.
b. Izin Meninggalkan Pekerjaan (IMP) dengan ketentuan sbb:
 Apabila dalam sehari menggunakan beberapa kali IMP maka jam-jam IMP
akan dijumlahkan.
 IMP tiap 1 (satu) jam dihitung 12½ % non produktif.
 Total IMP dalam 1 (satu) hari kerja maksimum 6 jam kerja.
c. Terlambat masuk kerja:
 Patokan perhitungan non produktif dimulai dari keterlambatan 1 (satu)
menit.
 Satuan menit dibulatkan keatas menjadi satuan jam.
 Keterlambatan satu jam dihitung 12½ % non produktif.

II. TUNJANGAN UANG TRANSPORT


Tunjangan uang transport sebagaimana dimaksud pada pasal 33 adalah :
2 x 3 x 3.860 x 142.5 % = Rp. 33.000 (Nett).

37
III. FASILITAS MAKAN
1. Fasilitas makan sebagaimana dimaksud pada pasal 34 ditentukan untuk semua
golongan Rp 13.500 / hari masuk kerja.
2. Untuk perhitungan overtime maka nilai ditentukan Rp. 10.000
3. Kepada semua Pekerja yang karena tugasnya melakukan dinas luar, sehingga
tidak dapat makan di Perusahaan, mendapat penggantian uang makan per hari
sebagai berikut:
 Golongan I – II : Rp 22.000
 Golongan III : Rp 22.000
 Golongan IV up : Diatur tersendiri
4. Kepada Pekerja yang menjalankan ibadah puasa untuk semua golongan
diberikan penggantian uang makan sebesar Rp 20.000 / hari.

IV. FASILITAS MINUM / MAKANAN KECIL (Netto)


1. Sebagaimana pasal 35, untuk semua golongan ditentukan sebesar Rp 3.750 / hari
kerja.
2. Untuk perhitungan overtime maka nilai ditentukan Rp 3.500 / hari kerja.

V. TUNJANGAN UANG PENGOBATAN (Gross)


1. Besarnya penggantian biaya pengobatan sebagaimana dimaksud pasal 39 ayat 7,
dalam 1 (satu) tahun takwim ditentukan dengan batas minimum gaji sebesar Rp
1.350.000 maksimum gaji sebesar Rp 2.700.000 (gaji gross).
2. Penggantian biaya pengobatan diberikan berdasarkan bukti-bukti pengeluaran
yang sah atas biaya pemeriksaan/resep dari dokter/apotik yang ditunjuk oleh
Perusahaan.
3. Penggantian uang pemeriksaan dan/atau resep dokter lain hanya dapat diberikan
dalam keadaan mendesak dengan mendapat persetujuan
dokter/apoteker/petugas yang ditunjuk oleh Perusahaan.
4. Penggantian uang pengobatan gigi meliputi pencabutan gigi, pembersihan karang
gigi, ortodontie (kawat gigi), pembuatan jaket atau gigi palsu dan penambalan
dengan amalgam bukan logam mulia (dengan menyebutkan nomor gigi).
5. Khusus untuk penggantian gigi palsu atau prothese lengkap maupun sebagian,
akan diberikan setelah Pekerja bekerja 1 (satu) tahun.
6. Penggantian biaya pemeriksaan kehamilan diberikan sampai kehamilan 3 (tiga)
orang anak (urutan dihitung hanya untuk anak yang hidup).
7. Penggantian pemeriksaan dokter spesialis dan atau laboratorium hanya diberikan
apabila dilampiri copy surat pengantar dokter yang ditunjuk Perusahaan, kecuali
dokter spesialis kandungan untuk pemeriksaan kehamilan, dokter spesialis mata
dan dokter spesialis anak.
8. Kwitansi pengobatan atau perawatan yang tidak mendapatkan penggantian:
a. Pengobatan pada sinshe, tabib, dukun dan lainnya kecuali mempunyai ijin
dari Departemen Kesehatan.
b. Perawatan dokter spesialis untuk tujuan kosmetik.
c. Pengguguran kandungan atas permintaan sendiri.
d. Pemeriksaan kehamilan dan kelahiran selain istri yang terdaftar di HRD.
e. Pengobatan akibat ketergantungan obat-obatan, alkohol , HIV AIDS dan
gangguan kejiwaan.
f. Perawatan & pengobatan akibat tindakan menyakiti diri sendiri.
g. Pengobatan pada bidan diluar pemeriksaan kehamilan, imunisasi dan KB.
9. Beberapa jenis obat yang mudah dijual bebas tidak mendapat penggantian, yaitu:
a. Semua jenis kosmetik.
b. Semua jenis sabun.
c. Semua jenis bedak, kecuali Caladine, Herocyn, Salicin atau Caladril.
d. Semua jenis susu kecuali susu LLM (Low Lactose Milk).
e. Semua jenis shampoo.
f. Semua jenis minyak angin/obat gosok.
38
g. Semua jenis pasta gigi.
h. Semua jenis anti septik.
i. Semua jenis obat penguat seksual.

