Anda di halaman 1dari 23

PERATURAN PERUSAHAAN 2011-2013

KERANGKA

BAB I Pasal 1 Pasal 2 BAB II Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 BAB III Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26

UMUM Pengertian dan Istilah Ruang Lingkup Peraturan HUBUNGAN KERJA Persyaratan Kerja Penerimaan Karyawan Status Karyawan Karyawan Dalam Masa Percobaan Tenaga Kerja Asing Penggolongan dan Jabatan Penempatan Karyawan Pemindahan Karyawan Promosi Demosi Program Magang Pelatihan dan Pengembangan TATA TERTIB DAN ATURAN KERJA Hari Kerja dan Jam Kerja Kehadiran Kerja Lembur Pakaian dan Perlengkapan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sanksi Teguran Lisan/Tertulis Surat Peringatan Pertama Surat Peringatan Kedua Surat Peringatan Ketiga Pemutusan Hubungan Kerja Pemberhentian Sementara (Skorsing)

BAB IV Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 BAB V Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 BAB VI Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 BAB VII Pasal 52 Pasal 53 Pasal 54

HARI LIBUR, CUTI, SAKIT DAN IJIN Hari Libur Resmi Cuti Tahunan Istirahat Melahirkan dan Keguguran Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan Sakit Ijin Meninggalkan Pekerjaan dengan Upah / Gaji Penuh Ijin Meninggalkan Pekerjaan dengan Tidak Mendapatkan Upah / Gaji PENGUPAHAN / PENGGAJIAN Pengertian System Pengupahan / Penggajian Komponen Upah / Gaji Waktu Pembayaran Kenaikan Upah / Gaji Berkala Upah / Gaji Selama Sakit Upah / Gaji dalam Menjalankan Kewajiban Terhadap Negara /Agama TUNJANGAN, BANTUAN DAN FASILITAS Pengertian Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bantuan Uang Transportasi dan Bantuan Uang Makan Tunjangan Jabatan Bantuan Duka Bantuan Pernikahan Fasilitas Biaya Penempatan Fasilitas Biaya Tempat Tinggal Fasilitas Biaya Maintenance Fasilitas Biaya Lain-lain Fasilitas Biaya Perjalanan Dinas JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Asuransi Kecelakaan Diri

BAB VIII Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 BAB IX Pasal 58 Pasal 59 Pasal 60 BAB X Pasal 61 Pasal 62 Pasal 63 BAB XI Pasal 64

ETIKA KERJA Kewajiban Dasar Karyawan Integritas Karyawan Informasi Rahasia dan Ketahasiaan Informasi PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Karyawan Mengundurkan Diri Dan Dikwalifikasikan Mengundurkan Diri Uang Pisah PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Komunikasi dan Konseling Cara Penyelesaian Perselisihan PENUTUP Peraturan Tambahan dan Perubahan

BAB I UMUM Pasal 1 Pengertian dan Istilah Dalam Peraturan Perusahaan ini yang dimaksud dengan : (1) Perusahaan adalah PT Kharisma Saudara Motor (Yamaha), yang berkedudukan di Mega Glodok Kemayoran Office Tower B Lantai 2, 3, 5, 7 dan 11, Jalan Angkasa Kaveling B-6, Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta Pusat 10610, yang didirikan dengan Akta Notaris Nomor 225 tanggal 24 april 1997 oleh Notaris Misahardi Wilamarta, SH dengan cabang-cabang di wilayah Indonesia. (2) Peraturan perusahaan adalah ketentuan-ketentuan / peraturan dalam buku peraturan perusahaan ini, maupun ketentuan-ketentuan/peratuan yang diterbitkan sebagai perusahaan pelengkap atau pelaksanaannya, yang memuat ketentuan-ketentuan tentang syarat-syarat kerja serta tata tertib di perusahaan. (3) Undang-undang ketenagakerjaan adalah Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan-peraturan pelaksanaannya yang berlaku di Republik Indonesia. (4) Lingkungan Perusahaan adalah keseluruhan tempat yang secara sah berada di bawah penguasaan dan digunakan untuk menunjang kegiatan Perusahaan. (5) Direksi adalah Pimpinan Perusahaan yang terdiri Direktur Utama dan beberapa Direktur. (6) Pemimpin Perusahaan adalah Karyawan yang karena pekerjaannya mempunyai tugas memimpin perusahaan atau bagian dari Perusahaan atau yang dapat disamakan dengan itu, dan mempunyai wewenang mewakili Perusahaan baik ke dalam maupun ke luar. (7) Atasan langsung adalah karyawan yang karena jabatannya mempunyai tanggung jawab pembinaan dan pengawasan secara langsung terhadap Karyawan di bagiannya. (8) Pekerjaan adalah kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh karyawan untuk perusahaan dalam suatu hubungan kerja dengan mendapat Upah/Gaji. (9) Karyawan adalah setiap orang yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan dan telah diangkat oleh Perusahaan sebagai Karyawan dengan menerima Upah/Gaji, baik Karyawan Tetap, Karyawan Kontrak, maupun Karyawan Asing. (10) Keluarga Karyawan adalah 1 (satu) orang istri/suami yang sah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan maksimal 3 (tiga) orang anak yang sepenuhnya masih menjadi tanggungan Pekerja yaitu belum berusia 21 tahun, belum bekerja, belum menikah, dan didaftarkan pada HRD. (11) Ahli waris karyawan adalah : a. Suami/istri atau anak yang terdaftar di perusahaan untuk menerima atau untuk mengurus segala sesuatu dengan perusahaan, dalam hal yang berhubungan dengan kematian karyawan;atau b. Orang yang menurut hukum yang berlaku ditetapkan sebagai ahli waris. Pasal 2 Ruang Lingkup Peratuaran

