Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TEORI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI dan TEORI PENETRASI SOSIAL

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi)

Dosen Pengampu: Harningsih

Disusun Oleh:

Kelompok 2, Kelas KAP, Ruang 632

FERY YULIANTO ( NIM. 2171500016 )

JURUSAN BROADCAST

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

JAKARTA

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan ―MAKALAH TEORI KOMUNIKASI ANTAR
PRIBADI‖ ini. Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen pengampu atas
kebijaksanaan dan kesediaannya dalam membimbing sehingga ―Makalah Teori
Komunikasi Antar Pribadi‖. Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu
maupun dari segi penyampaian yang menjadikan ―Makalah Teori Komunikasi Antar
Pribadi‖ ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan darisemua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Juni 2022

Kelompok II, Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 5

2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ............................................................... 5

2.2 Komponen-Komponen Komunikasi Antar Pribadi........................................... 7

2.3 Ciri- Ciri Komunikasi Antar Pribadi.................................................................. 8

2.4 Sifat-Sifat Komunikasi Antar Pribadi ................................................................ 10

2.5 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi...................................................................... 10

2.6 Proses Komunikasi Antar Pribadi ...................................................................... 11

2.7 Macam-Macam Bentuk Komunikasi Antar Pribadi ......................................... 12

2.8 Pesan Komunikasi Antar Pribadi ....................................................................... 13

2.9 Pengertian Teori Penetrasi Sosial....................................................................... 14

2.10 Asumsi Teori Penetrasi Sosial.......................................................................... 15

2.11 Model Teori Sosial Penetrasi ........................................................................... 15

2.12 Tahapan Proses Penetrasi Sosial ...................................................................... 19

iii
2.13 Contoh Kasus Teori Sosial Penetrasi ............................................................... 19

2.14 Kelemahan dan Kekuatan Teori Penetrasi Sosial ........................................... 20

2.15 Kritik terhadap Teori Penetrasi Sosial ............................................................. 20

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 22

3.1 Kesimpulan Teori Komunikasi Antar Pribadi ................................................... 22

3.1 Kesimpulan Teori Penetrasi Sosial .................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 24

DAFTAR GAMBAR

1.1 Visualisasi Proses komunikasi Interpersonal .................................................... 6

2.1 Visualisasi Unsur Bawang Merah ...................................................................... 15

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia atau seseorang selain sebagai makhluk individu, juga sebagai makhluk
sosial yang berarti makhluk yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan interaksi
dengan orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Hal yang demikian memang sudah
menjadi qodrat manusia yang dibawa sejak lahir. Manusia akan selalu hidup bersama
dengan manusia lainnya. Hidup bersama antar manusia berlangsung dalam berbagai
bentuk komunikasi dan situasi yang mempengaruhinya. Untuk itu manusia dikenal
dengan sebutan insan komunikasi.
Sebagai insan komunikasi, penting sekiranya kita mempelajari mengenai
fenomena yang terjadi dalam proses perubahan komunikasi. Tujuannya adalah agar
terwujudnya komunikasi yang efektif. Komunikasai berawal dari gagasan yang ada
pada diri seseorang yang diolah menjadi pesan kemundian pesan tersebut disampaikan
dan mendapat tanggapan. Dari proses komunikasi itu, secara teknis pelaksanaannya,
komunikasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan
melalui media tertentu kepada orang lain (Hardjana, 2007: 11). Berkomunikasi sangat
dominan dilakukan dalam kehidupan manusia, terutama komunikasi antarpribadi sangat
sering dilakukan. Dimana proses komunikasi yang terjadi antar individu-individu dan
biasanya terjadi antara dua orang secara langsung.
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yakni komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap seseorang
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal
(Mulyana, 2005: 73). Komunikasi antarpribadi akan efektif jika menimbulkan efek
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikator.
Berdasarkan penjelasan di atas, sangat penting kiranya sebagai calon guru
bimbingan dan konseling/ konselor memahami komunikasi antarpribadi agar kegiatan
konseling yang dilaksanakan nantinya dapat berjalan dengan baik dan efisien. Oleh

Universitas Budi Luhur Page 1


karena itu, penulis tertarik membahas komunikasi antarpribadi dalam makalah ini yang
kemudian akan dibahas pada bab selanjutnya.

Sebagai salah satu dari sekian banyak ilmu sosial, maka ilmu komunikasi
mengkhususkan kajiannya pada fenomena human communication. Fenomena tersebut,
dalam telaah aspek ontologis pada filsafat ilmu komunikasi disebut sebagai obyek
forma ilmu, yakni obyek formanya ilmu komunikasi.
Fenomena human communication sendiri menurut Littlejohn terjadi pada
beberapa level (konteks). Konteks tersebut terdiri dari : (1) interpersonal, (2) group, (3)
public or rhetoric, (4) organizational dan (5) mass. Interpersonal communication deals
with communication between people, usually in face to face, private settings. Group
communication relates to the interaction of people in small groups, ususally in decision-
making settings. Group communication necessarily involves interpersonal interaction,
and most of the theories of interpersonal communication apply also at the group level.
Public communication, traditionally focuses on the public presentation of discourse.
Organizational communication occurs in large cooperative networks and includes
virtually all aspects of both interpersonal and group communication. It encompasses
topics such as the structure and function of organizations, human relations,
communication and the process of organizing and organizational culture. Mass
communication deals with public communication, usually mediated. Many aspects of
interpersonal, group, public and organizational communication are involved in the
process of mass communication (Littlejohn, 2005 : 11).
Terhadap sejumlah konteks terjadinya fenomena human communication itu,
menurut catatan Gayatri (2006) para akademisi komunikasi telah berhasil merumuskan
ratusan teori komunikasi. Dari jumlah tersebut, maka rumusan teori lebih banyak
berasal dari hasil studi terhadap fenomena human communication pada level mass,
dengan mana satu di antaranya yang sangat populer yaitu agenda.
setting theory. Sementara yang paling sedikit yaitu rumusan teori dari hasil studi
terhadap fenomena pada level interpersonal. Salah satu teori komunikasi yang tergolong
sebagai teori yang berupaya menjelaskan fenomena human communication pada level

Universitas Budi Luhur Page 2


interpersonal, yaitu teori penetrasi sosial atau Social Penetration Theory. Teori ini
dikemukakan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor (Lihat, Griffin, 2003).
Keduanya melakukan studi yang ekstensif dalam suatu arena mengenai ikatan
sosial pada berbagai macam tipe pasangan. Teori mereka menggambarkan suatu pola
pengembangan hubungan, sebuah proses yang mereka identifikasi sebagai penetrasi
soial. Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-
individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim.
Keintiman tersebut ialah lebih dari sekedar keintiman fisik, dimensi lain dari keintiman
termasuk intelektual dan emosional, dan hingga pada batasan-batasan dimana pasangan
melakukan aktivitas bersama (West & Turner, 2006). Proses penetrasi sosial karenanya
mencakup didalamnya perilaku verbal (kata-kata yang kita gunakan), perilaku non
verbal (postur tubuh kita, sejauh mana kita tersenyum, dan sebagainya), dan perilaku
yang berorientasi pada lingkungan (ruang antara komunikator, objek fisik yang ada
didalam lingkungan, dan sebagainya).
Irwin Altman dan Dalmas Taylor menyatakan bahwa hubungan mengikuti suatu
trayek (trajectory) atau jalan setapak menuju pendekatan. Selanjutnya mereka
mengatakan bahwa hubungan bersifat teratur dan dapat diduga dalam
perkembangannya. Karena hubungan adalah sesuatu yang penting dan ―sudah ada
dalam hati kemanusiaan kita‖ (Rogers & Escudero, 2004, hal, 3).
Diskusi awal mengenai Teori Penetrasi Sosial dimulai pada tahun 1960-an dan
1970-an, era dimana membuka diri dan berbicara terus terang dianggap sebagai strategi
hubungan yang penting.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian komunikasi antar pribadi?
2. Apa saja komponen-komponen yang ada dalam komunikasi antar pribadi?
3. Bagaimana ciri-ciri komunikasi antar pribadi?
4. Bagaimana sifat-sifat komunikasi antar pribadi?
5. Apakah fungsi dari komunikasi antar pribadi?

Universitas Budi Luhur Page 3


6. Bagaimana proses komunikasi antar pribadi?
7. Bagaimana macam-macam bentuk komunikasi antar pribadi?
8. Apa saja bentuk pesan komunikasi antar pribadi?
9. Apa arti dari teori penetrasi sosial?
10. Apa saja asumsi dari teori penetrasi sosial?
11. Bagaimana model teori penetrasi sosial?
12. Bagaimana tahapan teori penetrasi sosial?
13. Apa contoh kasus dari teori penetrasi sosial?
14. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori penetrasi sosial?
15. Bagaimana kritik terhadap teori penetrasi sosial?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan:
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian komunikasi antarpribadi.
2. Agar mahasiswa memahami komponen-komponen yang ada dalam komunikasi
antarpribadi.
3. Agar mahasiswa mengetahui ciri-ciri komunikasi antarpribadi.
4. Agar mahasiswa mengetahui sifat-sifat komunikasi antarpribadi.
5. Agar mahasiswa memahami fungsi dari komunikasi antarpribadi.
6. Agar mahasiswa mengetahui proses komunikasi antarpribadi.
7. Agar mahasiswa mengetahui macam-macam bentuk komunikasi antarpribadi.
8. Agar mahasiswa mengetahui bentuk pesan komunikasi antarpribadi.
9. Mengetahui pengertian dari teori penetrasi sosial.
10. Untuk memahami asumsi atau isi dari teori penetrasi sosial.
11. Untuk mengetahui model dari teori penetrasi sosial.
12. Untuk memahami tahapan – tahapan dari teori penetrasi sosial.
13. Untuk mengetahui dan menganalisis contoh kasus dari teori penetrasi sosial.
14. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori penetrasi sosial.
15. Untuk mengetahui kritik terhadap teori penetrasi sosial.
16. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi.

Universitas Budi Luhur Page 4


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi


Little john memberikan definisi komunikasi antar pribadi adalah komunikasi
antar individu-individu. Agus M. Hardjana mengatakan, komunikasi antar pribadi
adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan dapat
menanggapai secara langsung. Arni Muhammad mengatakan komunikasi antarpribadi
adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan orang lain yang dapat
langsung diketahui balikannya. Berbeda dengan Deddy Mulyana yang mengungkapkan
bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal maupun nonverbal (dalam Suranto, 2011: 3).
Jurgen Ruesch dan Gregory Beteson (dalam Kincaid dan Schramm, 1997: 49)
mengungkapkan bahwa komunikasi antarpribadi ditandai oleh adanya tindakan
pengungkapan oleh seseorang pengamatan secara sadar ataupun tidak terhadap tindakan
yang dilakukan oleh pihak lain, dan kemudian melakukan kembali bahwa tindakan yang
pertama sudah diamatai oleh pihak lain. Kesadaran akan pengamatan merupakan
kejadian yang mengisyaratkan terciptanya jalinan antar-pribadi.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka komunikasi antarpribadi sesungguhnya
baru akan tercipta kalau terdapat kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan
masing-masing pihak dan memberikan respon atas keadaan tersebut sebagaimana sifat
komunikasi, maka hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap saling
memperhatikan, saling memahami, penuh pengertian dan keakraban. Pemahaman yang
dimaksud tidak hanya terjadi pada materi komunikasi, tetapi juga pada pemahaman
terhadap keunikan pribadi masing-masing. Kesadaran akan perbedaan-perbedaan inilah
yang memungkinkan komunikasi itu menjadi tumbuh dan berkembang. Komunikasi
seperti ini akan berbeda dengan suasana komunikasi yang dilakukan dalam situasi lain,
misalnya komunikasi antara pembayar rekening listrik dengan pelayan di kantor PLN
atau komunikasi antar pembeli dengan penjual di pasar. Dua contoh komunikasi ini,

Universitas Budi Luhur Page 5


tidak mungkin akan tumbuh dan berkembang sebagaimana komunikasi antarpribadi,
karena jalinan hubungan untuk menjadi akrab tidak menjadi tekanan utama. Yang
menjadi perhatian pada dua contoh komunikasi ini hanyalah pada pemahaman materi
komunikasi.

Gambar 1.1 :Visualisasi Proses komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarpribadi pada hakikatnya adalah suatu proses atau transaksi dan
interaksi. Transaksi mengenai gagasan ide, pesan, simbol, informasi, atau messege.
Sedangkan istilah interaksi mengesankan adanya suatu tindakan yang berbalaskan.
Terdapat tiga pendekatan utama mengenai pemikiran komunikasi antarpribadi
(Wiryanto, 2004: 32-35):
1. Pemikiran Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Komponen-Komponen
Utamanya.
Pemikiran ini diawali oleh Bittner yang menerangkan bahwa komunikasi
antarpribadi berlangsung apabila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-
kata kepada penerima, dengan menggunakan medium suara manusia (human
voice). Sementara Barnlund mendifinisikan komunikasi antrapribadi sebagai
pertemuan antara dua, tiga orang, atau beberapa orang yang terjadi secara spontan
dan tidak berstruktur. Barnlund (dalam Liliweri, 1991: 34) mengemukakan
beberapa ciri untuk mengenali komunikasi antarpribadi: (1) bersifat spontan, (2)
tidak mempunyai struktur, (3) terjadi secara kebetulan, (4) tidak mengejar tujuan
yang telah direncanakan, (5) identitas keanggotaan tidak jelas, (6) dapat terjadi
hanya samba lalu.

Universitas Budi Luhur Page 6


2. Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Hubungan Diadik
Hubungan diadik dimaksudkan sebagai komunikasi yang berlangsung diantara
dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Pemikiran mengenai
bentuk hubungan diadik dikemukakan oleh Laing, Phillipson, dan Lee, mereka
menyatakan bahwa untuk memahami prilaku seseorang, harus mengikutsertakan
paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama.
Hubungan diadik ini harus menggambarkan interaksi dan pengalaman bersama
mereka. Thenholm dan Jensen mendifinisikan komunikasi antarpribadi sebagai
komunikasi antara dua orang yang berlanngsung secara tatap muka, kata lain dari
komunikasi ini adalah diadik.
3. Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Pengembangannya
Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai perkembangan dari komunikasi
interpersonal pada satu sisi, menjadi komunikasi pribadi atau intim disisi lain. Oleh
karena itu derajat hubungan antarpribadi turut berpengaruh terhadap keluasan dan
kedalaman informasi yang dikomunikasikan, sehingga memudahkan perubahan
sikap.

2.2 Komponen-Komponen Komunikasi Antarpribadi


Secara sederhana proses komunikasi akan berjalan lancar apabila adanya
pengirim atau komunikator yang menyampaikan informasi berupa lambang verbal
maupun nonverbal kepada penerima atau komunikan dengan menggunakan medium
suara manusia atau tulisan. Wiryanto (2004: 7) berasumsi bahwa proses komunikasi
antarpribadi memiliki komponen-komponen komunikasi yang saling
berkesinambungan. Antara lain:
1. Sumber/ komunikator, adalah orang yang mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. Yakni orang yang menyampaikan pesan, baik secara emosional
maupun informasional kepada orang lain.
2. Encoding, merupakan suatu aktifitas seorang komunikator dalam menciptakan
pesan melalui simbol-simbol verbal atau non verbal yang disusun berdasarkan
aturan tata bahasa, dan karakteristik komunikan.

Universitas Budi Luhur Page 7


3. Pesan, merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik
verbal maupun nonverbal yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk
disampaikan kepada komunikan.
4. Saluran/ media, merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber kepada
penerima. Dalam komunikasi antarpribadi penggunaan saluran atau media Karena
situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan secara tatap muka.
5. Penerima/ komunikan, adalah seseorang yang menerima, dan menginterpretasi
pesan. Dalam komunikasi antarpribadi komunikan bersifat aktif, selain menerima
komunikan juga menginterpretasi dan memberikan umpan balik kepada
komunikator.
6. Decoding, merupakan kegiatan menerima pesan. Melalui indera, penerima dapat
bermacam-macam data dalam bentuk kata-kata atau simbol-simbol yang harus
diubah berdasarkan pengalaman-pengalaman yang mengandung makan.
7. Respon, merupakan suatu tanggapan yang dilakukan oleh penerima atau komunikan
setelah menerima pesan dari pengirim atau komunikator.
8. Gangguan (noise), merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau
penyampaian atau penerimaan pesan. Noise dapat terjadi di komponen-komponen
manapun dari sistem komunikasi.
9. Konteks komunikasi, terbagi menjadi 3 dimensi yaitu: ruang, waktu, dan nilai.
Konteks ruang menunjukkan pada lingkungan tempat terjadinya komunikasi.
Waktu, menunjukkan pada waktu kapan komunikasi terjadi. Dan nilai meliputi nilai
sosial dan nilai budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi.

2.3 Ciri- Ciri Komunikasi Antar Pribadi


Joseph A. Devito (dalam Liliweri, 1991: 13) mengemukakan ciri-ciri
komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu:
1. Keterbukaan (openness)
Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam
menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek
dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif
harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan

Universitas Budi Luhur Page 8


segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi
biasanya tidak membantu komunikasi. Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk
membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut dan wajar. Aspek kedua mengacu pada kesediaan
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang
yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan
yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator
ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi
secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan
perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran
yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.
2. Empati (empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan
bagi orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik
secara verbal maupun nonverbal.
3. Dukungan (supportiveness)
Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan
interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung.
Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan
evaluatif, spontan bukan strategik.
4. Rasa Positif (positiveness)
Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain
lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk
interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan (equality)
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada
pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan

Universitas Budi Luhur Page 9


mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita
untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain.

2.4 Sifat-Sifat Komunikasi Antar Pribadi


Terdapat tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua
orang merupakan komunikasi antarpribadi. Menurut Liliweri (1991: 30-31) sifat-sifat
komunikasi antarpribadi itu adalah:
1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal.
2. Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan.
3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis.
4. Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan
koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
5. Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik.
6. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.
7. Komunikasi antarpribadi di dalamnya melibatkan bidang persuasif.

2.5 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi


Fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan
(human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi
ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.
Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat berusaha membina hubungan yang
baik dengan individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-
konflik di antara individu-individu tersebut (Cangara, 2005: 56).
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena
manusia dapat menggunakan kelima alat inderanya untuk memberikan stimuli sebagai
daya bujuk pesan yang dikomunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang
paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga
kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-
muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan

Universitas Budi Luhur Page 10


komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi
tercanggih pun.

2.6 Proses Komunikasi Antarpribadi


Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya
kegiatan komunikasi. Secara sederhana proses komunikasi digambarkan sebagai proses
yang menghubungkan pengirim dengan penerima pesan. Proses tersebut terdiri dari 6
langkah, sebagai berikut (Inayah, 2014):
1. Keinginan berkomunikasi. Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk
berbagi gagasan dengan orang lain.
2. Encoding oleh komunikator. Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi
pikiran atau gagasan ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya.
3. Pengiriman pesan. Untuk menyampaikan pesan kepada komunikan seorang
komunikator memilih saluran komunikasi seperti telepon, SMS, Surat, E-Mail dan
lain-lain.
4. Decoding oleh komunikan. Merupakan kegiatan internal dalam diri penerima.
Dalam hal ini decoding adalah proses memahami pesan.
5. Umpan balik. Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan
respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini seorang komunikator dapat
mengevaluasi keefektifitasan komunikasi.
Menurut Effendy (2004: 6) hal yang paling penting dari proses komunikasi
adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan dapat menimbulkan
dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat di
klasifikasikan menurut kadarnya, yakni:
a. Dampak Kognitif, yaitu ditimbulkan pada komunikan yang menyebabkan dia
menjadi tahu atau meningkat intelektualnya.
b. Dampak Afektif, disini tujuan komunikator tidak hanya sekedar supaya komunikan
tahu, namun tergerak hati komunikan tersebut, seperti rasa iba, terharu, sedih,
gembira, marah dan lain-lain.
c. Dampak Behavioral, yaitu dampak yang paling tinggi kadarnya. Yakni dampak
yang timbul pada komunikan dalam bentuk, prilaku, tindakan atau kegiatan.

Universitas Budi Luhur Page 11


2.7 Macam-Macam Bentuk Komunikasi Antarpribadi
Ada beberapa bentuk komunikasi antarpribadi yang bisa dilakukan dalam proses
komunikasi antarpribadi, diantaranya sebagai berikut (Hardjana, 2007: 104-120):
1. Dialog
Dialog berasal dari bahasa Yunani yaitu dia yang artinya antara, bersama.
Sedangkan legein artinya berbicara, menukar pikiran, dan gagasan bersama. Dialog
sendiri merupakan percakapan yang memiliki maksud untuk saling mengerti,
memahami, dan mampu menciptakan kedamaian dalam bekerjasama untuk
memenuhi kebutuhannya. Dialog yang dilakukan dengan baik akan membuahkan
hasil yang banyak, baik pada tingkat pribadi, yang dapat meningkatkan sikap saling
memahami, dan menerima, serta mengembangkan kebersamaan dan hidup yang
damai serta saling menghormati.
2. Sharing
Sharing merupakan bertukar pendapat, berbagi pengalaman, merupakan
pembicaraan antara dua orang atau lebih, dimana pelaku komunikasi saling
menyampaikan apa yang pernah dialaminya dan hal itu menjadi bahan
pembicaraannya. Dan berakibat saling tukar pengalaman. Dengan bentuk sharing
dalam komunikasi antarpribadi dapat memanfaatkan untuk memperkaya
pengalaman diri dengan berbagai masukan yang bisa diambil.
3. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan mencapai sesuatu. Pihak
yang mengikuti komunikasi dalam bentuk wawancara ini saling berperan aktif
dalam pertukaran informasi. Dalam wawancara berlangsung baik yang
mewawancarai atau yang diwawancarai keduanya terlibat dalam proses komunikasi
dengan saling berbicara, mendengar, dan menjawab.
4. Konseling
Bentuk komunikasi antarpribadi yang satu ini lebih banyak di pergunakan didunia
pendidikan, perusahaan untuk masyarakat. Bentuk ini biasanya digunakan untuk
menjernihkan masalah orang yang meminta bantuan (konseli) dengan
mendampinginya dalam melihat masalah, memutuskan masalah, menemukan cara-

Universitas Budi Luhur Page 12


cara memecahkan masalah yang tepat, dan memungkinkan untuk mencari cara yang
tepat untuk pelaksanaan keputusan tersebut.

2.8 Pesan Komunikasi Antarpribadi


Terjadinya sebuah proses komunikasi, pesan yang disampaikan oleh seorang
komunikator dapat berupa pesan verbal yakni dengan menggunakan kata-kata atau
ucapan sedangkan pesan nonverbal yakni dengan tanpa kata-kata atau bahasa tubuh,
isyarat, dan simbol. Pesan yang dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal,
sedangkan komunikasi yang pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi
nonverbal.
1. Komunikasi verbal
Semua simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Pengertian verbal sendiri
adalah lisan antar manusia lewat kata-kata dan simbol umum yang sudah disepakati
antara individu, kelompok, dan Negara.
Jadi komunikasi verbal adalah komunikasi manusia yang menggunakan kata-kata secara
lisan dan dilakukan oleh manusia lain. Sehingga menjadi sarana utama menyatukan
pikiran, pesan dan maksud kita. Komponen-komponen komunikasi verbal adalah suara,
kata-kata, berbicara, dan bahasa. Suatu sistem kode disebut bahasa. Bahasa adalah suatu
system dari lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh
masyarakat. Tata bahasa meliputi tiga unsur, fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi
merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan
pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan
tentang arti kata-atau gabungan kata-kata (Marhaeni, 2009: 110).
2. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan
tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non verbal adalah menggunakan
bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata. Menurut Larry
A.Samovar dan Richard A.Porter, komunikasi nonverbal mencakup perilaku yang
disengaja dan tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara
keseluruan, kita mengirimkan banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-
pesan tersebut bermakna bagi orang lain (Mulyana, 2007: 343).

Universitas Budi Luhur Page 13


Menurut Hardjana (2007: 22-27) komunikasi nonverbal merupakan jenis
komunikasi yang lebih tua dari komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal lebih banyak
di gunakan oleh manusia dari pada komunikasi verbal, karena secara otomatis orang
yang berkomunikasi verbal pasti menggunakan komunikasi nonverbal. Komunikasi
nonverbal dapat berbentuk bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan (action), dan objek.
Bahasa tubuh dapat berupa gerak kepala, raut wajah, gerak tangan, gerak-gerik tubuh
mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak dan sikap orang.
Tindakan (action) merupakan penghantar makna, misalnya menggerakkan meja dalam
berbicara, menutup pintu keras-keras saat meninggalkan rumah, menekan gas mobil
keras-keras. Semua itu mengandung makna tersendiri. Sedangkan yang dimaksud objek
yakni menggantikan kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya pakaian,
rumah, perabotan rumah, harta benda, kendaraan dan hadiah.

2.9 Pengertian Teori Penetrasi Sosial


Teori Penetrasi sosial adalah teori yang membahas bagaimana perkembangan
kedekatan dalam sebuah hubungan. Sebelum mengupas proses ini, kita harus terlebih
dahulu memahami kompleksitas manusia. Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh
Irwin Altman & Dalmas Taylor (1973). Teori penetrasi sosial secara umum membahas
tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Teori yang menjelaskan proses
terjadinya pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran
sosial. Terdapat 3 level, yaitu artificial level (awal hubungan), intimate level (hubungan
dalam proses), very intimate level (hubungan yg lebih intim). Di sini dijelaskan
bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses
gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa
Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
The social penetration theory menyatakan bahwa berkembangnya hubungan-
hubungan itu, bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal, mulai dari tingkatan
yang bukan bersifat inti menuju ke tingkatan yang terdalam, atau ke tingkatan yang
lebih bersifat pribadi. Dengan penjelasan ini, maka teori penetrasi sosial dapat diartikan
juga sebagai sebuah model yang menunjukkan perkembangan hubungan, yaitu proses di
mana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi.

Universitas Budi Luhur Page 14


Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan
kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu
untuk berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui proses
―gradual and orderly fashion from superficial to intimate levels of exchange as a
function of both immediate and forecast outcomes.‖
Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya
adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian,
bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi lapisan-lapisan informasi
mengenai diri masing-masing. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan
menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.

2.10 Asumsi Teori Penetrasi Sosial


1. Hubungan-hubungan memiliki kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi.
3. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.
4. Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan.

2.11 Model Teori Sosial Penetrasi


(Altman & Taylor, 1973)

Gambar 2.1: Visualisasi Unsur Bawang Merah

Universitas Budi Luhur Page 15


1. Tahap Pertama (Lapisan Pertama Atau Terluar Kulit Bawang)
Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi
publik, apa yang biasa kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak ditutup-
tutupi. Dan jika kita mampu melihat lapisan yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana
ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan kepribadian yang lebih
bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja,
orang terdekat misalnya. maka informasinya bersifat superficial. Informasi yang
demikian wujudnya antara lain seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya.
Biasanya informasi demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang
yang baru kita kenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi.

2. Tahap Kedua (Lapisan Kulit Bawang Kedua)


Tahap kedua (lapisan kulit bawang kedua) disebut dengan tahap pertukaran
afektif eksploratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan
perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam
tahap tersebut, di antara dua orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak
mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-
masing. Misalnya kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya.

3. Tahap Ketiga (Lapisan Kulit Bawang Ketiga)


Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap pertukaran afektif. Pada
tahap ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi, misalnya tentang
informasi menyangkut pengalaman-pengalaman privacy masing-masing. Jadi, di sini
masing-masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri yang sifatnya lebih
pribadi, misalnya seperti kesediaan menceritakan tentang problem pribadi. Dengan kata
lain, pada tahap ini sudah mulai berani ―curhat‖.

4. Tahap Ke empat (Lapisan Kulit Bawang Keempat)


Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga dengan
tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim dan
memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-tindakan dan respon

Universitas Budi Luhur Page 16


mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan sudah sangat dalam
dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri,
atau perasaan emosi terdalam.
Kedekatan kita terhadap orang lain, menurut Altman dan Taylor, dapat dilihat
dari sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian tadi. Dengan
membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang kita
miliki artinya kita membiarkan orang tersebut untuk semakin dekat dengan kita. Taraf
kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat dari sini.
Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan
beberapa penjabaran sebagai berikut:
Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada
lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-
hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan
tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita
berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan
semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam
wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik),
terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu
hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan
keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk
ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat,
tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal
balik.
Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika
semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah ―langsung
akrab‖. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan
biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai
tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan
kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika

Universitas Budi Luhur Page 17


ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih
stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama.
Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar.
Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan
berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak
secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin
memudar.
Dalam teori penetrasi sosial, kedalaman suatu hubungan adalah penting. Tapi,
keluasan ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa
hal tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat
dengan kita. Akan tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri dalam hal pribadi
yang lainnya. Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat
terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang lainnya.
Karena hanya ada satu area saja yang terbuka bagi orang lain (misalkan urusan
asmara tadi), maka hal ini menggambarkan situasi di mana hubungan mungkin bersifat
mendalam akan tetapi tidak meluas (depth without breadth). Dan kebalikannya, luas
tapi tidak mendalam (breadth without depth) mungkin ibarat hubungan ―halo,
apakabar?‖, suatu hubungan yang biasa-biasa saja. Hubungan yang intim adalah di
mana meliputi keduanya, dalam dan juga luas.
Keputusan tentang seberapa dekat dalam suatu hubungan menurut teori penetrasi
sosial ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah perkenalan
dengan seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi dalam hubungan
kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan dalam hubungan
(index of relational satisfaction). Begitu juga yang orang lain tersebut terapkan ketika
berhubungan dengan kita. Jika hubungan tersebut sama-sama menguntungkan maka
kemungkinan untuk berlanjut akan lebih besar, dan proses penetrasi sosial akan terus
berkelanjutan.
Altman dan Taylor merujuk kepada pemikiran John Thibaut dan Harold Kelley
(1952) tentang konsep pertukaran sosial (social exchange). Menurut mereka dalam
konsep pertukaran sosial, sejumlah hal yang penting antara lain adalah soal relational
outcomes, relational satisfaction, dan relational stability.

Universitas Budi Luhur Page 18


Thibaut dan Kelley menyatakan bahwa kita cenderung memperkirakan
keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu hubungan atau relasi dengan
orang lain sebelum kita melakukan interaksi. Kita cenderung menghitung untung-rugi.
Jika kita memperkirakan bahwa kita akan banyak mendapatkan keuntungan jika kita
berhubungan dengan seseorang tersebut maka kita lebih mungkin untuk membina relasi
lebih lanjut.

2.12 Tahapan Proses Penetrasi Sosial


Orientasi: membuka sedikit demi sedikit
Merupakan tahapan awal dalam interaksi dan terjadi pada tingkat publik. Disini
hanya sedikit dari kita yang terbuka untuk orang lain.
• Pertukaran penjajakan afektif: munculnya diri
Dalam tahap ini, merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-
aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.
• Pertukaran afektif: komitmen dan kenyamanan
Ditandai dengan persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dalam tahap
ini, termasuk interaksi yang lebih ―tanpa beban dan santai‖.
• Pertukaran stabil: kejujuran total dan keintiman
Tahap terakhir ini merupakan tahapan dimana berhubungan dengan pengungkapan
pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yangmengakibatkan munculnya
spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.

2.13 Contoh Kasus Teori Sosial Penetrasi


Mawar dan marwan awalnya tidak mengenali satu sama lain . Mawar sudah
lama melajang sedangkan marwan baru saja putus dengan kekasihnya , marwan merasa
sedih dan kesepian melajang seorang diri dan membutuhkan wanita sebagai pengganti
kekasihnya , lalu suci sebagai temannya marwan dan mawar mengenali mereka satu
sama lain.
Tidak beberapa lama mereka bertemu untuk saling mengenal satu sama lain.
Mereka bertemu dan mengobrol secara umum untuk pertama kalinya , lalu mereka
bertemu kembali karena merasa nyaman dan memiliki kecocokan. Setelah berkali – kali

Universitas Budi Luhur Page 19


bertemu Mawar, marwan membicarakan masalah hubungan mereka yang berawal dari
komunikasi superficial menjadi komunikasi yang lebih intim.

2.14 Kelemahan dan Kekuatan Teori Penetrasi Sosial


Kekuatan Teori Penetrasi Sosial
Salah satu kekuatan dalam teori ini adalah fakta bahwa ia dapat digunakan untuk
melihat wajah kedua untuk menghadapi interaksi interpersonal serta interaksi online
antara individu. kekuatan lain melibatkan kegunaan dari teori ini dalam memandang dan
menilai risiko dalam suatu hubungan interpersonal tergantung pada jenis hubungan serta
tingkat saat pengungkapan diri dan keintiman di dalamnya.
Kelemahan Teori Penetrasi Sosial
Kelemahan dari teori ini termasuk fakta bahwa faktor-faktor lain yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pengungkapan diri tidak dinilai. Budaya
dan karakteristik demografi seperti jenis kelamin, ras, usia, dan banyak lagi, akhirnya
mungkin memiliki efek pada bagaimana seseorang memilih untuk mengungkapkan
informasi. Selain itu, juga mungkin sulit untuk menggeneralisasi informasi yang dinilai
menggunakan teori ini karena fakta bahwa pengalaman tertentu, nilai-nilai, dan
keyakinan dari seorang individu juga mungkin memiliki efek pada cara di mana ia
memilih untuk mengungkapkan informasi.

2.15 Kritik terhadap Teori Penetrasi Sosial


Kritik terhadap teori penetrasi sosial adalah bahwa prediksi teori ini gagal
dibuktikan dengan data di lapangan. Misalnya, menurut teori penetrasi sosial, proses
timbal balik self-disclosure terjadi pada awal hubungan. Van Lear melihat bahwa self-
disclosure sering terjadi justru pada kawasan pertengahan pembicaraan semiprivat dari
proses penetrasi. Teori ini juga menysebutkan bahwa ketidakcocokan muncul sesuai
dengan kecepatan dari self-revelation (pembukaan rahasia) yang tidak terduga.
Namun John Berg menemukan bahwa teman sekamar di kampus dapat
memutuskan apakah mereka akan terus sekamar atau tidak, hanya dalam beberapa
minggu. Selain itu, teori ini menjelaskan bahwa suatu hubungan berakhir karena terjadi
kemunduran proses penetrasi di mana kedua belah pihak tidak lagi membagi hal-hal

Universitas Budi Luhur Page 20


yang bersifat pribadi dengan lawan bicaranya. Penemuan Betsy Tolstedt menunjukkan
bahwa self-disclosure seringkali meningkat secara dramatis justru di tahap final dari
kemerosotan hubungan.

Universitas Budi Luhur Page 21


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan Teori Komunikasi Antar Pribadi


Berdasarkan pada pembahasan bab 2, dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut:
1. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
2. Terdapat tiga pendekatan utama mengenai pemikiran komunikasi antarpribadi,
yaitu: pemikiran komunikasi antarpribadi berdasarkan komponen-komponen
utamanya, komunikasi antarpribadi berdasarkan hubungan diadik, dan komunikasi
antarpribadi berdasarkan pengembangannya.
3. Komunikasi antarpribadi memiliki komponen-komponen komunikasi yang saling
berkesinambungan. Antara lain: sumber/komunikator, encoding, pesan hasil
encoding, saluran/ media, penerima/ komunikan, decoding, respon, gangguan
(noise), dan konteks komunikasi.
4. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu: keterbukaan (openness),
empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), dan
kesetaraan (equality).
5. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi, yaitu di dalamnya melibatkan perilaku verbal
dan nonverbal, melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan, tidak statis
melainkan dinamis, melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan
koherensi, dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik,
merupakan suatu kegiatan dan tindakan, serta di dalamnya melibatkan bidang
persuasif.
6. Fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan
(human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi
ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang
lain.

Universitas Budi Luhur Page 22


7. Proses komunikasi antarpribadi, yaitu adanya keinginan untuk berkomunikasi,
encoding oleh komunikator, pengiriman pesan, Decoding oleh komunikan, dan
umpan balik.
8. Macam-macam bentuk komunikasi antarpribadi adalah dengan dialog, sharing,
wawancara dan konseling.
9. Pesan komunikasi antarpribadi terdiri dari pesan verbal yakni dengan menggunakan
kata-kata atau ucapan sedangkan pesan nonverbal yakni dengan tanpa kata-kata
atau bahasa tubuh, isyarat, dan simbol.

3.2 Kesimpulan Teori Penetrasi Sosial


Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial) telah muncul sejak lebih dari
30 tahun yang lalu.Altman dan Taylor telah mengemukakan sebuah model menggugah
rasa ingin tahu, untuk melihat perkembangan suatu hubungan. Karena kelahiran teori ini
pada masa dimanaketerbukaan adalah suatu budaya, SPT tidak lepas dari evaluasi para
ahli
Teori ini mengambarkan suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses
yang diidentifikasi sebagai penetrasi social. Penetrasi social merujuk pada sebuah
proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komuikasi superficial
menuju ke komunikasi yang lebih intim.

Universitas Budi Luhur Page 23


DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Effendy, Onong Uchjanaya. 2004. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.Hardjana, Agus. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius Media.
Kincaid, Lawrence dan Schramm, Wilbur. 2007. Asas-Asas Komunikasi Antarmanusia
(terjemahan: Agus Setiadi). Jakarta: LP3ES-EWCI.
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Marhaeni, Fajar. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: Graha ilmu.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi suatu pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Suranto, AW. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York:
McGraw-Hill, 2003, page 132—141
Littlejohn, Stephen W, 2005, Theories of Human Communication, eighth edition,
Thomson Learning Inc., Wadsworth, Belmont, USA.
Sztompka, Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial (alih bahasa oleh Alimandan), Prenada
Media, Jakarta: 2005
West, Richard; Turner, Lynn H; Introducing Communication Theory : Analysis and
Application (alih bahasa oleh Maria Natalia Damayanti Maer), Salemba
Humanika, Jakarta: 2008
http://ardhyanaandmediastudies.blogspot.com/2010/07/teori-penetrasi-sosial-irwin-
altman-dan.html
http://imran2001.multiply.com/journal/item/3?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2
Fitem

Universitas Budi Luhur Page 24

Anda mungkin juga menyukai