VI. PENGGANTIAN BIAYA KACA MATA (Netto)


Penggantian biaya kaca mata diberikan berdasarkan resep dokter dengan ketentuan:
a. Untuk penggantian lensa sekurang-kurangnya setelah jangka waktu 1 (satu)
tahun dan ditetapkan lensa bening tidak berwarna, yang harganya ditetapkan
sbb:
Golongan I – VII untuk lensa :
Monofocus biasa = Rp 300.000
Monofocus Cyld = Rp 350.000
Bifocus biasa = Rp 325.000
Bifocus Cyld = Rp 400.000
b. Untuk penggantian bingkai/frame sekurang-kurangnya setelah jangka waktu 2
(dua) tahun, yang besarnya diatur sebagai berikut:
Golongan I – III untuk Frame = Rp 500.000

VII. PERAWATAN RUMAH SAKIT


1. Biaya perawatan rumah sakit yang ditanggung Perusahaan meliputi:
a. Perawatan, pemeriksaan / pengawasan dokter, obat-obatan atas dasar resep
dokter, operasi, tindakan dan pemeriksaan laboratorium.
b. Operasi gusi dalam rangka pencabutan gigi perawatan syaraf gigi.
c. Kontrol pasca perawatan yang direkomendasikan oleh dokter maksimal 3
(tiga) kali.
d. Penggantian gigi geraham palsu dengan keramik / standar, atas rekomendasi
dokter.
2. Pekerja dan keluarganya yang atas anjuran dokter perlu dirawat di rumah sakit,
harus menunjukkan surat pengantarnya.
a. Pada hari kerja, surat pengantar tersebut diajukan ke Personalia untuk
diketahui dan disiapkan uang muka perawatannya.
b. Pada hari libur atau dalam keadaan darurat, penderita dapat langsung masuk
rumah sakit dan uang muka perawatan akan diberikan pada hari kerja
berikutnya.
3. Uang muka kedua dan seterusnya baru diberikan dengan menunjukkan bukti-
bukti penyelesaian periode perawatan sebelumnya.
4. Pada saat penderita dinyatakan sembuh / boleh pulang oleh dokter yang
merawat, sehari sebelumnya diminta untuk memberitahukan kepada Personalia
untuk dipersiapkan pelunasan biaya perawatannya.
5. Apabila penderita dirawat di luar rumah sakit rujukan Perusahaan maka sebagai
patokan biaya kelas perawatan adal tarif sesuai dengan standar Rumah Sakit
Mitra Keluarga Bekasi.
6. Standar kelas rawat rumah sakit .
Golongan I – III : Kelas II
Daftar Rumah Sakit
- RS Mitra Cibubur - RS Permata Cibubur
- RS Hermina Mekarsari - RS Eka Hospital Cibubur
- RS Permata Jonggol - RS Thamrin Cileungsi
- RS Sentra Medika Cibinong - RS Husada Cibinong
- RS Hermina Bekasi
Golongan IV keatas : Diatur tersendiri

VIII. BANTUAN UANG KEDUKAAN (Netto)


Bantuan uang kedukaan yang diberikan sebagaimana pasal 44 diatur sebagai
berikut:

39
a. Keluarga Pekerja meninggal dunia diberikan uang duka untuk semua golongan
sebesar Rp 3.500.000
b. Bila Pekerja meninggal dunia diberikan uang duka kepada ahli warisnya
sebesar 3 x gaji, dengan gaji minimum UMSK Kabupaten Bogor

IX. BANTUAN UANG PERNIKAHAN (Netto)


Bantuan uang pernikahan yang diberikan kepada Pekerja sebagaimana pasal 45
ditentukan untuk semua golongan sebesar Rp 1.200.000

X. PINJAMAN KEPEMILIKAN DAN RENOVASI RUMAH


Pinjaman kepemilikan dan renovasi rumah sebagaimana disebutkan pada pasal 50
diatur sebagai berikut:
1. Pekerja belum memiliki rumah sendiri yang harus dibuktikan dengan surat
keterangan kontrak/menumpang atau sejenisnya dari RT, RW dan Lurah
setempat
2. Pemotongan gaji dilakukan setiap bulan selama 5 (lima) tahun.
3. Tidak mempunyai utang yang melebihi 1/3 dari Gaji Pokok pada Perusahaan atau
Koperasi karyawan.
4. Pekerja telah mempunyai masa kerja minimal 3 (tiga) tahun. Surat pernyataan
Pekerja untuk tetap bekerja di Perusahaan sampai uang muka pinjaman lunas.
5. Memenuhi persyaratan dan prosedur administrasi yang ditentukan oleh Bank
Tabungan Negara melalui Developer yang bersangkutan.
6. Disamping ketentuan yang tersebut di atas (ayat 1 s/d 5). Penentuan Pekerja
yang memperoleh kesempatan mendapat pinjaman Kepemilikan dan renovasi
rumah, ditetapkan oleh Perusahaan dengan tetap mempertimbangkan
kemampuan perusahaan.
7. Sesuai dengan Peraturan Perusahaan.