(1) Peraturan Perusahaan ini mengatur secara umum hak dan kewajiban Karyawan dan Perusahaan, syarat dan kondisi kerja, tata tertib dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hubungan kerja dalam Perusahaan. (2) Peraturan Perusahaan berlaku bagi semua karyawan, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian kerja yang disepakati bersama antara Karyawan dengan Perusahaan dengan tetap mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Hal-hal yang bersifat procedural dan teknis administratif yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari isi Peraturan Perusahaan ini akan diatur dalam ketentuan tersendiri dalam bentuk Surat Keputusan, Petunjuk Pelaksanaan, Memorandum atau bentuk lain yang merupakan bagian dan menjadi satu kesatuan dengan Peraturan perusahaan ini dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB II HUBUNGAN KERJA Pasal 3 Persyaratan Kerja Persyaratan umum Karyawan di dalam Peraturan Perusahaan ini adalah : a) Warga Negara Indonesia b) Berusia minimal 18 tahun saat diterima sebagai Karyawan dan berusia maksimum 55 tahun. c) Berbadan dan berjiwa sehat d) Berkelakuan baik e) Memenuhi criteria persyaratan jabatan f) Lulus seleksi yang diadakan oleh perusahaan g) Bersedia menandatangani surat perjanjian kerja yang diterbitkan oleh Perusahaan h) Bersedia mentaati ketentuan atau peraturan yang berlaku dalam Perusahaan i) Tidak terikat hubungan kerja dengan pihak lain Pasal 4 Penerimaan Karyawan Perusahaan dalam menerima Karyawan sesuai dengan keperluannya, sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh Perusahaan dan tidak menyimpang dari Undangundang Ketenagakerjaan dan peraturan yang berlaku. Dalam hal penerimaan atau penempatan Karyawan, untuk mengisi jabatan yang lowong di setiap bagian, Perusahaan memprioritaskan Karyawan dalam Lingkungan Perusahaan untuk mengisi jabatan sesuai dengan kemampuan dan kualitas. Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan, Perusahaan melarang adanya hubungan darah segaris baik vertical maupun horizontal antar Karyawan dan suami-istri dalam Lingkungan Perusahaan, yang diatur lebih lanjut dengan peraturan intern Perusahaan. Karyawan akan memasuki masa pension apabila sudah berusia 55 tahun. Karyawan yang bekerja sebagai collector, surveyor, dan kasir, wajib memberikan jaminan berupa pada Ijazah dan atau BPKB kepada Perusahaan. Jaminan ini akan dikembalikan

(1)

(2)

(3)

(4) (5)

kepada karyawan 3 bulan setelah hubungan kerja dengan perusahaan terputus dan seluruh kewajiban karyawan kepada perusahaan sudah selesai. Pasal 5 Status Karyawan Ststus Karyawan dibagi dalam beberapa kelompok, yang meliputi : a) Karyawan Tetap adalah karyawan yang terikat hubungan kerja dengan Perusahaan sejak diangkat sebagai Karyawan tetap sampai usia pension dan masa kerjanya dihitung mulai masuk di Perusahaan. Karyawan tetap sebelumnya akan menjalani masa percobaan kerja, paling lama 3 (tiga) bulan. b) Karyawan Tidak tetap / PKWT adalah Karyawan yang terikat hubungan kerja dengan Perusahaan dengan menerima Upah / Gaji yang didasarkan atas perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu. Pasal 6 Karyawan Dalam Masa Percobaan Setiap Karyawan yang masuk dalam masa percobaan, wajib menjalani masa percobaan tersebut untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa tertulis. Pengawasan dan penilaian terhadap Karyawan yang menjalani masa percobaab dilakukan oleh atasan langsung dan berkoordinasi dengan pimpinan dari bagian/unit kerja yang bersangkutan. Salama masa percobaan berlangsung, baik Perusahaan maupun Karyawan dapat mengakhiri hubungan kerja setiap saat. Jika Perusahaan memutuskan hubungan kerja terhadap karyawan, maka Perusahaan tidak diwajibkan untuk membayar uang pesangon atau kompensasi apapun terhadap yang bersangkutan. Karyawan yang telah selesai menjalani masa percobaan dan dinyatakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka Karyawan tersebut akan diangkat menjadi Karyawan Tetap dengan surat pengangkatan dan masa kerjanya dihitung sejak tanggal masa percobaannya dimulai.

(1) (2)

(3)

(4)

Pasal 7 Tenaga Kerja Asing Dalam hal Perusahaan mempekerjakan Tenaga Asing, akan memenuhi dan berpedoman pada Undang-undang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah. Pasal 8 Penggolongan dan Jabatan Berdasarkan pada jenis atau sifat pekerjaan yang dipegangnya dan berdasarkan penilaian pekerjaan dengan metode tertentu, penggolongan Karyawan akan diatur secara terpisah melalui ketentuan internal Perusahaan. Pasal 9 Penempatan Karyawan

Penempatan Karyawan merupakan kewenangan mutlak Perusahaan, sesuai dengan kebutuhan Perusahaan dan persyaratan jabatan. Pasal 10 Pemindahan Karyawan (1) Perusahaan berwenang mutlak memindahkan atau memutasikan Karyawan dari suatu jabatan ke jabatan lain atau dari suatu tempat ke tempat lain, dalam rangka tercapainya tujuan Perusahaan secara efektif dan efisien, serta menunjang pengembangan diri dan jenjang karir Karyawan yang bersangkutan. (2) Berkaitan dengan pemindahan/mutasi seorang Karyawan, akan diberitahukan terlebih dahulu kepada Karyawan yang bersangkutan. (3) Dalam hal terjadi pembekuan/pembubaran unit kerja, untuk menghindari pemutusan hubungan kerja, perusahaan akan berusaha menempatkan karyawan di unit kerja lain, dengan penyesuaian upah/gaji dan kompensasi lainnya dengan unit kerja yang baru. Pasal 11 Promosi Perusahaan memberikan kesempatan promosi kepada Karyawan ke jenjang yang lebih tinggi dengan mempertimbangkan faktor-faktor diantaranya sebagai berikut : a) Kebutuhan Perusahaan; b) Kompetensi Karyawan; c) Prestasi Kerja Karyawan dalam jangka waktu tertentu; d) Masa kerja Karyawan dalam posisi atau jabatannya; e) Pendidikan terakhir; Dalam melakukan promosi, Perusahaan akan melakukan tes dan uji kemapuan terhadapa Karyawan tersebut dan Karyawan tersebut akan menjalani masa evaluasi promosi, yang lamanya akan diatur dalam ketentuan internal Perusahaan. Pelaksanaan dan syarat-syarat promosi diatur dengan administrasi yang lengkap. Apabila Karyawan yang bersangkutan tidak lulus masa evaluasi promosi, maka Perusahaan akan menempatkannya pada jabatan semula, atau ditempatkan pada jabatan lain yang setingkat.

(1)

(2)

(3) (4)

Pasal 12 Demosi (1) Perusahaan dapat mengambil tindakan berupa penurunan golongan, pencabutan dan/atau penurunan jabatan (demosi) kepada Karyawan yang melakukan perbuatan melanggar Peraturan Perusahaan yang berlaku dan /atau tidak memenuhi standar prestasi. (2) Upah/Gaji dan kompensasi lainnya bagi karyawan yang di demosi akan disesuaikan dengan posisi yang baru.

