Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI

DOSEN PEMBIMBING:

Anisya Selvia, S.ST., M.Keb

NAMA KELOMPOK 4:

Syarifah Rosida Vyona Wifiarni Putri

Tasya Anggi Windayani

Try Mulyani Wulanndari

Trinita Mutiara Hafizatun Jannah

Viona Hartawan Nahrul Heza Nanda

Yumita Sri Wulanndari

SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

INSTITUT KESESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

TAHUN AJARAN 2021/ 2022


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjat kan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW.

Penulisan makalah berjudul Tantangan dan Hambatan dalam Komunikasi bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Efektif dalam Praktik Kebidanan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis agar
pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini
bisa memberikan manfaat bagi tenaga pelayanan kesehatan dan banyak pihak.

Batam, 28 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................................1
C. Manfaat.........................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................2

A. Tantangan dan Hambatan dalam Komunikasi..............................................................2


1. Tantangan Komunikasi...........................................................................................2
2. Pengertian Hambatan..............................................................................................3
3. Komponen Hambatan komunikasi..........................................................................3
4. Faktor Penghambat Komunikasi.............................................................................4
B. Tantangan Komunikasi dalam Keadaan Spesifik.........................................................4

BAB III PENUTUP................................................................................................................7

A. Kesimpulan...................................................................................................................7
B. Saran.............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, manusia dalam kehidupan sehari hari senantiasa berkomunikasi . Kegiatan
komunikasi merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk melakukan interaksi. Artinya
melalui aktivitas komunikasi, manusia dapat mengungkapkan perasaan dan keingintahuannya
serta saling berbagi cerita. Menuruk (Mulyana,2010:46) komunikasi merupakan aktivitas
dasar yang di lakukan manusia . Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris
berasal dari kata Latin communis yang berarti "sama". Komunikasi menyarankan bahwa satu
pikiran,satu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Berlianty, 2020).

Cara berkomunikasi dengan masing-masing orang pasti memiliki perbedaan. Termasuk cara
berkomunikasi anak terhadap orang tua, juga tentunya akan berbeda. Komunikasi anak
terhadap orang tua di kategorikan dalam konteks komunikasi antarpribadi. Menurut Devito
(Zuhri, 2009:82). Komunikasi interpersonal sebagai "proses pengiriman dan penerimaan
pesan antar dua atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika ". Berdasarkan defenisi DeVito, komunikasi interpersonal
dapat berlangsung antar dua orang yang sedang berdua duaan seperti suami istri yang sedang
berbincang-bincang,atau antar dua orang dalam suatu pertemuan,misalnya antar penyaji
makalah dengan salah seorang peserta seminar dan memberi nasehat kepada anaknya yang
nakal dan sebagainya.Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap
belaka,melainkan bentuk dari apa saja,misalnya interaksi,senyuman,anggukan kepala yang
membenarkan hati,sikap badan,ungkapan minat,sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya
pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi. (Zuhri, 2012).

Namun, dalam berkomunikasi tentunya akan di hadapi dengan berbagai macam tantangan
dan hambatan, untuk itu perlunya pengetahuan mengenai apa saja tantangan dan hambatan itu
serta dampak yang di timbulkan dari masalah tersebut. . Setelah itu barulah mencari solusi
yang sangat baik dalam mencegah terjadinya tantangan dan hambatan dalam berkomunikasi
sehingga pesan atau sesuatu yang di ingin di bicarakan tersampaikan dengan jelas dan baik.

B. Tujuan
1. Untuk menegetahui tantangan dan hambatan dalam komunikasi
2. Untuk mengetahui tantangan komunikasi dalam keadaan spesifik

C. Manfaat

Makalah dibuat untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran mengenai tantangan dan
hambahatan dalam komunikasi dan tantangan komunikasi dalam keadaan spesifik.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tantangan dan Hambatan dalam Komunikasi


1. Tantangan Komunikasi

Kehadiran teknologi dalam berkomunikasi telah memberikan perubahan bagi siapapun yang
menggunakan teknologi untuk saling berinteraksi,mereka dapat terhubung dalam waktu
bersamaan tanpa mengkhawatirkan batas geografis dan keterlibatan fisik,bahkan teknologi
telah mewakili kehadiran dalam berkomunikasi.Adanya perubahan tentang komunikasi pada
era media konvesional. (Desi dan Anisya, 2020).

