Anda di halaman 1dari 14

RESUME PERTEMUAN 10

RANGKUMAN MATERI: PP, PK DAN PKB


Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata
kuliah Hubungan Industrial

Disusun Oleh:

Nama : Wahyu Santoso


NPM : 2010631020149

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKULTAS


EKONOMI UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA
KARAWANG
2023
Peraturan Perusahaan (PP)

1. Pengertian PP
Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.
Berdasarkan Pasal 108 UU No. 13 Tahun 2003 ada dua hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya: ∙ Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan
yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk
Kewajiban membuat peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) tidak berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki perjanjian kerja bersama
2. Tujuan PP
− Menjamin keseimbangan hak dan kewajiban pekerja
− Menjamin keseimbangan kewenanagan dan kewajiban pengusaha
− Sebagai pedoman pengusaha dan pekerja dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban
− Menciptakan hubungan kerja yang harmonis, aman, dinamis antara pekerja
dan pengusaha
− Memajukan dan menjamin kelangsungan perusahaan
− Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya
3. Dasar hukum PP
Ketentuan daam pembuatan peraturan perusahaan ada 2 yakni:
− Normatif, yakni hal yang diatur oleh ketentuan ketenagakerjaan yang
berlaku seperti: pengupahan minimum, jam kerja, cuti, dan jam istirahat,
jaminan kesejahteraan (jamsostek), dan proses pemutusan hubungan
kerja
− Tidak Normatif, yakni hal-hal yang tidak diatur dalam ketentuan peraturan
perundangan ketenagakerjaan yang berlaku dengan tujuan memberikan
keleluasaan kepada perusahaan, namun tidak boleh lebih rendah dari
ketentuan normatif
− Bagian Keenam Bab XI Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Kepmenakertrans No.Kep/Men/IV/2004 tentang tata
cara oembuatan dan pengesahan peraturan perusahaan dan pendaftaran
perjanjian kerja bersama.
− Pasal 110 UU No. 13 tahun 2003
− Peraturan perusahaan disusun dengan memperhatikan saran dan
pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan
− Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan telah terbentuk serikat
pekerja/serikat buruh maka wakil pekerja/buruh sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah pengurus serikat pekerja/serikat buruh.
− Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan belum terbentuk serikat
pekerja/serikat buruh. Wakil pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) adalah pekerja/buruh yang dipilih secara demokratis untuk
mewakili kepentingan para pekerja/buruh di perusahaan yang
bersangkutan
− Materi peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat (Pasal 111 UU
No.13 tahun 2003) yang berisi:
• Hak dan kewajiban pengusaha
• Hak dan kewajiban pekerja/buruh
• Syarat-syarat kerja
• Tata tertib perusahaan
• Jangka waktu berlakunya
• Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan
wajib diperbaharui setelah habis masa berlakunya
4. Isi Peraturan Perusahaan
a. Kriteria penerimaan pegawai
b. Hari dan waktu kerja
c. Waktu kerja lembur dan upah lembur
d. Hak cuti
e. Skala upah dan tunjangan
f. Program keselamatan dan kesehatan kerja
g. Perawatan kesehatan dan pengobatan
h. Ketentuan dan tindakan disiplin
i. Pemutusan hubungan kerja dan pesangon
j. Penyelesaian perselisihan
k. Dana jaminan sosial dan pensiun
Selama masa berlakunya peraturan perusahaan, apabila serikat pekerja/serikat
buruh di perusahaan mengendaki perundingan pembuatan perjanjian kerja
bersama, maka pengusaha wajib melayani. Dalam hal perundingan pembuatan
perjanjian kerja bersama tidak mencapai kesepakatan, maka peraturan
perusahaan tetap berlaku sampai habis jangka waktu berlakunya.
5. Kelengkapan Permohonan Pengesahan PP
a. Nama dan alamat perusahaan
b. Nama pimpinan perusahaan
c. Wilayah operasi perusahaan
d. Status perusahaan
e. Jenis dan bidang usaha
f. Jumlah pekerja/buruh menurut jenis kelamin
g. Status hubungan kerja
h. Upah tertinggi dan terendah
i. Masa berlakunya peraturan perusahaan
j. Pengesahan peraturan perusahaan untuk yang keberapa
k. Naskah peraturan perusahaan dibuat rangkap 3 (tiga) yang telah ditanda
tangani oleh pengusaha
l. Bukti telah dimintakan saran dan pertimbangan dari serikat pekerja/serikat
buruh dan/atau wakil pekerja/buruh apabila perusahaan tidak ada serikat
pekerja/buruh
6. Pengesahan PP
− Kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
kabupaten/kota untuk perusahaan terdapat hanya dalam 1 (satu) wilayah
kabupaten/kota
− Kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi
untuk perusahaan yang terdapat lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota dalam
provinsi
− Direktur jenderal pembinaan Hubungan industrial untuk perusahaan yang
terdapat pada lebih dari 1 (satu) provinsi
Setelah PP disahkan, pengusaha mempunyai kewajiban:
− Memberitahukan isi peraturan perusahaan yang telah disahkan kepada
para pekerja/buruhnya dihadapan pegawai Direktorat jenderal
perlindungan dan pengawasan tenaga kerja
− Memberikan salinan peraturan perusahaan kepada setiap pekerja/buruh
nya - Menempelkan peraturan perusahaan di tempat yang mudah di
tempat yang mudah dibaca pekerja/buruh.

Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

− Pengertian PKB
Perjanjian kerja bersama (PKB) adalah salah satu bentuk pengaturan hal dan
kewajiban serta tata tertib pekerja bagi pekerja secara keseluruhan atau sesuai
cakupan yang termuat dalam PKB.
PKB dibuat melalui perundingan natara pekerja yang diwakili oleh SP dengan
wakil perusahaan. Sehingga, PKB adalah perjanjian yang merupakan hasil
perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketengakerjaan dengan pengusaha, atau
beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
− Dasar hukum PKB
− Bagian ketuju Bab XI UU No.13 tahun 2003 tentang ketengakerjaan
− Kepmenakertrans No.Kep/Men/IV/2004 tentang tata cara pembuatan
peraturan perusahaan dan pendaftaran perjanjian kerja bersama
− Undang-undang No.21 tahun 2000 tentang serikat pekerja/serikat buruh
− Fungsi PKB
− Sebagai jalan keluar daam hal perundang-undangan ketengakerjaan belum
mengatur hal-hal yang baru atau menunjukan kelemahan-kelemahan di
bidang tertentu
− Sebagai sarana untuk menciptakan ketenagan kerja bagi pekerja/buruh
demi kelangsungan ushaa bagi perusahaan
− Merupahan partisipasi pekerja.buruh dalam penentuan atau pembuatan
kebijaksanaan pengusaha dalam bidang ketenagakerjaan
4. Manfaat PKB
− Baik pekerja/buruh maupun pengusaha akan lebih mengetahui dan
memahami hal dan kewajibanya masing-masing
− Mengurangi timbulnya perselisihan industrial atau hubungan
ketenagakerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran produksi dan
peningkatan usaha - Membantu ketenagan kerja dan mendorong
semangat para pekerja/buruh sehingga lebih tekun, rajin, dan produktif
dalam bekerja
− Pengusaha dapat menyusun rencana-rencana masa berlakunya perjanjian
kerja bersama
− Dapat menciptakan suasana musyawarah dan kekeluargaan dalam
perusahaan
5. Syarat Formil PKB
Pasal 116 UU No.13 tahun 2003:
− Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh atau
beberapa serikat pekerja/buruh yang telah tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketengakerjaan dengan pengusaha atau
beberapa pengusaha
− Penyusunan perjanjian kerja bersama dilaksanakan secara musyawarah -
Perjanjian kerja bersama harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan
menggunakan bahasa indonesia
− Dalam hal terdapat perjanjain kerja bersama yang dibuat tidak
menggunakan bahasa indonesia, maka perjanjian kerja bersama tersebut
harus diterjemahkan dalam bahasa indonesia oleh penerjemah tersumpah
dan terjemahan tersebut dianggap sudah memenuhi ketentuan ayat
6. Syarat Materiil PKB
Pasal 124 UU No.13 tahun 2003
− Ketentuan dalam perjanjian kerja bersama tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
− Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentangan dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku, maka ketentuan yang bertentangan
tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
7. Subjek PKB
− Serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
− Serikat pekerja/ serikat buruh yang dapat mewakili pengusaha dalam
perjanjian perburuhan apabila memiliki anggota lebih dari 50% dari jumlah
peserta yang hadir dalam perusahaan yang bersangkutan;
− Apabila di satu perusahaan hanya ada satu serikat pekerja/ serikat buruh