Pasal 13 Program Magang

(1) Sehubungan dengan fungsi sosial Perusahaan di masyarakat yang berkaitan dengan pendidikan, Perusahaan mengadakan program magang. (2) Kebijakan program magang akan diatur tersendiri oleh Perusahaan sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 14 Pelatihan dan Pengembangan (1) Dalam rangka peningkatan kemampuan Karyawan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja, maka Perusahaan akan terus melakukan usaha-usaha peningkatan kemampuan Karyawan melalui pelatihan dan pengembangan dengan cara dan metode yang ditentukan oleh perusahaan. (2) Pelatihan dan pengembangan untuk Karyawan akan disesuaikan dengan jabatan atau pekerjaan Karyawan yang bersangkutan.

BAB III TATA TERTIB DAN ATURAN KERJA Pasal 15 Hari Kerja dan Jam Kerja (1) Penetapan waktu kerja didasarkan pada kebutuhan Perusahaan dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini undang-undang Ketenagakerjaan. (2) Berdasarkan ketentuan dalam ayat 1 tersebut di atas, waktu kerja adalah hari dan jam kerja di mana Karyawan diwajibkan untuk berada di tempat kerja dan melakukan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, dengan jumlah total waktu kerja sebanyak 7 (tujuh) jam atau 8 (delapan) jam sehari dan sebanyak 40 (empat puluh) jam seminggu. (3) Hari dan jam kerja ditetapkan sebagai berikut : a. Kantor Pusat i. Senin Jumat : 08.15 - 17.15 ii. Sabtu : Libur b. Kantor Business Unit, Kantor Cabang, Kantor Unit dan Kantor Pos i. Senin jumat : 08.30 - 17.00 ii. Sabtu : 08.30 12.00 Untuk Kantor Business Unit, Kantor Cabang, Kantor Unit dan Kantor Pos, disesuaikan dengan keadaan setempat tanpa mengurangi atau menambah jumlah jam kerja yang seharusnya. Jam Istirahat : i. Senin Kamis : 12.00 13.00 ii. Jumat : 11.30 - 13.00 (untuk Kantor Pusat) iii. Jumat : 11.30 13.30 (untuk Kantor Business Unit, Kantor Cabang, Kantor Unit dan Kantor Pos) iv. Sabtu : -

(4) Perusahaan akan menjadwalkan jam kerja khusus sebelum dan/atau sesudah jam kerja biasa untuk bagian-bagian yang memerlukan operasi atau pelayanan tambahan sesuai ketentuan konsumen, dengan tidak bertentangan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Untuk keperluan operasi Perusahaan atau pelayanan konsumen, Perusahaan menjadwalkan jam kerja yang diatur secara bergilir. Hal-hal yang bersifat procedural dan teknis administratif diatur tersendiri. (6) Jam istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja. Pasal 16 Kehadiran Setiap Karyawan wajib mencatat kehadirannya (waktu datang dan pulang) dengan menggunakan alat pencatat yang telah disediakan Perusahaan. Pencatatan kehadiran melalui alat pencatat yang telah tersedia, harus dilakukan sendiri oleh karyawan yang bersangkutan. Setiap tindakan manipulasi data kehadiran baik dilakukan sendiri maupun dibantu oleh rekan kerja dari karyawan yang bersangkutan, maka kepada kedua karyawan tersebut dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap Karyawan yang terlambat hadir atau meninggalkan tempat kerja sebelum jam kerja berakhir harus mengisi form keterangan kehadiran dan/atau form ijin meninggalkan pekerjaan dengan mendapatkan persetujuan atasan langsungnya dan toleransi maksimal adalah tidak melebihi 3 (tiga) kali keterlambatan atau ijin meninggalkan pekerjaan untuk jangka waktu sebulan baik secara berturut-turut maupun berkala. Setiap Karyawan yang tidak masuk atau absen, maka diharuskan untuk memberitahukan informasi tersebut kepada atasan langsungnya selambat-lambatnya 1 (satu) hari sejak karyawan yang bersangkutan tidak masuk bekerja atau absen, kemudian dilanjutkan dengan mengisi form keterangan kehadiran disertai persetujuan atasan langsungnya. Perusahaan berhak memberikan penghargaan maupun sanksi yang berkenaan dengan disiplin waktu kerja.

(1) (2)

(3)

(4)

(5)

Pasal 17 Kerja Lembur (1) Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan di luar jam kerja yang telah ditetapkan oleh Peraturan Perusahaan. (2) Apabila perusahaan memerlukan dan atau karena pekerjaan yang sangat mendesak atau segera harus diselesaikan, maka karyawan wajib dan bersedia melakukan kerja lembur. (3) Upah/Gaji lembur hanya diberikan bagi karyawan dengan jabatan palayan kantor (Office Boy/Girl), Sopir, Satuan Pengamanan dan Kurir. Upah/Gaji lembur tidak diberikan kepada jabatan-jabatan selain yang telah disebut di atas dengan anggapan bahwa kerja lembur tersebut sudah merupakan tuntutan jabatan. Namun demikian, Perusahaan akan melakukan evaluasi apabila terdapat jenis jabatan yang tidak mendapatkan Upah/gaji lembur, namun pada kenyataannya melakukan kerja lembur dengan frekuensi di luar kewajaran.

(4) Perhitungan Upah/Gaji lembur diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 18 Pakaian dan Perlengkapan Kerja Karyawan diwajibkan mengenakan pakaian yang sopan, rapid an sesuai dengan lingkungan kerja pada hari dan waktu kerja. Tidak semua karyawan mendapatkan pakaian dan/atau perlengkapan kerja. Akan tetapi bagi karyawan yang mendapatkan pakaian atau perlengkapan baik demi keseragaman maupun keselamatan atas dirinya, diwajibkan untuk memakai pakaian dan perlengkapan kerja yang berlaku. Pakaian dan perlengkapan kerja disediakan oleh Perusahaan untuk periode kerja tertentu sesuai dengan standar kualitas pakaian dan perlengkapan kerja yang berlaku. Pakaian dan Perlengkapan kerja tersebut termasuk barang inventaris Perusahaan dengan demikian karyawan diwajibkan menggunakan perlengkapan kerja setiap hari dan memelihara kebersihan serta kerapiannya dengan baik. Hal-hal lain akan diatur sendiri sesuai ketentuan internal Perusahaan.