XI. PERLENGKAPAN KERJA


Sebagaimana pasal 58, perlengkapan kerja yang diberikan kepada Pekerja setiap
awal tahun berjumlah sebanyak-banyaknya:
1. Operator, Mekanik, Juru Layan dan Pengemudi:
a. 3 (tiga) pasang pakaian kerja, kecuali untuk seksi/bagian: Melting, Casting
dan Waste Water Treatment (WWT), mendapat pakaian seragam sbb:
a.1. 1 (satu) pasang seragam pakaian kerja standar.
a.2. 2 (dua) pasang kaos lengan panjang.
a.3. Khusus untuk seksi/bagian Kalibrasi dan Grading adalah 1 (satu) pasang
seragam pakaian kerja standar dan 2 (dua) pasang baju lengan
panjang.
b. 1 (satu) pasang sepatu kerja.
c. 1 (satu) buah topi.
d. Perangkat perlengkapan kerja safety yang direkomendasikan oleh Komite.
2. Anggota Keamanan:
a. 3 (tiga) pasang pakaian kerja.
b. 2 (dua) pasang sepatu.
c. Perlengkapan lainnya yang dianggap perlu dan berhubungan dengan
tugasnya.
3. Pekerja Kantor:
a. 2 (dua) pasang pakaian kerja untuk tahun pertama seragam baru.
b. 2 (dua) pasang pakaian kerja untuk tahun berikutnya.
c. 1 (satu) pasang sepatu kerja (jenis dan model disesuaikan dengan
kebutuhan).
d. 1 (satu) buah topi.
4. Untuk karyawati yang memakai jilbab akan disediakan 3 buah jilbab dalam 1
tahun.

40
XII. Penutup
1. Surat Keputusan ini dinyatakan berlaku terhitung sejak tanggal 1 Oktober 2022.
2. Dengan ditetapkannya Surat Keputusan ini, maka segala ketentuan yang berlaku
terdahulu dan bertentangan dengan Surat Keputusan ini dengan sendirinya
menjadi tidak berlaku lagi.
3. Apabila ternyata kemudian terdapat kekurangan dalam Surat Keputusan ini, maka
akan dilakukan pembetulan.

Ditetapkan di : Cileungsi
Pada tanggal : 1 Oktober 2022

ABDUL GHONIN
Presiden Direktur

41
SURAT KEPUTUSAN
DIREKSI PT. FEDERAL IZUMI MANUFACTURING
NO. 011 / SK – DIR / FIM / X / 2022

Tentang

UANG PISAH

Menimbang / mengingat :
1. UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, bahwa ketentuan besar dan
pelaksanaan uang pisah diatur oleh masing – masing perusahaan.
2. Pedoman Astra Group Tentang Pemberian Uang Pisah Nomor : PDM / AI / HRD / 01
/VIII / 03.
3. Perjanjian Kerja Bersama tahun 2022 – 2024 pasal 90 tentang “ Uang Pisah “

MEMUTUSKAN

Menetapkan

UANG PISAH

Pasal 1

Uang pisah akan diberikan kepada karyawan yang memenuhi persyaratan sesuai yang
tercantum dalam Perjanjian Kerja Bersama pasal 79 tentang “ Mengundurkan Diri “
Karyawan dengan masa kerja minimal 3 tahun yang putus hubungan kerja karena
mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut – turut tanpa keterangan secara
tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh perusahaan 2
(dua) kali secara patut dan tertulis, besarnya uang pisah 1 X Gaji Pokok.

Pasal 2

Besarnya uang pisah adalah sebagai berikut :

Masa Kerja Besarnya Uang Pisah


3 tahun ≤ MK < 6 tahun 2 X Gaji Pokok
6 tahun ≤ MK < 9 tahun 3 X Gaji Pokok
9 tahun ≤ MK < 12 tahun 4 X Gaji Pokok
12 tahun ≤ MK < 15 tahun 5 X Gaji Pokok
15 tahun ≤ MK < 18 tahun 6 X Gaji Pokok
18 tahun ≤ MK < 21 tahun 7 X Gaji Pokok
21 tahun ≤ MK < 24 tahun 8 X Gaji Pokok
24 tahun ≤ MK 10 X Gaji Pokok

42
Pasal 3

Karyawan dengan masa kerja minimal 3 tahun yang putus hubungan kerja karena
melakukan pelanggaran berat dan atau pelanggaran yang dapat langsung dikenakan
sanksi pemutusan hubungan kerja seperti diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama Pasal 76
tentang Pemutusan Hubungan Kerja, besarnya uang Pisah adalah 1 X Gaji Pokok.

Ditetapkan di : Cileungsi
Pada tanggal : 1 Oktober 2022

ABDUL GHONIN
Presiden Direktur

43

Anda mungkin juga menyukai