tapi anggotanya tidak mencapai 50%, ia bisa tetap mewakili pekerja apabila
mendapat dukungan 50% dari seluruh pekerja dari perusahaan itu dengan
cara pemungutan suara;
− Jika melalui pemungutan suara itu ternyata serikat pekerja/ serikat buruh itu
tidak mendapat 50%, serikat pekerja/ serikat buruh dapat mengajukan
permintaan untuk merundingkan kembali setelah 6 (enam) bulan terhitung
dari pemungutan suara terakhir;
− Jika dalam perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu)serikat pekerja/serikat
buruh, maka yang berhak mewakili adalah serikat pekerja/ serikat buruh
yang memiliki anggota lebih dari 50%, namun jika itu tidak terpenuhi, maka
serikat pekerja/ serikat buruh harus mengadakan koalisi untuk mencapai
50%
− Dan jika itu masih belum terpenuhi, maka perlu dibentuk tim yang terdiri
dari perwakilan serikat pekerja/ serikat buruh yang ada di perusahaan
tersebut secara proporsional sesuai dengan jumlah anggota Pengusaha
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri
b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia
8. Objek PKB
− Hak dan kewajiban pengusaha;
− Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta
pekerja/buruh;
− Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja
bersama; dan
− Tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama.
9. Jangka Waktu Berlakunya PKB
Pasal 123 dan Pasal 131 UU No.13 tahun 2003
− Jangka waktu berlakunya perjanjian kerja bersama (PKB) paling lama 2 (dua)
tahun.
− PKB mulai berlaku pada hari penandatanganan kecuali ditentukan lain dalam
PKB tersebut
− PKB yang ditandatangani oleh pihak yang membuat PKB selanjutnya
didaftarkan oleh pengusaha pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.
− PKB dapat diperpanjang jangka waktu berlakunya paling lama 1 (satu) tahun
berdasarkan kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat
pekerja/serikat buruh.
− Perundingan PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku.
− Dalam hal perundingan PKB tidak mencapai kesepakatan maka PKB yang
sedang berlaku, tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun.
− Dalam hal terjadi pembubaran serikat pekerja/ serikat buruh atau
pengalihan kepemilikan perusahaan maka PKB tetap berlaku sampai
berakhirnya jangka waktu PKB.
− Dalam hal terjadi penggabungan perusahaan (merger) dan masing-masing
perusahaan mempunyai PKB maka PKB yang berlaku adalah PKB yang lebih
menguntungkan pekerja/buruh.
− Dalam hal terjadi penggabungan perusahaan (merger) antara perusahaan
yang mempunyai PKB dengan perusahaan yang belum mempunyai PKB
maka PKB tersebut berlaku bagi perusahaan yang bergabung (merger)
sampai dengan berakhirnya jangka waktu PKB.
10. Kewajiban Pengusahan dan Serikat pekerja/buruh dalam PKB
Pasal 126 UU No.13 tahun 2003
− Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dan pekerja/buruh wajib
melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja bersama;
− Pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan isi
perjanjian kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja/
buruh;
− Pengusaha harus mencetak dan membagikan naskah perjanjian kerja
bersama kepada setiap pekerja/ buruh atas biaya perusahaan.