(1) (2)

(3) (4)

(5)

Pasal 19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (1) Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja serta untuk mencapai produktivitas kerja yang optimal Perusahaan dan Karyawan berusaha : a. Menciptakan, memelihara dan meningkatkan kebersihan, keasrian tempat kerja serta kesehatan kerja. b. Menciptakan, memelihara dan meningkatkan ketertiban di tempat kerja serta keamanan kerja. c. Menetapkan procedural kerja yang tepat dan terus menerus melakukan langkah penyempurnaan. (2) Karyawan diwajibkan ikut memelihara, menyimpan dan menjaga barang milik Perusahaan yang digunakan atau dipercayakan kepadanya dan dilarang membawa, memindahkan dan meminjamkan barang milik Perusahaan tanpa izin yang berwenang. Pasal 20 Sanksi (1) Sanksi a. Teguran Lisan / Tertulis b. Surat peringatan Pertama, Kedua dan Ketiga c. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) (2) Pemberian Surat Peringatan akan mempengaruhi penilaian karyawan yang berdampak pada : a. Pemberian fasilitas tertentu, b. Kenaikan upah, c. Kenaikan pangkat/jabatan, d. Pemberian bonus,

e. Penurunan pangkat/jabatan/golongan (demosi), f. Pembayaran ganti rugi, Pasal 21 Teguran Lisan / Tertulis Teguran lisan / tertulis diberikan kepada karyawan yang melakukan perbuatan : a. Datang terlambat tanpa suatu alas an yang wajar dan yang dapat diterima. b. Tidak hadir dalam 1 (satu) hari dalam 1 (satu) bulan tanpa pemberitahuan dan/atau alas an yang wajar dan dapat diterima. c. Meninggalkan tempat kerja atau pulang lebih awal tanpa seijin atasannya. d. Tidak mematuhi pengarahan atasannya tanpa suatu alas an yang wajar untuk dapat diterima. e. Bagi jabatan tertentu yang disyaratkan untuk menggunakan pakaian dan/atau perlengkapan kerja yang diberikan oleh Perusahaan namun dalam melaksanakan tugasnya tidak menggunakan pakaian dan/atau perlengkapan kerja tersebut, terutama yang menyangkut masalah kesehatan dan keselamatan kerja. f. Beristirahat di luar jam istirahat yang telah ditetapkan. g. Melakukan pekerjaan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan Perusahaan pada waktu jam kerja. h. Melakukan pelanggaran lain yang bobotnya sama dengan pelanggaran di atas. Pasal 22 Surat Peringatan Pertama Surat Peringatan Pertama diberikan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran : a. Melakukan kembali pelanggaran yang telah diberikan peringatan lisan. b. Tidak hadir bekerja selama 2 (dua) hari berturut-turut dan/atau 4 (empat) hari tidak berturt-turut dalam 1 (satu) bulan tanpa member laporan/keterangan tertulis atau member laporan/keterangan yang ternyata dikemudian hari laporan/keterangan tersebut merupakan laporan/keterangan palsu. c. Sering datang terlambat, pulang lebih awal dan sering meninggalkan tugasnya untuk keperluan pribadi. d. Mempergunakan barang dan harta milik Perusahaan secara tidak sah untuk kepentingan pribadi. e. Memberikan keterangan yang tidak benar. f. Membuat keonaran atau keributan yang dapat menggangu ketenangan kerja. g. Memaksakan pekerjaan yang seharusnya dilakukan sendiri kepada orang lain. h. Mengerjakan pekerjaan secara tidak teliti atau karena kelalaian, sehingga dapat atau telah mengakibatkan kerugian Perusahaan, atau menyebabkan keterlambatan pekerjaan bagi Perusahaan. i. Memberikan denda kepada konsumen secara tidak benar. j. Mengerjakan sesuatu yang baru tanpa ijin dari atasan. k. Menggunakan kendaraan tarikan tanpa ijin dari yang berwenang.

l. Menggunkan kendaraan operasional Perusahaan dengan tidak hati-hati sehingga menyebabkan kerusakan kendaraan operasional Perusahaan maupun kendaraan/barang orang lain ataupun menyebabkan kerugian orang lain. m. Melanggar ketentuan uang muka (DP) minimum yang sudah ditetapkan. n. Tidak melengkapi persyaratan kredit. o. Melakukan penyimpangan dari kebijakan / policy yang digariskan. p. Pelanggaran lain sesuai ketentuan yang berlaku di unit kerja tertentu sesuai dengan Matriks Komite Disiplin Internal. q. Melakukan pelanggaran lain yang bobotnya sama dengan pelanggaran di atas. Pasal 23 Surat Peringatan Kedua Surat Peringatan Kedua diberikan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran : a. Setelah mendapat Surat Peringatan Pertama, kemudian melakukan kembali pelanggaran yang ada dalam kategori sanksi Peringatan Lisan atau Surat Peringatan Pertama. b. Tidak hadir selama 3 (tiga) hari berturur-turut dan/atau 5-7 (lima sampai tujuh) hari tidak berturt-turut dalam 1 (satu) bulan tanpa member laporan/keterangan tertulis atau member alas an/laporan yang ternyata di kemudian hari alas an/laporan tersebut merupakan alas an/keterangan yang tidak benar. c. Mengisikan/mencatatkan kartu absensi rekan Karyawan yang lain dan/atau kartu absensinya diisikan/dicatatkan oleh rekan Karyawan lain. d. Menjual kendaraan tarikan di bawah harga yang telah disetujui. e. Menukar BPKB/jaminan-jaminan Perusahaan lainnya tanpa ijin tertulis dari yang berwenang. f. Tidak memenuhi target yang di berikan perusahaan. g. Pelanggaran lain sesuai ketentuan yang berlaku di unit kerja tertentu sesuai dengan Matriks Komite Disiplin Internal. h. Melakukan pelanggaran lain yang bobotnya sama dengan pelanggaran di atas. Pasal 24 Surat peringatan Ketiga Surat Peringatan ketiga diberikan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran : a. Setelah mendapatkan Surat Peringatan Kedua kemudian melakukan kembali pelanggaran yang ada dalam kategori sanksi Peringatan isan, Surat Peringatan Pertama, atau Surat Peringatan Kedua. b. Tidak hadir selama 4 (empat) hari berturut-turut dan/atau 8 (delapan) hari tidak berturutturut dalam 1 (satu) bulan, tanpa pemberitahuan tertulis yang alasannya dapat diterima. c. Dengan sengaja atau karena lalai mengakibatkan dirinya dalam keadaan sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya. d. Bekerja sama dengan dealer yang tidak ditunjuk oleh Perusahaan tanpa seijin yang berwenang. e. Menghilangkan dokumen yang mengakibatkan kerugian Perusahaan. f. Memakai kas angsuran tanpa persetujuan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Karena kelalaian atau kurangnya melakukan pengawasan terhadap bawahan dan/atau pekerjaan sehingga mengakibatkan kerugian Perusahaan. h. Memberikan Surat Peringatan lebih ringan dari ketentuan yang berlaku atau yang seharusnya. i. Pelanggaran lain sesuai ketentuan yang berlaku di unit kerja tertentu sesuai dengan Matriks Komite Disiplin Internal. j. Melakukan pelanggaran lain yang bobotnya sama dengan pelanggaran di atas. Pasal 25 Pemutusan Hubungan Kerja (1) Sanksi Pemutusan Hubungan Kerja dapat diberikan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran berupa : a. Setelah mendapatkan Surat Peringatan Ketiga, kemudian melakukan kembali pelanggaran yang ada dalam kategori sanksi Surat Peringatan Satu, Surat Peringatan Kedua atau Surat Peringatan Ketiga. b. Melakukan Kesalahan Berat. (2) Perbuatan dalam kategori Kesalahan Berat sebagaimana disebutkan ayat (1) hufuf (b) di atas adalah : a. Mengambil barang, uang dengan segala bentuknya, untuk dimiliki sendiri atau orang lain, baik yang dikuasai dengan cara yang sah maupun dengan melanggar hukum, milik Perusahaan atau Pimpinan Perusahaan atau milik teman sekerja. Termasuk dalam kategori ini adalah menukuar komponen kendaraan tarikan. b. Karena kecerobohan menghilangkan barang atau harta Perusahaan. Termasuk dalam kategori ini adalah menghilangkan BPKM jaminan Perusahaan, sertifikat-sertifikat jaminan atai sertifikat-sertifikat Perusahaan. c. Tidak melakukan entry data, merubah (3) Pasal 26 Pemberhentian Sementara (Skorsing) (1) Pemberhentian sementara dapat dilakukan terhadap karyawan/karyawati yang diduga melakukan tindak pidana akan tetapi karyawan/karyawati tidak ditahan pihak berwajib. (2) Atas sanksi pemberhentian sementara, karyawan/karyawati tidak berhak atas upah akan tetapi diberikan bantuan kepada keluarga yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan : a. Untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25 % dari (dua puluh lima perseratus) dari upah. b. Untuk 2 (dua) orang tanggungan : 35 % dari (tiga puluh lima perseratus) dari upah. c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45 % dari (empat puluh lima perseratus) dari upah. d. Untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih : 50 % dari (lima puluh perseratus) dari upah.

(3) Pemberian bantuan kepada keluarga sebagaimana diatur dalam ayat (2) diberikan untuk masa waktu paling lama 6 bulan, dan sesudahnya Perusahaan berhak untuk memutuskan hubungan kerja. (4) Pemberhentian sementara juga dapat dilakukan terhadap karyawan yang diduga melakukan tindak pidana tetapi masih dalam investigasi internal perusahaan, dengan pembayaran upah penuh, dan waktu pemberhentian sementara paling lama 2 (dua) bulan yang pelaksanaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB IV HARI LIBUR, CUTI, SAKIT DAN IJIN Pasal 27 Hari Libur Resmi Hari libur resmi adalah hari Minggu dan hari lain yang dinyatakan sebagai hari libur nasional berdasarkan ketetapan Pemerintah republic Indonesia. Upah/Gaji pada pasal ini dibayar penuh oleh Perusahaan. Pasal 28 Cuti Tahunan Karyawan yang bekerja selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut berhak mendapat cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja, dengan tetap mendapat Upah/Gaji. Pengajuan cuti hendaknya dilakukan 1 (satu) minggu sebelumnya kepada atasan Langsung. Demi menjaga kelancaran pekerjaan, Perusahaan berhak mengatur cuti tahunan Karyawan dengan tetap memperhatikan kepantingan Karyawan. Cuti tahunan dapat diambil pada tahun dimana hak cutinya timbul. Hak cuti akan gugur bilamana dalam waktu 1 (satu) tahun setelah timbulnya hak cuti, karyawan tidak menggunakan haknya. Hak cuti yang belum diambil tidak dapat diuangkan atau diakumulasikan dari tahun ke tahun. Karyawan mendapatkan cuti tambahan 6 (enam) hari yang diberikan pada masa kerja tahun ke lima, sepuluh dan setiap kelipatan lima tahun berikutnya. Cuti tambahan tersebut hanya dapat digunakan pada tahun bersangkutan, tidak dapat digantikan uang dan akan hapus jika tidak digunakan. Pasal 29 Istirahat Melahirkan dan Keguguran Karyawan wanita yang akan melahirkan berhak memperoleh istirahat melahirkan selama 90 (Sembilan puluh) hari kalender yang dapat diambil 45 (empat puluh lima) hari sebelum melahirkan dan 45 (empat puluh lima) hari setelah melahirkan, dengan melampirkan surat keterangan dokter kandungan atau bidan yang merawat. Istirahat melahirkan tidak mengurangi hak cuti tahunan. Karyawan wanita yang hamil dan mengalami keguguran yang tidak disengaja atau abortus provocatus dengan alas an medis mendapatkan cuti maksimal 45 (empat puluh lima) hari kalender dengan tetap melampirkan surat keterangan dokter kandungan atau bidan yang merawat. Cuti keguguran tidak mengurangi hak cuti tahunan.