Diera konvesional komunikasi interpersonal,komunikasi kelompok,komunikasi dalam


organisasi berlangsung secara tatap muka dan secara langsung,dimana komunikasi dilakukan
dengan berhadapan fisik,pada waktu dan tempat yang telah ditentukan sehingga hal tersebut
memerlukan banyak waktu dan biaya,sebagai contoh perlunya biaya transportasi untuk
menuju tempat pertemuan dan juga komunikasi tidak dapat dilakukan dimana saja sehingga
hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan organisasi dalam mencapai tujuan.Ada dua
tantangan saat ini yang dihadapi para pemimpin menggunakan media sosial dan
mengembangkan keterampilan untuk berkomunikasi dalam krisis. (Desi dan Anisya, 2020).

a. Kepemimpinan melalui media sosial

Semua orang tahu tentang media sosial,terutama Facebook,dan twitter yang telah mengubah
cara orang menjalani kehidupan sosial mereka.Media sosial mengacu pada berbagai aplikasi
berbasis internet,termasuk jejaring sosial,wiki,blog,dan sebagainya yang memungkinkan
pembuatan dan pembagian konten yang dibuat pengguna.Orang menuntut hubungan pribadi
yang lebih dekat dengan para pemimpin dan komunikasi yang lebih terbuka dan jujur.Media
sosial secara langsung mendukung kecenderungan keterbukaan,transparasi dan memberi para
pemimpin cara baru untuk menghubungkan dan membangun hubungan dengan karyawan
diseluruh organisasi meningkat.Pemimpin harus menyadari bahwa didunia sekarang
ini,terutama bagi para pegawainya bahwa “komunitas” sering dibangun melalui media
sosial.Salah satu contoh kemajuan teknologi kominikasi menyebabkan manusia dapat
berkomunikasi dengan masyarakat luas seolah tak dibatasi oleh Batasan apapun. (Desi dan
Anisya, 2020).

b. Menjadi krisis-siap

Komunikasi adalah bagian penting dari pekerjaan seorang pemimpin,namun tidak lama
lagi,hal itu lebih penting daripada pada saat terjadi perubahan,ketidakpastian,atau krisis yang
cepat.Semua orang mendengar tentang krisis besar yang mempengaruhi organisasi.Agar siap
untuk berkomunikasi dalam krisis,para pemimpin dapat mengembangkan keterampilan. (Desi
dan Anisya, 2020).

2
2. Pengertian Hambatan komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan lambang yang mengandung
arti, baik berupa informasi, pemikiran, pengetahuan dan lainnya, dari komunikator ke
komunikan. Komunikasi merupakan faktor yang penting dalam hubungan interpersonal
(Walgito, 2009)

Lunandi (1992) menyatakan bahwa komunikasi adalah kegiatan menyatakan suatu gagasan
dan menerima umpan balik dengan cara menafsirkan pernyataan tentang gagasan dan
pernyataan orang lain. Komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan pesan dari
komunikator ke komunikan, tetapi ada umpan balik dari pesan yang disampaikan.

Menurut Tubss dan Moss (dalam Mulyana, 2005), komunikasi dikatakan efektif apabila
orang berhasil menyampaiakan apa yang dimaksudkannya atau komunikasi dinilai efektif
apabila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Effendy (2003) menyatakan bahwa beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidaklah
mungkin seseorang melakukan komunikasi yang sebenar- benarnya efektif. Ada banyak
hambatan yang dapat merusak komunikasi. Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran
komunikasi disebut sebagai gangguan (noise) DeVito (2009) menyatakan bahwa hambatan
komunikasi memiliki pengertian bahwa segala sesuatu yang dapat mendistorsi pesan, hal
apapun yang menghalangi penerima menerima pesan.

Dari pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa hambatan komunikasi adalah segala
bentuk gangguan yang terjadi di dalam proses penyampaian dan penerimaan suatu pesan dari
individu kepada individu yang lain yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun faktor
fisik dan psikis dari individu itu sendiri.