Hubungan PK, PP dan PKB


1. Perjanjian Kerja (PK) yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/buruh tidak
boleh bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
2. Apabila Perjanjian Kerja (PK) bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama
(PKB), ketentuan dalam PK batal demi hukum, dan yang berlaku adalah
ketentuan dalam PKB. (ketentuan yang batal hanya yang bertentangan saja
bukan seluruh ketentuan PK)
3. Dalam hal PK tidak memuat ketentuan yang dimuat dalam PKB, yang berlaku
adalah ketentuan-ketentuan dalam PKB.

Hubungan PP dan PKB


1. Perusahaan yang telah memiliki Perjanjian Kerja Bersama (PKB), pengusaha
tidak berkewajiban memiliki Peraturan Perusahaan (PP).
2. Dalam hal perundingan pembuatan PKB tidak mencapai kesepakatan, PP tetap
berlaku sampai habis masa berlakunya.

Perjanjian Kerja Khusus (PKK)


1. Pengertian Perjanjian Kerja Khusus (PKK)
Perjanjian kerja tdk akan terlepas dari hubungan kerja. Hubungan kerja
merupakan akibat dari peristiwa hukum yang bernama perjanjian kerja. Dalam
UU No. 13 tahun 2003, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yg memiliki unsur
pekerjaan, upah, dan perintah.
Dengan demikian, perjanjian kerja adalah peristiwa hukum sebagai unsur
paling mendasar dalam bentuknya hubungan kerja, yaitu hubungan hukum
antara pekerja dengan pengusaha.
2. Elemen Hubungan Kerja
− Pengusaha sebagai pemberi kerja
− Pekerja/buruh sebagai pelaksana kerja
− Perjanjian kerja
− Pekerjaan
− Upah
− Perintah
Keenam elemen merupakan persyaratan mutlak harus ada, apabila salah satu
elemen tdk ada, maka tidak memenuhi kualifikasi sebagai suatu hubungan
kerja. Sebagai bukti kepastian hukum pada status hubungan antara pengusaha
dengan pekerja, menjadi dasar timbulnya hak dan kewajiban, serta mulai dan
berakhirnya hubungan kerja.
3. Hukum Perdata
− Azas prinsipnya menggunakan hukum perdata khususnya hukum perjanjian
− Diatur juga dalam UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 Pasal 50 - Pasal
66.
− Dari keenam elemen, lima unsur sebagai subyek dan obyek hukum, dan yang
satu adalah perjanjian kerja merupakan peristiwa hukum yang menentukan
akibat hukum yaitu hubungan kerja.
4. Subjek Hukum Ketenagakerjaan
− Pengusaha/majikan (sebagai pemberi kerja/subjek hukum
perorangan) - Pekerja/buruh (sebagai pekerja/subjek hukum
perorangan)
− Organisasi pekerja dan organisasi pengusaha (subjek hukum badan)
5. Objek Hukum Ketengakerjaan
Objek Material
Proses kerja manusia bersifat sosial ekonomi, dalam bentuk hasil kerja dan
pertambahan nilai. Keuntungan perusahaan dan upah
Objek Formal
Kompleksitas hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha yang
terbentuk melalui perjanjian kerja, yang hubungan tersebut dinamakan
hubungan kerja
6. Syarat Sahnya Perjanjian Kerja
Menurut hukum kontrak versi Anglo Saxon
a. Penawaran (offer) dan penerima (acceptance)
b. Kesesuaian kehendak (meeting of minds)
c. Prestasi/janji (consideration)
d. Kewenangan hukum para pihak (competent legal parties) dan pokok
persoalan yang sah (legal subject matter)
Menurut hukum Eropa Kontinental, pasal 1230 KUH Perdata
a. Kesepakatan kedua belah pihak (toesteming/ijin)
b. Kecapakan/kewenangan bertindak untuk melakukan perbuatan
hukum
c. Objek perjanjian (onderwerpderovereenskomst)
d. Kuasa yang halal (geoorloofde oorzaak)
7. Unsur-unsur Perjanjian
a. Unsur inti atau pokok perjanjian yang sifatnya mutlak keberadaanya, bila
tidak ada jadi tidak sah perjanjianya
b. Unsur bukan inti yaitu ada 2, diantaranya:
− Naturalia, yaitu bagian perjanjian yang mengatur para pihak
− Aksidentalia, bagian tambahan yang bersifat mengikat para pihak
8. Azas Perjanjian
− Kebebasan berkontak
− Konsesualisme
− Kepercayaan
− Kekuatan mengikat
− Persamaan dalam hukum
− Keseimbangan
− Kepastian hukum
− Moral
− Kepatutan
− Kebiasaan
Minimal 3 Azas Penting :
a. Azas konsensualisme, harus ada kesepakatan oleh para pihak dan tidak ada
unsur paksaan
b. Azas kekuatan mengikat, perjanjian harus mengikat para pihak dan tidak
dapat dibatalkan atau ditarik oleh salah satu pihak
c. Azas kebebasan berkontrak, para pihak bebas dan tidak perlu terikat pada
bentuk perjanjian tertentu, kecuali:
d. Dilarang oleh UU
e. Tidak bertentangan dengan UU
f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum
9. Perjanjian Kerja Menurut Masa Berlakunya
Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) Pasal 57-59 sebagai berikut:
a. Didasarkan pada jangka waktu tertentu atau selesainya suatu pekerjaan
b. Harus dibuat secara tertulis
c. Tidak mensyratkan masa percobaan kerja
d. Hanya digunakan untuk pekerjaan tertentu yang menurut sifat pekerjaanya
akan selesai dalam kurun waktu tertentu
- Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara
- Penyelesaianya paling lama 3 tahun
- Bersifat musiman
e. Berhubungan dengan produk baru, tambahan, percobaan atau penjajakan
Masa perjanjian paling lama 2 tahun dengan perpanjangan satu kali setahun
f. Pembaharuan harus melewati tenggang waktu 30 hari (hanya untuk satu
kali) paling lama 2 tahun.
Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWT) Pasal 60-63 sebagai berikut:
a. Dapat mensyaratkan masa percobaan paling lama 3 bulan
b. Selama masa percobaan upahnya dibawah UM
c. Mengatur tentang berakhirnya perjanjian kerja
d. Jika perjanjian kerja dibuat secara lisan, maka harus dibuat surat
pengangkatan kerja
Pembagian Perjanjian Kerja Menurut Cara Pekerjaan Dilaksanakan
- Perjanjian kerja biasa, Pasal 60-63, antara pekerja dengan pengusaha, memuat
syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak (PKWT dan PKWTT).
- Perjanjian pemborongan pekerjaan, Pasal 65, adalah bentuk perjanjian yang
dilakukan oleh satu perusahaan untuk menyerahkan sebagian pekerjaan pada
dan untuk dilaksanakan oleh perusahaan lainnya.
- Subjek hukumnya bukan antara badan dengan pekerja, tapi antara badan
dengan badan.
- Beda dengan perjanjian kerja pada umumnya, karena obyek yang diperjanjikan
sebagian pekerjaan
Syarat Perjanjian Pemborongan
- Perjanjian harus tertulis
- Ada pembatasan jenis-jenis pekerjaan yang dapat diserahkan (diborongkan) -
Persyaratan badan hukum bagi perusahaan pemborong pekerjaan -
Persyaratan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja yang
bekerja pada perusahaan pemborong pekerjaan.
- Perjanjian penggunaan pekerja dengan perusahaan penyedia jasa pekerja,
pasal 66:
• Perjanjian antara pengusaha dengan perusahaan penyedia
(outsourcing)
• Masuk dalam kualifikasi perjanjian korporasi
Syarat Perjanjian
- Pembatasan jenis-jenis pekerjaan yang dapat menggunakan pekerja dari
penyedia jasa pekerja
- Persyaratan perlindungan pekerja, perlindungan upah, syarat-syarat kerja,
serta penyelesaian perselisihan

Anda mungkin juga menyukai