(1) (2)

(1) (2)

(3)

(4) (5)

(1)

(2) (3)

(4)

Pasal 30 Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan (1) Cuti di luar tanggungan Perusahaan adalah meninggalkan pekerjaan dalam waktu yang relatif cukup lama tanpa mendapat Upah Gaji. (2) Klasifikasi Cuti di luar tanggungan Perusahaan : a. Untuk keperluan kesehatan keluarga langsung dari Karyawan, sesuai dengan permohonan Karyawan, dalam jangka waktu tidak melebihi 90 (sembilan puluh) hari kalender. b. Mendampingi Suami/Istri dan/atau keluarga langsung dalam menunaikan ibadah, sesuai dengan permohonan Karyawan, dalam jangka waktu tidak melebihi 90 (sembilan puluh) hari kalender, atau menunaikan kewajiban agama untuk kedua kali dan seterusnya. (3) Pengajuan cuti di luar tanggungan Perusahaan wajib diajukan minimal 2 (dua) minggu, sebelumnya untuk mendapat persetujuan dari pimpinan tertinggi divisi terkait dari Karyawan yang bersangkutan. Pasal 31 Sakit Karyawan yang tidak dapat masuk kerja karena sakit harus segera memberitahukan kepada atasan Langsung. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit lebih dari 1 (satu) hari wajib menyerahkan surat keterangan dokter. Pasal 32 Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Upag/Gaji Penuh Pasal 33 Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Tidak Mendapatkan Upah/Gaji 1. Berdasarkan permintaan Karyawan untuk menyelesaikan pendidikan yang tidak mungkin diselesaikan dengan menggunakan waktu istirahat, libur, cuti, atau kesempatan lainnya, Perusahaan dapat memberikan ijin paling lama 90 (Sembilan puluh) hari kalender berturut-turut, dengan tidak mendapat Upah/gaji. 2. Ijin untuk keperluan penting lain bagi karyawan yang belum memiliki hak cuti atau hak cuti sudah terpakai keseluruhan dapat diberikan ijin meninggalkan pekerjaan dengan tidak mendapatkan upah/gaji maksimum 15 (lima belas) hari kerja dalam setahun. 3. Ijin melampaui batas waktu dalam ketentuan ayat (10 dan (2) di atas hanya dapat diberikan dengan ijin direktur terkait dan direktur Human Capital BAB V PENGUPAHAN Pasal 34 Pengertian Upah adalah imbalan yang diterima Karyawan dari Perusahaan untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.

Pasal 35 System Pengupahan / Penggajian Besarnya Upah ditetapkan sesuai golongan dan jabatan dengan memperhatikan ketentuan Upah Minimum Propinsi yang berlaku. Pasal 36 Komponen Upah Yang dimaksud dengan Upah adalah imbalan berupa uang yang diterima karyawan dari perusahaan. Peninjauan Upah secara umum akan dilakukan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan. Kenaikan Upah perorangan tidak dilaksanakan secara optimal tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atas dasar jabatan, keahlian, kecakapan, prestasi dan konduite kerja masing-masing Karyawan. Jumlah dan besarnya Upah/Gaji disesuaikan dengan kemampuan Perusahaan. Pelaksanaan pembayaran Upah untuk Karyawan harian/borongan dilakukan pada tiap-tiap akhir minggu dan untuk Karyawan waktu tertentu atau Karyawan tetap pembayarannya dilakukan pada tiap-tiap akhir bulan. Upah tidak dibayar apabila Karyawan tidak melakukan pekerjaan.

(1) (2) (3)

(4)

(5)

Pasal 37 Waktu Pembayaran Upah dibayarkan sebulan sekali pada setiap akhir bulan, selambat-lambatnya 1 (satu) hari kalender sebelum tanggal terakhir bulan tersebut. Pasal 38 Kenaikan Upah Berkala (1) Peninjauan upah atau gaji secara umum dilakukan secara berkala sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan, keadaan pasar, kemampuan Perusahaan dan prestasi kerja Karyawan. (2) Kenaikan upah atau gaji perorangan tidak dilaksanakan secara otomatis, tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atas dasar jabatan, keahlian, kecakapan, prestasi dan konduite masing-masing Karyawan. Jumlah dan besarnya kenaikan upah atau gaji disesuaikan dengan kemampuan Perusahaan. Pasal 39 Upah Selama Sakit Apabila Karyawan tidak dapat menjalankan tugasnya sama sekali untuk waktu lama dan terus menerus karena alasan sakit dan/atau masih berada dalam perawatan di Rumah Sakit, maka pembayaran upah atau gajinya diatur sebagai berikut : Masa Upah atau gaji selama sakit per bulan 4 (empat) bulan pertama 100% x upah 4 (empat) bulan kedua 75% x upah 4 (empat) bulan ketiga 50% x upah

Bulan selanjutnya sampai dengan sebelum PHK dilakukan oleh Perusahaan

25% x upah

Pasal 40 Upah Atau Gaji Dalam Menjalankan Kewajiban terhadap Negara/Agama BAB VI TUNJANGAN, BANTUAN DAN FASILITAS Pasal 41 Pengertian Tunjangan adalah unsur balas jasa berupa uang atau bentuk lain di luar Upah/Gaji, sehubungan dengan fungsi, pekerjaan, tanggung jawab dan jabatan Karyawan, yang ketentuannya diatur dengan peraturan internal Perusahaan. Pasal 42 Tunjangan Hari Raya Keagamaan (1) Setiap tahun Perusahaan memberikan Tunjangan Hari Raya (selanjutnya disebut THR) keagamaan kepada semua Karyawan sebesar sebagai berikut : a. Bagi Karyawan yang mempunyai masa kerja 3 (tiga) bulan atau lebih tetapi kurang dari 1 (satu) tahun dan telah bekerja secara berturut-turut, pemberian THR akan dihitung secara proposional. b. Bagi Karyawan yang mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih, diberikan 1 (satu) bulan Upah/Gaji. (2) THR dibayarkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum hari raya keagamaan. Pasal 43 Bantuan Uang Transportasi dan Bantuan Uang Makan Bantuan uang Transportasi adalah bantuan yang diberikan kepada Karyawan sebagai pengganti biaya perjalanan pulang pergi dari dan ke tempat kerja. Besarnya bantuan Transportasi ini akan diatur secara terpisah dan ditetapkan berdasarkan peraturan internal Perusahaan. Bantuan Uang Makan adalah bantuan yang diberikan kepada karyawan sebagai pengganti biaya makan siang yang dikeluarkan oleh Karyawan selama bekerja. Besarnya Bantuan makan ini diatur secara terpisah dan ditetapkan berdasarkan peraturan internal Perusahaan.

(1) (2) (3) (4)

Pasal 44 Tunjangan Jabatan (1) Tunjangan Jabatan diberikan kepada Karyawan berdasarkan jabatan tertentu dalam Perusahaan. (2) Besar tunjangan Jabatan diberikan berdasarkan menurut tingkat dan jenis jabatan yang ditetapkan tersendiri dengan peraturan internal Perusahaan. (3) Apabila Karyawan tidak lagi menjabat tersebut, maka Tunjangan Jabatan dicabut.