3. Komponen Hambatan komunikasi

Menurut Fajar (2009), terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi , yaitu:

a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas
bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi
emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk
bertindak sesuai keinginan, kebutuhan atau kepentingan.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang
dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
digunakan antara si pengirim dengan si penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan dengan jelas.

3
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si
penerima.
e. Hambatan dari penerima pesan. Misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak
mencari informasi lebih lanjut.

4. Faktor Penghambat Komunikasi

Wursanto (2005) meringkas hambatan komunikasi terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. Hambatan yang bersifat teknis

Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan yang disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti:

1) Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses komunikasi


2) Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang tidak sesuai
3) Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang dibagi
menjadi kondisi fisik manusia, kondisi fisik yang berhubungan dengan waktu atau
situasi/ keadaan, dan kondisi peralatan.
b. Hambatan semantik

Hambatan yang disebabkan kesalahan dalam menafsirkan, kesalahan dalam memberikan


pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang dipergunakan dalam proses
komunikasi.

c. Hambatan perilaku

Hambatan perilaku disebut juga hambatan kemanusiaan. Hambatan yang disebabkan berbagai
bentuk sikap atau perilaku, baik dari komunikator maupun komunikan. Hambatan perilaku
tampak dalam berbagai bentuk, seperti :

1) Pandangan yang sifatnya apriori


2) Prasangka yang didasarkan pada emosi
3) Suasana otoriter
4) Ketidakmauan untuk berubah
5) Sifat yang egosentris.

B. Tantangan dalam Komunikasi Spesifik

Komunikasi antara orang tua dan anak merupakan salah satu komponen yang sangat penting
bagi awal mula perkembangan anak. Melalui komunikasi, kepribadian dan pola perilaku anak
dapat terbentuk. Orang tua dituntut untuk dapat membangun komunikasi yang baik dan
efektif dengan anak, agar kehidupan anak dapat ditata dengan lebih baik. Komunikasi dapat
dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik antara orang tua dan anak, artinya dalam
komunikasi seorang anak tidak sekedar menerima dan memahami pesan dari orang tua, tetapi

4
anak juga harus mampu menyampaikan pesan dan membuat orang tua paham dengan maksud
yang anak sampaikan, begitu pula sebaliknya.

Namun kenyataannya dalam proses komunikasi, orang tua menghadapi beberapa hambatan.
Salah satu hambatan terbesar yang harus dihadapi orang tua adalah apabila anak mengalami
masalah pendengaran. Pendengaran merupakan indera paling penting dalam proses
komunikasi, karena apabila anak mengalami masalah pendengaran, maka proses penerimaan
informasi akan terganggu.

Sastrawinata (dalam Negeri, 2013) mengatakan ketidakmampuan anak mendengar


menyebabkan kesulitan berkomunikasi. Anak yang menyandang tunarungu tidak mampu
menangkap pesan melalui suara dari individu normal dengan baik, sebaliknya individu
normal seringkali tidak mengerti bagaimana cara menyampaikan pesan kepada anak yang
menyandang tunarungu.

Hal ini sering terjadi pada orang tua yang memiliki anak tunarungu. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Sinaga (2015) yang menunjukkan bahwa dalam komunikasi yang terjadi
antara orang tua dan anak tunarungu masih sering terjadi kesalahpahaman dalam memahami
pesan dan ketidak jelasan dalam menyampaikan pesan antara orang tua dan anak. Hambatan
yang dihadapi oleh orang tua dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu menjadi lebih
banyak ketika anak masih berada di usia sekolah dasar. (Sinaga, 2015).

Hambatan-hambatan yang akan dihadapi, yaitu: (Sinaga, 2015).

1. Adanya gangguan pendengaran pada anak


2. Perbedaan cara dalam berkomunikasi pada anak dan orang tua
3. Kesalahpahaman dalam memahami makna yang disampaikan oleh orang tua dan
anak.

Selain hambatan-hambatan yang ada diatas, hambatan lain yang dihadapi oleh orang tua yang
memiliki anak tunarungu yang berada diusia sekolah dasar yaitu: (Sinaga, 2015).