Pasal 45 Bantuan Duka (1) Sebagai ungkapan belasungkawa, Perusahaan akan memberikan Bantuan Duka jika Karyawan atau keluarganya meninggal dunia. (2) Besarnya bantuan Duka ditetapkan dari waktu ke waktu dengan peraturan internal Perusahaan. (3) Dalam hal Karyawan yang meninggal dunia, akan tetap mendapatkan hak-haknya sesuai undang-undang Ketenagakerjaan yang berlaku. Pasal 46 Bantuan Pernikahan (1) Perusahaan memberikan Bantuan pernikahan kepada Karyawan untuk pernikahan yang sah, yang pertama kali. (2) Besarnya Bantuan Pernikahan ditetapkan dari waktu ke waktu dengan peraturan internal Perusahaan. (3) Apabila terjadi pernikahan sesame karyawan perusahaan, paling lama 3 (tiga) bulan setelah perkawinan dilaksanakan salah satu seorang karyawan yang melangsungkan perkawinan akan di proses PHK sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 47 Fasilitas Biaya Penempatan (1) Fasilitas Biaya Penempatan diberikan kepada karyawan karena tugas yang diberikan kepadanya berlokasi di luar tempat yang bersangkutan direkrut. (2) Besarnya Fasilitas Biaya Penempatan untuk masing-masing daerah disesuaikan dengan indeks biaya hidup daerah atau penilaian lain yang ditetapkan oleh Perusahaan. Pasal 48 Fasilitas Biaya Tempat Tinggal (1) Fasilitas Biaya Tempat Tinggal diberikan kepada karyawan karena tugas yang diberikan kepadanya berlokasi di luar tempat yang bersangkutan direkrut dan yang bersangkutan harus tinggal menetap untuk kurun waktu tertentu. (2) Besarnya Fasilitas Biaya Penempatan untuk masing-masing daerah disesuaikan dengan indeks biaya hidup daerah atau penilaian lain yang ditetapkan oleh Perusahaan. Pasal 49 Fasilitas Biaya Maintenance (1) Fasilitas Biaya Maintenance adalah biaya yang diberikan kepada karyawan untuk keperluan pemeliharaan kendaraan operasional pada jabatan tertentu. (2) Besarnya fasilitas Biaya Maintenance ditetapkan dengan peraturan internal Perusahaan. Pasal 50 Fasilitas Biaya Lain-lain

(1) Fasilitas Biaya Lain-lain adalah biaya yang diberikan oleh Perusahaan di luar Pasal 47, Pasal 48 Peraturan Perusahaan ini, yang digunakan sebagai penunjang kegiatan operasional Karyawan untuk jabatan tertentu. (2) Besarnya Fasilitas Biaya Lain-lain ditetapkan dengan peraturan internal Perusahaan. (3) Dalam hal Karyawan putus hubungan kerja dengan perusahaan, dimana karyawan ditugaskan tidak pada tempat/wilayah karyawan diterima bekerja, biaya ongkos pulang ke tempat karyawan diterima bekerja akan dibayarkan secara reimburse. (4) Hak untuk melakukan klaim ongkos pulang akan gugur/hapus jika telah melampaui waktu 1 bulan dari tanggal efektif hubungan kerja terputus. Pasal 51 Fasilitas Biaya Perjalanan Dinas (1) Perusahaan memberikan fasilitas biaya transportasi dan akomodasi serta memberikan tunjangan uang saku perjalanan dinas bagi Karyawan yang menjalankan tugas/training/seminar ke luar kota. (2) Ketentuan pengajuan dan pengaturan fasilitas biaya perjalanan dinas ini diatur dengan peraturan internal Perusahaan. BAB VII JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN Pasal 52 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (1) Pada hakekatnya, karyawan harus bertanggung jawab atas kondisi kesehatannya masingmasing. Untuk menunjang kesehatan Karyawan dan keluarganya, maka perusahaan memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan sendiri oleh perusahaan, dengan manfaat lebih baik dari Jaminan Kesehatan Jamsostek. (2) Jenis dan besarnya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan diatur secara terpisah dan ditetapkan dengan peraturan internal Perusahaan.

(1) (2)

(3) (4)

Pasal 53 Jaminan Sosial Tenaga Kerja Perusahaan mengikutsertakan semua Karyawan dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jenis Jamsostek yang diikutsertakan oleh perusahaan kepada Karyawan adalah : 1. Jaminan kecelakaan Kerja (JKK); 2. Jaminan Hari Tua (JHT); 3. Jaminan Kematian (JK). Iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari upah menjadi tanggungan karyawan, perusahaan akan memotong dari upah dan menyetorkan ke PT. Jamsostek. Perusahaan akan mendaftarkan karyawan dalam asuransi kesehatan sesuai ketentuan dan manfaat yang berlaku di Perusahaan.

Pasal 54 Asuransi Kecelakaan Diri (1) Untuk mengurangi beban risiko akibat kecelakaan kerja, Perusahaan memberikan asuransi kecelakaan kerja, untuk posisi dan jabatan tertentu yang diatur tersendiri dengan peraturan internal Perusahaan. (2) Besarnya premi asuransi kecelakaan diri yang dibayarkan oleh perusahaan, diatur secara terpisah dan ditetapkan berdasarkan peraturan internal perusahaan. BAB VIII ETIKA KERJA Pasal 55 Kewajiban Dasar Karyawan Setiap Karyawan diwajibkan untuk : Mendaftarkan kehadiran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berada di tempat kerja masing-masing sesuai dengan waktu yang ditentukan. Melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan Standard Operating Procedure (SOP), dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab. Menjaga kerahasiaan Perusahaan ataupun informasi apapun lainnya yang terkait dengan perusahaan. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Perusahaan. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dan harmonis. Saling menghormati antar sesame pemeluk agama atau kepercayaan yang berbeda. Menjaga kesopanan dan kesusilaan serta norma pergaulan yang baik dalam lingkungan perusahaan.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pasal 56 Integritas Karyawan (1) Setiap karyawan wajib menjunjung tinggi integritas serta tidak akan menyalahgunakan jabatan dan kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan pribadi maupun pihak lain. (2) Pelanggaran terhadap integritas akan diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perusahaan atau matriks sansi Komite Disiplin Internal. Pasal 57 Informasi Rahasia dan Kerahasiaan Informasi (1) Setiap Pekerja diwajibkan menjaga data Perusahaan dan semua bahan tertulis maupun tidak tertulis perihal Perusahaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan orang lain. (2) Dalam hal Pekerjaan tidak lagi terikat dalam hubungan kerjadengan mengundurkan diri, maka pekerja wajib untuk melakukan serah terima data dan segala informasi yang berkaitan dengan pekerjaannya, tanpa terkecuali, kepada pihak yang berwenang untuk menerima serah terima tersebut, dan kedua belah pihak menandatangani berita acara serah terima.

BAB IX PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 58 Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja (1) Perusahaan berusaha sedapat mungkin menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja. (2) Apabila upaya tersebut gagal dan perusahaan terpaksa melakukan PHK maka maksudmaksud untuk melakukan PHK harus dirundingkan secara bipartit. (3) Jika perundingan bipartit tersebut gagal mencapai kesepakatan maka diselesaikan sesuai prosedur peraturan perundangan yang berlaku. (4) Akibat dari pemutusan hubungan kerja, segala hutang yang ditimbulkan karywan/karyawati harus dilunasi sekaligus. Dalam hal tidak terlunasinya hutang tersebut, pemutusan hubungan kerja tidak berarti membebaskan karyawan/karyawati dari hutang-hutangnya. (5) Peraturan, Tata Laksana, Hak dan kewajiban Karyawan/Karyawati serta perusahaan berkaitan dengan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 59 Karyawan Mengundurkan diri dan dikualifikasikan mengundurkan diri Dalam hal karyawan mengundurkan diri oleh karena kehendak sendiri wajib mengajukan surat permohonan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tanggal pengunduran dirinya. Karyawan dikategorikan mengundurkan diri baik-baik apabila memenuh kriteria : a. Menyampaikan surat pengunduran diri 30 (tiga puluh) hari sebelum pengunduran diri efektif berlaku. b. Tidak sedang dalam masa ikatan dinas c. Mengembalikan seluruh investasi perusahaan, seperti laptop, id card, dan lain-lain. d. Mengisi formulit exit interview dan clearence sheet. e. Bekerja sampai heri terakhir dalam surat pengunduran diri, kecuali di berikan ijin atau cuti. Karyawan yang tidak memenuhi keseluruhan kriteria dalam ayat (3) diatas termasuk kategori mengundurkan diri tidak baik-baik. Karyawan/Karyawati yang mengundurkan diri dari perusahaan tidak berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja tetapi berhak atas uang penggantian hak dan uang pisah sebagimana diatur Pasal 60 Peraturan Perusahaan ini. Hak cuti karyawan mengundurkan diri yang sudah timbul, belum hapus, dan belum diambil hingga akhir masa kerja di perusahaan akan di kompensasi dengan uang. kompensasi ini hanya diperkenankan apabila atas permintaan atasan langsung, pengambilan hak cuti karyawan tidak diijinkan untuk serah terima pekerjaan. Apabila karyawan mangkir 5 (lima) hari berturut-turut tanpa keterangan tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil 2 (dua) kali secara tertulis yang dikirimkan kealamat karyawan yang tercatat di perusahaan, karyawan dikualifikasi

(1)

(2)

(3) (4)

(5)

(6)

mengundurkan diri, karyawan tersebut berhak atas uang pisah dan uang penggantian hak sebagaimana diatur pasal 60 peraturan perusahaan ini. Pasal 60 Uang Pisah Besaran Uang Pisah Adalah : a. Mengundurkan diri baik-baik : 1. Masa kerja 3 tahun < 6 tahun = 2 X gaji pokok sebulan 2. Masa kerja 6 tahun < 9 tahun = 3 X gaji pokok sebulan 3. Masa kerja 9 tahun < 15 tahun = 4 X gaji pokok sebulan 4. Masa kerja 15 tahun < 21 tahun = 5 X gaji pokok sebulan 5. Masa kerja 21 tahun atau lebih = 6 X gaji pokok sebulan b. Mengundurkan diri tidak baik-baik dan atau dikualifikasikan mengundurkan diri (mangkir 5 hari berturut-turut) 1. Masa kerja 3 tahun < 6 tahun 1/3 X 2 gaji pokok sebulan 2. Masa kerja 6 tahun < 9 tahun 1/3 X 3 gaji pokok sebulan 3. Masa kerja 9 tahun < 15 tahun 1/3 X 4 gaji pokok sebulan 4. Masa kerja 15 tahun < 21 tahun 1/3 X 5 gaji pokok sebulan 5. Masa kerja 21 tahun atau lebih 1/3 X 2 gaji pokok sebulan c. Melakukan Pelanggaran Berat Dibrikan untuk jabatan Supervisor kebawah sebesar 0,5 (setengah X 1 (satu) gaji pokok sebulan dengan masa kerja 3 tahun atau lebih. BAB X PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Pasal 61 Penyelesaian perselisihan Hubungan industrial Pasal 62 Komunikasi dan Konseling (1) Setiap Karyawan berhak menyampaikan pendapat dan saran-saran mengenai Perusahaan, pekerjaan dan hubungan kerja dalam Perusahaan kepada atasan langsungnya atau bagian/divisi yang berwenang menurut saluran organisasi yang ada. (2) Apabila Karyawan merasa pendapat dan saran-saran yang disampaikan kurang tersalurkan, maka Karyawan yang bersangkutan dapat menyampaikan permasalahnya kepada HRD yang difungsikan sebagai penengah. Pasal 63 Cara Penyelesaian Perselisihan BAB XI PENUTUP Pasal 64 Peraturan Tambahan dan Perubahan

(1) Hal-hal yang belum diatur atau tidak cukup diatur dalam Peraturan Perusahaan ini akan diatur kemudian dan ditambah ke dalam peraturan-peraturan ini sebagai pelengkap dan/atau penyempurnaan. (2) Apabila salah satu pasal dan/atau ayat atau beberapa pasal dan/atau ayat dalam Peraturan Perusahaan ini menjadi tidak sah, tidak berlaku atau tidak dapat dilaksanakan berdasarkan hukum yang berlaku, maka keabsahan, keberlakuan dan kekuatan pelaksanaan ketentuanketentuan lain dalam Peraturan Perusahaan ini tidak akan terpengaruh karenanya. (3) Peraturan Perusahaan ini berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal ditetapkan dan disahkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi republic Indonesia. (4) Apabila terdapat ketentuan-ketentuan dalam peraturan perusahaan ini kurang/bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka batal demi hukum dan yang berlaku adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan Perusahaan ini dibagikan masing-masing Karyawan untuk diketahui dan dilaksanakan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal, 1 Maret 2011 PT Kharisma Saudara Motor (Yamaha)

Anda mungkin juga menyukai