1. Ketidak mampuan anak dalam membaca


2. Ketidak mampuan anak dalam menulis,
3. Ketidak mampuan anak dalam memahami makna tulisan sehingga orang tua tidak
bisa berkomunikasi dengan anak melalui tulisan.
4. Ditambah lagi emosi dan kognitif pada anak tunarungu usia sekolah dasar belum
berkembang secara matang, sehingga anak lebih sulit memahami dan mengerti apa
yang disampaikan oleh orangtua dibandingkan anak-anak tunarungu di usia dewasa.

Beberapa hambatan tersebut membuat orang tua tidak dapat menyampaikan pesan dan
nasehat kepada anak dengan baik. Hal ini membuat anak sering kali berperilaku tidak sesuai
dengan keinginan orang tua. Anak tidak dapat memahami apa sebenarnya yang orang tua
inginkan, begitu pula sebaliknya.

Menurut Indriyani (2004), ketidakmampuan dalam menyampaikan pikiran, perasaan,


gagasan, kebutuhan dan kehendak pada orang lain tersebut menimbulkan dampak kebutuhan

5
tidak terpuaskan secara sempurna. Pada orang tua yang memiliki anak tunarungu, tidak
terpuaskannya kebutuhan tersebut menimbulkan perasaan tertekan. (Sinaga, 2015).

Menurut Rathus dan Nevid (dalam Gunawati, Hartati dan Listira, 2006). suatu kondisi adanya
tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan disebut dengan
Stres. Stres pada orang tua dapat diakibatkan oleh banyaknya hambatan yang dihadapi saat
berkomunikasi dengan anak. Orang tua yang memiliki anak yang memiliki masalah
pendengaran lebih berpotensi mengalami stres dibanding orang tua yang memiliki anak
dengan pendengaran normal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dogan (2010) yang menunjukkan bahwa orang tua
(terutama ibu) yang memiliki anak dengan gangguan pendengaran memiliki tingkat level
stres, depresi, dan sifat kecemasan yang lebih tinggi daripada orang tua dari anak dengan
pendengaran normal. Orang tua yang memiliki hambatan komunikasi dengan anak tunarungu
cenderung tidak mampu menjalankan peran sebagai orang tua dengan sempurna, tidak
mampu memahami pesan yang disampaikan oleh anak, dan tidak mampu memahami maksud
dan kehendak anak, dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya secara fisik ataupun psikis.
(Damayanti, 2019).

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam berkomunikasi tentunya akan di hadapi dengan berbagai macam tantangan dan
hambatan, untuk itu perlunya pengetahuan mengenai apa saja tantangan dan hambatan itu
serta dampak yang di timbulkan dari masalah tersebut. . Setelah itu barulah mencari solusi
yang sangat baik dalam mencegah terjadinya tantangan dan hambatan dalam berkomunikasi
sehingga pesan atau sesuatu yang di ingin di bicarakan tersampaikan dengan jelas dan baik.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan oleh peneliti dapat digambarkan bahwa orang tua yang
memiliki hambatan komunikasi dengan anak tunarungu akan cenderung memiliki tingkat
stres yang tinggi karena adanya gangguan dalam memenuhi kebutuhan untuk memahami dan
dipahami dengan baik.

B. Saran

Komunikasi akan sukses jika kita bisa mengetahui mengenai hambatan serta tantangan yang
akan dihadapai. Untuk itu pengetahuan akan tantangan dan hambatan dalam komunikasi
harus dipelajari dan diketahui.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ernita Amru Desi dan Selvia ,Anisya S. (2020). Komunikasi dalam Praktik Kebidanan.
Batam: CV. Trans Info Media.

Berlianty Susanto, P., 2020. Pengelolaan Media Sosial Instagram Sebagai Media Informasi
Publik pada Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemerintah Kota Bogor.

Damayanti, I. and Purnamasari, S.H., 2019. Hambatan Komunikasi dan Stres Orangtua Siswa
Tunarungu Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi Insight, 3(1), pp.1-9.

Sinaga, D., 2015. Pola komunikasi orang tua tunarungu dengan anaknya yang memiliki
pendengaran normal (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Zuhri, M., 2012. Pola Komunikasi Orang Tua Kandung Terhadap Anak Remaja yang
Mengalami Depresi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai